Pemeriksaan untuk Mendeteksi Penyakit Menular Seksual
"Tidak ada salahnya untuk melakukan pemeriksaan yang bisa mendeteksi penyakit menular seksual. Seperti misalnya, skrining klamidia dan pemeriksaan HPV."
Halodoc, Jakarta – Jika seseorang aktif secara seksual, terutama dengan banyak pasangan, ia harus menggunakan pelindung dan melakukan pemeriksaan. Ini penting untuk dilakukan karena seseorang bisa saja memiliki penyakit menular seksual tanpa menyadarinya.
Dalam kebanyakan kasus, penyakit menular seksual tidak menunjukkan tanda atau gejala. Jadi, sebaiknya lakukan pemeriksaan penyakit menular seksual secara rutin atau kapan pun kamu merasa mencurigai diri sendiri dan pasangan. Bicarakan dengan dokter tentang kondisi kamu dan pemeriksaan apa yang kamu butuhkan.
Pemeriksaan untuk Mendeteksi Penyakit Menular Seksual
Berikut beberapa pedoman untuk memeriksa penyakit menular seksual yang mungkin perlu kamu jalani.
1. Skrining Klamidia dan Gonore
Skrining klamidia dan gonore dilakukan melalui tes urine atau melalui swab di dalam penis atau serviks. Kemudian, sampel tersebut akan dianalisis di laboratorium. Skrining ini penting dilakukan, karena jika seseorang tidak memiliki tanda dan gejala, mungkin ia tidak akan menyadari bahwa sudah terinfeksi.
2. Pemeriksaan HIV, Sifilis, dan Hepatitis
Pemeriksaan HIV sebaiknya dilakukan sebagai perawatan rutin medis, apabila kamu seorang remaja atau dewasa antara usia 13-64 tahun. Remaja yang lebih muda harus diuji jika mereka memiliki risiko tinggi terhadap penyakit menular seksual.
Pemeriksaan hepatitis C juga direkomendasikan pada semua orang yang lahir antara tahun 1945-1965, sebab pada kelompok usia ini rentan terjadi hepatitis C.
Sementara itu, kamu mungkin perlu mendapatkan pemeriksaan sifilis dengan mengambil sampel darah atau swab dari luka genital yang mungkin kamu miliki. Sampel akan diperiksa di laboratorium untuk menguji HIV dan hepatitis.
3. Pemeriksaan Genital Herpes
Belum ada pemeriksaan yang tepat untuk herpes, infeksi virus ini dapat ditularkan bahkan saat seseorang tidak memiliki gejala. Dokter dapat mengambil sampel jaringan atau bekas luka pada area genital jika kamu memilikinya, ini untuk diperiksa di laboratorium. Namun, hasil tes negatif tidak akan mengesampingkan herpes sebagai penyebab ulserasi genital.
Tes darah juga dapat membantu mendeteksi infeksi herpes di masa lalu, tapi hasilnya tidak selalu konklusif. Beberapa pemeriksaan darah dapat membantu dokter membedakan antara dua jenis utama virus herpes. Tipe 1 adalah virus yang biasanya menyebabkan luka biasa, meskipun juga dapat menyebabkan luka genital.
Sementara tipe 2 adalah virus yang menyebabkan luka genital lebih sering. Namun, hasilnya mungkin tidak sepenuhnya jelas, tergantung pada sensitivitas tes dan tahapan infeksi. Hasil pemeriksaan mungkin saja positif palsu atau negatif palsu.
4. Pemeriksaan HPV
Jenis human papillomavirus (HPV) tertentu dapat menyebabkan kanker serviks, sedangkan varietas HPV lain dapat menyebabkan kutil kelamin. Banyak orang yang aktif secara seksual terinfeksi HPV tapi tidak pernah mengalami gejala. Virus ini biasanya dapat hilang dalam dua tahun.
Sayangnya, belum ada pemeriksaan HPV yang digunakan secara rutin pada pria. Biasanya, pada pria infeksi didiagnosis dengan inspeksi visual atau biopsi kutil kelamin. Sementara pada wanita, pemeriksaan HPV melipatkan tes pap smear dan tes HPV.
HPV juga dikaitkan dengan kanker vulva, vagina, penis, anus, dan mulut serta tenggorokan. Vaksin dapat melindungi pria dan wanita dari beberapa jenis HPV, tapi vaksin ini efektif ketika diberikan sebelum aktivitas seksual dimulai.
Itulah beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan. Gunakan layanan Halodoc Home Lab (tersedia di Jabodetabek dan Surabaya) untuk melakukan pemeriksaan penyakit menular seksual dengan mudah tanpa keluar rumah. Yuk, klik gambar beriku untuk menggunakan layanan ini: