Perlu Diketahui, Burnout Berbeda dengan Depresi
Halodoc, Jakarta - Pekerjaan yang terlalu banyak dan datang secara tiba-tiba tentu dapat menimbulkan kepala secara ingin pecah. Terlebih lagi jika hal terjadi hampir seminggu sekali atau bahkan lebih pendek lagi jangka waktunya. Risiko kamu untuk mengalami burnout akan lebih tinggi dan bahkan bisa juga menyebabkan depresi. Namun, tidak semua orang tahu beda antara burnout dan depresi. Untuk lebih jelasnya, baca ulasan berikut ini!
Perbedaan Burnout dan Depresi yang Perlu Diketahui
Burnout seperti yang diketahui adalah sindrom yang berkembang sebagai respons dari kondisi kerja yang merugikan secara kronis. Masalah ini dapat menyebabkan seseorang mengalami kelelahan emosional, depersonalisasi, dan pencapaian pribadi yang kurang karena tekanan yang terus dirasakan. Faktanya, burnout memang sulit dipisahkan dari depresi karena gejalanya yang saling berkaitan.
Baca juga: Sindrom Burnout Mulai Muncul, Awas Depresi di Kantor
Hal yang perlu diketahui secara pasti adalah kedua kondisi ini berbeda satu sama lain. Maka dari itu, kamu harus tahu beberapa hal yang terkait beda antara burnout dan depresi. Dengan mengetahuinya, diharapkan kamu tidak salah memperkirakan masalah yang terjadi pada diri sendiri. Namun, selalu pastikan ke ahli medis terkait segala masalah yang dirasakan. Nah, berikut ini beberapa perbedaan yang dapat diketahui:
1. Depresi itu Diagnosis, Burnout itu Deskripsi
Perbedaan terbesar antara burnout dan depresi adalah depresi merupakan diagnosis psikiatri, sedangkan burnout adalah deskripsi dari perasaan seseorang terhadap pekerjaan atau aktivitas yang rutin dilakukan. Untuk mendapatkan diagnosis terkait depresi, seseorang harus memiliki beberapa gejala depresi yang terjadi minimal 2 minggu.
Di sisi lain, burnout biasanya terkait dengan pekerjaan dan dapat menimbulkan beberapa gejala utama, antara lain:
- Rasa lelah: Perasaan kelelahan emosional atau fisik dan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah karena kekurangan energi adalah gejala umum dari burnout. Terkadang, gejala fisik juga dapat menyertai, seperti nyeri pada tubuh atau perut, hingga masalah pencernaan.
- Merasa Terasing: Pengidap masalah ini juga kerap merasa terasing dari segala aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan. Kamu merasa semakin frustasi bahkan merasa sinis dengan rekan kerja hingga menjauhkan diri, bahkan merasa mati rasa tentang segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan.
- Penurunan Kinerja: Kelelahan dapat membuat kamu merasa negatif dan sulit untuk berkonsentrasi pada pekerjaan. Perasaan lesu dan berkurangnya kreativitas juga dapat terjadi. Pekerjaan sehari-hari dapat terpengaruh dan kinerja semakin menurun hari demi hari.
Baca juga: 4 Tips Mencegah Sindrom Burnout Saat Bekerja
2. Kehilangan Motivasi
Seseorang yang mengalami burnout dari pekerjaan dan belum mengalami depresi, penurunan motivasi terbatas pada segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Dirinya akan merasa baik-baik saja saat di rumah atau ketika melakukan hobi. Hal yang perlu dinilai adalah jika seseorang merasa baik-baik saja selama akhir pekan dan mulai khawatir tentang pekerjaan pada malam sebelum kembali ke kantor. Jika disebabkan oleh depresi, perasaan negatif dapat menyebar ke segala hal, bukan hanya pekerjaan.
3. Keparahan Gejala
Jika dibandingkan dengan burnout yang hanya menyebabkan kelelahan fisik, gejalanya berupa tidak semangat tentang sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan dan kinerja yang menjadi buruk. Namun, beberapa gejala depresi klinis dapat jauh lebih serius, seperti:
- Kehilangan harapan dan kerap merasa putus asa.
- Harga diri yang rendah dan kehilangan kepercayaan diri.
- Kerap berpikiran untuk bunuh diri dan bahkan berupaya untuk melakukannya.
Kamu juga bisa mendapatkan layanan pemeriksaan terkait burnout atau depresi dengan psikolog/psikiater yang bekerja sama dengan Halodoc. Cukup dengan download aplikasi Halodoc, kamu dapat melakukan pemesanan untuk bertemu dengan ahli medis untuk mendapatkan diagnosis dari gangguan yang dirasakan. Unduh aplikasinya sekarang juga!
Baca juga: 5 Penyebab Depresi yang Sering Diabaikan
4. Rekomendasi Perawatan
Seseorang yang memang hanya mengalami burnout, menghilangkan sumber stres dapat menyebabkan perbaikan gejala yang cepat. Berhenti atau mengganti pekerjaan dapat membantu untuk menghilangkan salah satu perasaan tersebut. Namun, seseorang yang mengidap depresi akan merasa negatif, meski sudah berganti pekerjaan.
Di sisi lain, seseorang yang mengalami depresi lalu kehilangan pekerjaan, gangguan yang terjadi dapat menjadi lebih buruk. Dengan demikian, lebih memungkinkan untuk seseorang yang mengidap masalah ini untuk beristirahat sejenak dari pekerjaan, dan membuat keputusan setelah depresi mendapat pengobatan yang memadai.
Sekarang kamu tahu segala perbedaan antara burnout dan depresi. Sangat penting untuk menilai diri sendiri terkait gangguan yang dirasakan dan memastikannya ke ahli medis sekaligus mendapatkan perawatan yang tepat. Jangan pernah mendiagnosis diri sendiri karena dapat menimbulkan bahaya, terlebih dalam waktu yang lama.