Pastikan Umur Kakak 2 Tahun Kalau Ibu Ingin Hamil Adik
Halodoc, Jakarta - Bercita-cita memiliki anak banyak? Boleh saja. Asal, perhatikan jaraknya. Orangtua zaman dulu sering berkata “rejeki mah sudah ada yang atur”. Memang benar, setiap makhluk hidup sudah dijamin rezekinya oleh Yang Kuasa sehingga tidak perlu takut kekurangan karena anaknya banyak.
Namun, pada zaman sekarang merencanakan jumlah anak berkaitan erat dengan kebahagiaan hidup setiap anggota keluarga di dalamnya, tidak hanya kepala keluarga sebagai pencari nafkah. Jadi ibu perlu mempertimbangkan ideal jarak antar anak saat kakak ingin diberi adik.
Pentingnya ASI Hingga Usia 2 Tahun
Sejak dilahirkan, anak memiliki kebutuhan akan ASI. Karena itu, setiap ibu disarankan untuk menyusui bayinya selama dua tahun jika mampu. Tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan bayi akan nutrisi dan mengembangkan daya tahan tubuh, menyusui juga berkaitan dengan bonding atau membangun ikatan antara ibu dan bayi. Karena itu, sebaiknya ideal jarak antar anak, minimal dua tahun untuk memastikan anak yang masih menyusu dapat terpenuhi kebutuhannya akan ASI hingga masanya selesai.
Apa risikonya jika ibu mengandung kembali ketika anak sebelumnya masih menyusu? Ada kemungkinan produksi ASI akan berkurang, nyeri puting /payudara, terjadinya kontraksi karena proses menyusui, atau ibu yang menjadi mudah lelah dan kurang nutrisi.
Jika ibu tidak mampu menjalani proses menyusui saat mengandung (tandem nursing), bisa jadi anak pertama harus “mengalah” untuk nutrisi adiknya, sehingga harus disapih dan berganti ke susu formula. Jadi sebaiknya, pastikan kebutuhan setiap anak akan ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga dua tahun.
Pentingnya Perhatian dan Kasih Sayang
Anak, khususnya pada masa kanak-kanaknya, membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Pembentukan karakter pun terjadi dalam keluarga pada usia ini sehingga ayah dan ibu yang bahagia lahir batin lah yang dapat menjadi pembimbing sekaligus role model anak untuk bekal masa depannya kelak.
Ketika anak yang masih membutuhkan perhatian penuh dari orangtua terpaksa harus berbagi perhatian dan kasih sayang dengan adik barunya, maka orangtua harus siap untuk menerima perubahan perilaku anak yang tentu saja membutuhkan kesabaran untuk menanganinya.
Pada anak dengan jarak usia diatas dua tahun, perilaku negatif yang muncul dapat berbentuk kemunduran tahapan pencapaiannya, misalnya anak yang sudah sukses toilet training mendadak mengompol kembali, minta dot, atau minta disuapi.
Bisa dibayangkan kan, jika sang kakak masih berusia di bawah dua tahun dan masih belum lancar berkomunikasi?
Pemberian Gizi yang Optimal
Seribu hari pertama kehidupan seorang anak –terdiri dari 270 hari di dalam kandungan dan 730 hari pada dua tahun pertama– merupakan periode emas. Terpenuhinya gizi selama hamil hingga tahun-tahun awal kehidupan anak berperan dalam membentuk fungsi otak dan memperkuat sistem imun.
Ibu hamil dengan jarak kehamilan yang dekat berpotensi untuk kesulitan memenuhi kebutuhan nutrisinya dan janin yang dikandungnya, terlebih bila ia masih menyusui. Tubuh ibu sendiri sedang memulihkan diri pasca melahirkan, sebaiknya nutrisi yang dikonsumsi tidak dibagi lagi untuk janin.
Begitu juga bagi anak yang masih pada fase MPASI. Saat bayi masih di dalam kandungan, memberi makanan bernutrisi terasa lebih mudah karena ibu yang memakannya.
Namun, ketika masa MPASI dimulai, tidak semua berjalan mulus. Proses membuat MPASI memang sedikit lebih “ribet”, seperti mengukus, menyaring, ataupun memotong kecil. Belum lagi jika anak susah makan, maka ibu harus ekstra kreatif dan ekstra sabar.
Jangan sampai lelah karena kehamilan menyebabkan sang kakak makan asal kenyang dengan makanan instan maupun kudapan yang minim gizi.
Keuangan Keluarga yang Stabil
Jumlah anak berkaitan erat dengan kondisi keuangan keluarga. Kehamilan, persalinan, biaya kesehatan dan pendidikan anak semua membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kehamilan dengan jarak yang dekat –dan mungkin saja tidak terencana– membuat pasangan harus menabung ekstra cepat untuk biaya persalinan, juga harus mengatur ulang prioritas yang telah dibuat.
Misalnya, jika membeli rumah menjadi target tahun ini, maka kelahiran sang adik bisa saja membuat rencana tersebut tertunda. Dengan keempat pertimbangan di atas, sebaiknya jarak ideal antar anak minimal dua tahun.
Dengan penjarakan yang tepat, maka tubuh ibu bisa memulihkan diri dengan sempurna untuk kehamilan berikutnya, proses pengasuhan anak pun lebih bebas stres. Sementara itu, ayah bisa memiliki rencana keuangan keluarga yang lebih predictable, anak bisa tercukupi gizi dan kasih sayangnya.
Karena itu, rencanakan kehamilan dengan baik. Atur jarak kehamilan sesuai kondisi kamu dan pasangan, termasuk faktor usia dan finansial. Kondisi gizi ibu pada saat prakonsepsi juga turut menentukan kondisi kesehatan bayi saat tumbuh besar nanti, lho! Jadi, jangan sampai “kesundulan” ya.
Pilih metode kontrasepsi yang sesuai bagi kamu dan pasangan. Keluarga yang terencana tidak hanya membuat hubungan ayah dan ibu tetap harmonis, juga menghasilkan anak-anak yang lebih bahagia.
Masih bingung dan butuh saran medis yang lebih akurat dan terpercaya? Tanyakan saja masalah kesehatan kamu kepada dokter Halodoc. Melalui aplikasi Halodoc, kamu bisa menghubungi dokter kapan saja dan dimana saja melalui Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang.
*artikel ini pernah tayang di Skata pada 22 Mei 2018
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan