Pentingnya Vitamin D3 bagi Pasien COVID-19
“Tak hanya baik untuk kesehatan tulang dan gigi, vitamin D3 juga berperan penting dalam memperkuat daya tahan tubuh. Pada kasus COVID-19, penelitian menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D dapat meningkatkan risiko kematian hingga 10,12 kali. Jadi, penting untuk memenuhi kebutuhan vitamin ini.”
Halodoc, Jakarta – Dari awal kemunculannya, COVID-19 yang disebabkan oleh infeksi virus corona dapat menyebabkan gejala yang beragam. Tidak semua orang yang terinfeksi menunjukkan gejala yang sama. Boleh jadi, inilah salah satu alasan mengapa pandemi sulit dihentikan.
Ada beberapa faktor yang jadi penyebab adanya perbedaan gejala yang muncul. Salah satunya adalah daya tahan tubuh. Nah, bicara soal daya tahan tubuh, vitamin D3 termasuk yang penting untuk dipenuhi. Mengapa demikian? Yuk, simak pembahasan lengkapnya!
Baca juga: Waspadai 5 Aktivitas yang Berisiko Menularkan COVID-19
Berbagai Kategori Gejala Pasien COVID-19
Meski virus yang menginfeksi sama, reaksi tubuh setiap pasien COVID-19 bisa berbeda-beda. Ada yang tidak mengalami gejala sama sekali (asimtomatik), mengalami gejala ringan, sedang, hingga berat. Usia, daya tahan tubuh, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan berperan dalam hal ini.
Asimtomatik adalah sebutan untuk orang yang tidak mengalami gejala apapun setelah terinfeksi virus. Namun, sama seperti yang mengalami gejala, orang dengan kondisi asimtomatik tetap dapat menularkan virus ke orang lain.
Menurut materi Tanya Jawab Seputar Virus Corona yang disusun oleh Kementerian Kesehatan RI bersama USAID dan Germas pada Mei 2020, bila timbul gejala, tingkat keparahannya terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:
- Gejala Kategori Ringan
- Demam ≥38 derajat Celsius.
- Batuk.
- Nyeri tenggorokan.
- Hidung tersumbat.
- Malaise.
- Gejala Kategori Sedang
- Demam ≥38 derajat Celsius.
- Sesak napas, batuk menetap, dan sakit tenggorokan.
- Pada anak: batuk dan takipneu.
- Batuk atau kesulitan bernapas, disertai napas cepat pada anak dengan pneumonia ringan. Frekuensi napas: <2 bulan, ≥60x/menit; 2–11 bulan, ≥50x/menit; 1–5 tahun, ≥40x/menit dan tidak ada tanda pneumonia berat.
- Gejala Kategori Berat
- Demam ≥38 derajat Celsius yang menetap.
- Ada infeksi saluran napas dengan tanda-tanda: peningkatan frekuensi napas (>30x/menit) hingga sesak napas, dan batuk.
- Penurunan kesadaran.
- Dalam pemeriksaan lanjut, ditemukan saturasi oksigen <90 persen udara luar.
- Dalam pemeriksaan darah: Leukopenia, peningkatan monosit, dan peningkatan limfosit atipik.
Baca juga: Lakukan Tes COVID-19 Jika Alami Gejala Ini
Pentingnya Vitamin D3 bagi Pasien COVID-19
Berbagai literatur menyebutkan bahwa vitamin D3 adalah bentuk paling alami dari vitamin D. Perlu diketahui bahwa secara kimiawi, bentuk aktif dari vitamin D ada dua, yaitu vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin D3 (kolekalsiferol).
Vitamin D3 punya peran sangat penting dalam mengatur kadar kalsium di dalam tubuh, serta menjaga kekuatan tulang dan gigi. Vitamin ini dapat terbentuk secara alami ketika kulit terkena sinar matahari langsung, serta pada beberapa makanan hewani, seperti ikan laut, telur, susu dan olahannya, hati sapi, dan sereal yang diperkaya vitamin D3.
