Perlu Tahu Cara Diagnosis Sindrom Horner
Halodoc, Jakarta - Pernah mendengar istilah sindrom Horner? Sindrom ini ditandai dengan bedanya ukuran kedua pupil mata yang terlihat secara jelas. Sebagian wajah bahkan tidak mengeluarkan keringat sama sekali, dan salah satu kelopak mata bagian bawah sedikit naik. Nah, waspadai gejalanya, ya! Bagaimana cara mendiagnosis sindrom Horner? Yuk, baca selengkapnya di sini!
Baca juga: Cerebral Palsy, Sakit yang Pengaruhi Motorik Anak
Apa yang Dimaksud Sindrom Horner?
Sindrom Horner merupakan gabungan gejala dan tanda klinis yang disebabkan oleh gangguan pada jalur saraf dari otak menuju wajah dan mata. Biasanya, kondisi ini terjadi pada salah satu sisi tubuh. Sindrom ini dikenal juga dengan nama oculosympathetic palsy atau sindrom Horner-bernard. Sindrom Horner ini menyerang saraf simpatis yang digunakan untuk mengendalikan mata dan dicirikan dengan trias klasik, yaitu:
-
Miosis, yaitu keadaan ketika pupil mengalami konstriksi oleh obat tertentu atau bahan kimia.
-
Ptosis, yaitu turunnya kelopak mata bagian atas.
-
Anhidrosis, yaitu kondisi ketika tubuh tidak dapat memproduksi keringat.
Gangguan pada pengidap sindrom ini terjadi di sekumpulan serabut saraf yang berpangkal pada bagian otak yang bernama hipotalamus. Kemudian, gangguan ini akan menjalar ke bagian mata dan wajah. Sindrom Horner juga bisa menyerang pada bayi yang baru lahir, meskipun kasusnya jarang terjadi.
Baca juga: Hal-hal yang Perlu Diketahui tentang Bell's Palsy
Apa Gejala yang Ditimbulkan dari Sindrom Horner?
Beberapa gejala umum adanya sindrom Horner pada seseorang, yaitu:
-
Pupil mata mengecil (miosis).
-
Kelopak mata bawah terangkat.
-
Kelopak mata atas terlihat lagu (ptosis).
-
Kelopak bawah mata menjadi lengket.
-
Kemerahan pada kulit di sekitar mata akibat dari dilatasi pembuluh darah.
-
Adanya perbedaan ukuran pupil antara kedua mata, perbedaan sangat drastis.
-
Gangguan pada mata, yaitu letak bola mata lebih ke dalam dari seharusnya di ruang orbita.
-
Pupil mata yang mengecil akan terlambat melebar di cahaya redup atau ruangan gelap.
-
Salah satu sisi wajah yang terkena sindrom bisa tidak berkeringat sama sekali, atau hanya sedikit dibandingkan dengan sisi sebelahnya.
Gejala umum di atas juga dapat terjadi pada anak yang mengidap sindrom ini. Namun pada anak, ada beberapa gejala tambahan, seperti:
-
Bagian wajah yang terkena sindrom Horner tidak tampak kemerahan bila terkena panas terik matahari, latihan fisik, atau saat reaksi emosional.
-
Pada anak di bawah usia satu tahun, warna iris (lingkaran tengah pada mata) akan tampak lebih terang pada bagian mata yang terpengaruh sindrom ini.
Gejala yang muncul disebabkan oleh kerusakan jalur saraf dalam sistem saraf simpatetik. Sistem saraf simpatetik berfungsi untuk mengatur detak jantung, ukuran pupil, produksi keringat, tekanan darah, dan fungsi tubuh lainnya yang memungkinkan seseorang untuk merespon cepat terhadap setiap perubahan di lingkungan sekitar.
Apa Penyebab Terjadinya Sindrom Horner?
Beberapa penyebab terjadinya sindrom Horner, antara lain:
-
Cedera leher atau bahu saat persalinan. Penyebab cedera ini karena adanya tarikan yang terlalu kuat pada daerah leher bayi.
-
Adanya kelainan pada aorta saat lahir. Kelainan ini merupakan kelainan jantung bawaan. Beberapa anak dilahirkan dengan katup aorta yang tidak terbentuk dengan sempurna.
Selain dua hal di atas, ada penyebab lain terjadinya sindrom Horner yang sering terlambat untuk didiagnosis adalah tumor neuroblastoma, yaitu tumor ganas atau kanker yang terdapat pada sistem saraf. Neuroblastoma merupakan tumor yang paling sering dialami oleh anak berusia dibawah 5 tahun. Biasanya, tumor ini sudah ada sejak lahir karena bawaan keluarga yang juga memiliki riwayat neuroblastoma.
Bagaimana Mendiagnosis Sindrom Horner?
Biasanya, mendiagnosis sindrom ini tergolong cukup rumit karena gejala yang ditimbulkan bisa saja menandakan penyakit lain. Untuk memastikan seseorang mengidap sindrom Horner selain pemeriksaan fisik, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan, seperti:
-
Tes USG, foto rontgen, CT scan, atau MRI digunakan untuk mendiagnosis kelainan struktural, tumor, dan luka atau lesi.
-
Pemeriksaan mata. Di sini dokter akan memeriksa respon pupil mata dengan meneteskan sedikit dosis obat tetes mata untuk melebarkan pupil. Ketika reaksi pupil yang tidak melebar, ini menandakan bahwa kamu mengidap sindrom Horner.
Baca juga: Ketahui Bell’s Palsy, Serangan Kelumpuhan Mendadak
Sebenarnya tidak ada penanganan khusus untuk menangani sindrom ini. Namun pada banyak kasus, jika penyebab telah ditangani, sindrom ini akan hilang dengan sendirinya. Kamu punya pertanyaan seputar masalah kesehatan? Halodoc bisa jadi solusinya! Kamu bisa diskusi langsung dengan dokter ahli melalui Chat atau Voice/Video Call. Enggak hanya itu, kamu juga bisa membeli obat yang sedang kamu butuhkan. Tanpa perlu repot, pesanan kamu akan diantar ke tempat tujuan dalam waktu satu jam. Yuk, download aplikasinya di Google Play atau App Store!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan