Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Kejang Demam

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   21 November 2019
Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Kejang Demam Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Kejang Demam

Halodoc, Jakarta – Demam menjadi respon ketika tubuh mengalami infeksi. Kondisi ini merupakan gejala umum ketika seseorang jatuh sakit. Demam bisa disertai dengan gejala lain seperti kejang. Demam yang disertai kejang umumnya lebih rentan diidap anak-anak berusia 3 bulan sampai 3 tahun ketimbang orang dewasa. Kejang biasanya timbul ketika demam tinggi mencapai 39-40 derajat Celcius. 

Baca Juga: Kejang Demam pada Anak, Apakah Berbahaya?

Perubahan suhu yang cepat adalah faktor utama yang memicu kejang. Kejang demam dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sederhana yang tidak bertahan lama atau kompleks yang berlangsung lama. Lantas, bagaimana cara membedakan demam biasa dengan kejang demam? Berikut gejala kejang demam yang perlu diketahui.

Gejala Kejang Demam yang Perlu Ibu Ketahui

Gejala kejang demam bervariasi berdasarkan pada dua jenis. Gejala kejang demam sederhana, yaitu hilang kesadaran, kaki dan tangan kejang-kejang, serta kebingungan atau kelelahan setelah kejang. Kejang demam sederhana lebih umum jika dibandingkan dengan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana biasanya berlangsung kurang dari 2 menit atau paling lama bisa sampai 15 menit. 

Sedangkan kejang demam kompleks ditandai hilang kesadaran, kaki dan tangan kejang-kejang, serta kelemahan di satu lengan atau kaki. Kejang demam kompleks dapat berlangsung lebih dari 15 menit. Selain itu, kejang dapat datang kembali dalam periode 30 menit. Kondisi ini bisa terjadi lebih dari sekali selama jangka waktu 24 jam.

Baca Juga: Kejang Demam pada Anak Bisa Sebabkan Kelumpuhan?

Bagaimana Cara Mendiagnosis Kondisi Ini?

Cara mendiagnosis kejang demam sederhana, dokter perlu meninjau riwayat medis dan riwayat perkembangan sang anak untuk mengetahui apakah kondisi yang dialami kejang demam atau epilepsi. Pada anak yang mendapatkan vaksin, dokter mungkin tidak memerlukan tes. Bagi anak yang belum mendapatkan vaksin, dokter perlu melakukan sejumlah tes untuk mencari infeksi. Tes yang dapat dilakukan, yaitu:

  • Tes darah;

  • Tes urine;

  • Ketukan tulang belakang (lumbar puncture), untuk mengetahui apakah anak memiliki infeksi sistem saraf pusat.

Sedangkan untuk kasus kejang demam kompleks, dokter perlu melakukan electroencephalogram (EEG), yaitu tes untuk mengukur aktivitas otak. Dokter juga dapat merekomendasikan MRI untuk memeriksa otak anak apabila ia memiliki:

  • Ukuran kepala yang besar;

  • Hasil neurologis yang abnormal;

  • Tanda dan gejala peningkatan tekanan di tengkorak;

  • Kejang demam yang berlangsung sangat lama.

Baca Juga: Lakukan Hal Ini untuk Cegah Kejang Demam

Jika ibu punya pertanyaan lain tentang kondisi ini, tanyakan kepada dokter Halodoc. Melalui aplikasi, ibu bisa menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Meskipun kejang demam sering tidak menyebabkan masalah yang berkepanjangan, ada beberapa tindakan yang harus ibu lakukan ketika Si Kecil mengalaminya.

Pastikan Si Kecil berada ditempat yang aman dan nyaman ketika mengalami kondisi ini. Hindarkan dari perabotan yang berbahaya dan jangan mencoba untuk menahan guncangannya. Segera hubungi dokter atau tenaga medis atau langsung larikan ke rumah sakit. 

Referensi :
Healthline. Diakses pada 2019. What Is a Febrile Seizure?.
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Febrile seizure.
Claveland Clinic. Diakses pada 2019. Febrile seizure.