Penyakit Kulit yang Bisa Menular dari Kucing ke Manusia

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   30 November 2020
Penyakit Kulit yang Bisa Menular dari Kucing ke ManusiaPenyakit Kulit yang Bisa Menular dari Kucing ke Manusia

Halodoc, Jakarta - Memiliki hewan peliharaan memang bisa menjadi teman ketika sedang merasa kesepian. Meski begitu, memelihara bukan berarti hanya memberi makan dan minum serta menyediakan tempat tidur untuknya, tetapi juga merawat serta menjaga kesehatan dan kebersihannya. 

Kucing menjadi jenis hewan peliharaan yang paling diminati selain anjing. Tubuhnya yang mungil juga memiliki karakter yang manja menjadi alasan banyak orang memutuskan untuk memelihara hewan berkaki empat ini. 

Meski begitu, kamu tetap perlu berhati-hati, karena ada beberapa jenis penyakit kulit yang bersifat zoonosis alias bisa menular dari hewan ke manusia, berikut ini beberapa di antaranya:

  • Ringworm

Tidak hanya anjing, ringworm merupakan jenis penyakit kulit yang bisa juga terjadi pada kucing. Penyakit ini terjadi karena infeksi jamur, berkembang secara perlahan dengan memakan sel kulit mati, hingga akhirnya menyebar ke bagian tubuh hewan. Apabila kamu sedang terluka, penularan akan sangat mudah terjadi. 

Baca juga: Ketahui Seluk Beluk Merawat Anak Kucing

Terkadang, ringworm pada kucing sulit dideteksi karena gejalanya yang terbilang sangat ringan. Jika kamu mendapati adanya lesi, misalnya cincin pada kucing, adanya tekstur bersisik dan seperti ketombe pada bulu kucing, bercak melingkar dan menebal disertai dengan rambut rontok, bercak merah dan berkerak, segera tanyakan penanganannya langsung pada dokter hewan melalui aplikasi Halodoc. Ringworm pada kucing termasuk penyakit serius yang sangat menular, tetapi tetap bisa disembuhkan dengan pengobatan dan perawatan yang tepat. 

  • Scabies

Feline sarcoptic mange merupakan penyakit kulit pada anjing dan kucing yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabei. Penyakit ini sangat sering terjadi pada kucing. Terkadang, penyakit ini dikenal juga dengan sebutan scabies, mange terjadi karena tungau dengan bentuk tubuh oval, memiliki warna yang terang, tetapi bersifat mikroskopis.

Notoedric mange atau Notredes cats kadang juga disebut dengan feline scabies, karena penyakit ini mirip dengan scabies yang terjadi pada anjing. Tungau ini akan bersembunyi di lapisan luar kulit, membentuk terowongan dan memakan sel hidup serta cairan jaringan kulit. Akibatnya, akan terbentuk kerak atau krusta pada bagian kulit yang terinfeksi, umumnya mulai dari wajah dan telinga, lalu menyebar ke seluruh tubuh, dan bersifat sangat menular.

Baca juga: Bisa Menyerang Anak, Ini Cara Mencegah Scabies

Penyakit ini bisa menyebabkan kucing menjadi gelisah, mengalami gatal yang hebat, dan menggaruk dengan agresif. Gejala biasanya muncul sekitar satu minggu setelah paparan terjadi. Gejala khas pada scabies adalah adanya kerak (crust) berwarna putih, kekuningan sampai abu-abu dimana kulit menjadi menebal. Kucing juga akan mengalami gatal yang parah sehingga suka menggaruk-garuk hingga berdarah. Area yang paling sering terinfeksi adalah wajah dan telinga.

Ketika manusia bersentuhan dengan kucing yang terserang scabies, tungau bisa mengakibatkan munculnya ruam berupa benjolan kemerahan yang mirip dengan gigitan nyamuk. Sebagian besar scabies yang menyerang manusia bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi tetap saja akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

  • Flea Bites Dermatitis

Salah satu kondisi medis yang umum terjadi pada kucing adalah alergi. Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh kucing bereaksi berlebihan atau sangat sensitif terhadap alergen. Ada empat jenis alergi yang umum terjadi pada kucing, yaitu serangga atau kutu, makanan, inhalan, dan kontak. Masing-masing memiliki ciri khas pada hewan tersebut.

Baca juga: Mengapa Anjing Bisa Setia kepada Pemiliknya?

Flea bites dermatitis mengacu pada alergi terhadap protein dan antigen tertentu yang ada pada air liur kutu yang menggigit hewan peliharaan. Sebenarnya, kucing normal hanya mengalami iritasi kulit ringan sebagai respons terhadap gigitan kutu. Namun, pada kucing yang mengalami alergi air liur kutu, reaksinya bisa sangat berbeda. Reaksi ini merupakan respons alergi terhadap protein yang ada dalam air liur kutu. 

Kucing dengan gangguan kesehatan ini akan mengalami rasa gatal yang hebat dan akan menggaruk, menggigiti, atau menjilat area yang terinfeksi tanpa henti. Kondisi ini bisa menimbulkan kerontokan bulu dan luka terbuka atau koreng pada kulit yang memungkinkan terjadinya penyebaran infeksi sekunder.

Jadi, selalu perhatikan kondisi kucing peliharaanmu, ya. Rutinlah melakukan perawatan atau memandikannya, minimal dua minggu sekali agar kesehatan dan kebersihannya selalu terjaga. 



Referensi: 
Proplan. Diakses pada 2020. Penyakit Kulit yang Dapat Menular ke Manusia.
Fetch by WebMD. Diakses pada 2020. Mange and Scabies in Cats.
Cornell Feline Health Center. Diakses pada 2020. Ringworm: A Serious but Readily Treatable Affliction. 
VCA Hospitals. Diakses pada 2020. Flea Allergy Dermatitis in Cats.