Selain menjaga kesehatan tulang dan gigi, vitamin D3 juga memiliki peran dalam pencegahan dan terapi berbagai penyakit infeksi respiratorik, seperti tuberkulosis paru dan influenza. Hal ini dikemukakan dalam jurnal Clinical and Experimental Immunology pada 2009.
Dalam meta analisis tersebut, dijelaskan bahwa rendahnya kadar vitamin D3 dalam tubuh, berhubungan dengan kerentanan terhadap infeksi tuberkulosis paru yang aktif, dengan tingkat keparahan yang lebih berat.
Meski belum ada penelitian tentang efek vitamin D secara spesifik terhadap virus corona, berbagai studi telah menunjukkan hubungan antara status vitamin D dan luaran klinis, dengan mortalitas (kematian) akibat COVID-19.
Salah satunya adalah studi kohort retrospektif di Indonesia yang dilakukan oleh Prabowo Raharusuna dan rekan-rekannya, terhadap 780 pasien COVID-19. Setelah mengesampingkan faktor seperti usia, jenis kelamin, dan komorbiditas, hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa status vitamin D punya kaitan erat dengan mortalitas pasien COVID-19.
Bila dibandingkan dengan pasien COVID-19 yang punya status vitamin D yang normal, risiko kematian meningkat 10,12 kali pada pasien yang mengalami kekurangan vitamin D.
Dalam studi lain, tinjauan naratif yang dipublikasikan di jurnal Nutrients pada 2020, disebutkan bahwa vitamin D dengan konsentrasi tinggi dapat menurunkan risiko infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), termasuk influenza, pneumonia, serta infeksi virus corona.
Baca juga: Tips Memenuhi Asupan Vitamin D untuk Tubuh
Meski diperlukan lebih banyak penelitian lagi terkait vitamin D dan COVID-19, vitamin ini diketahui dapat berperan dalam modulasi sistem imun dengan menghambat pengeluaran sitokin proinflamasi dan meningkatkan sitokin yang bersifat antiinflamasi.
Selain itu, vitamin D juga dapat berinteraksi dengan protein angiotensin-converting-enzyme 2 (ACE2) sebagai reseptor masuknya virus corona, sehingga mengurangi respons inflamasi terhadap infeksi COVID-19.
Oleh karena itu, di masa pandemi ini, penting untuk memenuhi kebutuhan vitamin D, terutama vitamin D3. Selain dengan berjemur di pagi hari dan mengonsumsi makanan kaya vitamin D3 yang disebutkan tadi, vitamin ini bisa kamu peroleh dari suplemen.
Salah satu suplemen vitamin D3 yang Halodoc rekomendasikan adalah FEMMY Vitamin D3 1.000 IU. Femmy Vitamin D3 1.000 IU diproduksi oleh grup Kalbe Farma. Dengan sediaan mini tablet yang mudah ditelan, FEMMY Vitamin D3 1.000 IU dapat memenuhi kebutuhan vitamin D dengan cepat pada kondisi tertentu, seperti lanjut usia, hamil dan menyusui, berisiko tinggi atau mengalami penyakit infeksi, serta penyakit autoimun.
Kamu bisa beli FEMMY Vitamin D3 1.000 IU dengan mudah lewat aplikasi Halodoc. Namun, pada ibu hamil dan menyusui, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu pada dokter sebelum mengonsumsinya, ya. Selain itu, penting juga untuk memenuhi asupan kalsium sesuai angka kecukupan gizi (AKG), untuk menghindari hiperkalsemia.
Referensi:
World Health Organization. Diakses pada 2021. Coronavirus.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada 2021. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada 2021. Tanya Jawab Seputar Virus Corona.
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Vitamin D.
Healthline. Diakses pada 2021. Vitamin D2 vs. D3: What’s the Difference?
Healthline. Diakses pada 2021. 7 Healthy Foods That Are High in Vitamin D.
Clinical and Experimental Immunology. Diakses pada 2021. Vitamin D and Respiratory Health.
Nutrients. Diakses pada 2021. Evidence that Vitamin D Supplementation Could Reduce Risk of Influenza and COVID-19 Infections and Deaths.
SSRN Electron Journal. Diakses pada 2021. Patterns of COVID-19 Mortality and Vitamin D: An Indonesian Study.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan