Paparan Sinar Biru dari Gawai Bisa Merusak Kulit
Halodoc, Jakarta - Beberapa bulan terakhir, masyarakat dunia sedang menghadapi pandemi COVID-19. Hal ini membuat banyak orang jadi lebih sering berada di rumah, termasuk belajar dan bekerja dari rumah (WFH). Mau tak mau, segala kegiatan dan komunikasi dengan rekan kerja atau mengerjakan tugas, jadi dilakukan secara online, menggunakan gawai (gadget).
Setiap perangkat gawai, seperti laptop, handphone, tablet, dapat memancarkan sinar biru atau blue light. Namun, tahukah kamu bahwa sinar biru dapat memberi dampak yang berbahaya bagi kulit, jika terlalu sering terkena pancarannya?
Baca juga: Tips Bijak Mengatur Penggunaan Gadget pada Anak
Sinar Biru dari Gawai Bisa Masuk dan Merusak Kulit
Sinar biru yang berasal dari gawai di dalam ruangan akan memancarkan panjang gelombang yang bergabung untuk menciptakan aneka warna. Sinar biru pada televisi cenderung lebih aman, ketimbang yang di laptop atau handphone, karena jarak menatap layar televisi umumnya lebih jauh.
Meski mungkin kamu tidak merasakannya, paparan sinar biru dalam jangka panjang dapat menghancurkan kolagen, melalui stres oksidatif. Terlebih, bahan kimia dalam kulit yang bernama flavin, dapat menyerap paparan cahaya biru dari gawai. Reaksi yang terjadi selama penyerapan sinar biru tersebut dapat menghasilkan radikal bebas yang bisa merusak kulit.
Efek Paparan Sinar Biru Lebih Berisiko pada Orang dengan Kulit Berwarna
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di The Journal of Investigative Dermatology pada 2010, paparan sinar biru dari gawai terbukti bisa menyebabkan hiperpigmentasi pada orang dengan warna kulit sawo matang hingga gelap. Sementara untuk orang dengan kulit yang lebih terang, relatif tidak terpengaruh.
Baca juga: Bahaya Kecanduan Gadget pada Anak Milenial
Mathew M. Avram, direktur Pusat Dermatologi Laser dan Kosmetik Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston, kemudian mengategorikan warna kulit berdasarkan cara ia bereaksi terhadap sinar UV. Tipe 1 adalah kelompok warna paling terang dengan sensitivitas sinar UV paling tinggi. Skala dapat naik hingga ke tipe 6, yang paling gelap dan paling tidak mungkin terbakar.
Dalam studi tersebut juga dijelaskan, bahwa pemilik kulit tipe 2 yang terkena sinar biru cenderung tidak mengalami pigmentasi. Namun, pada orang dengan kulit berwarna akan menggelap dan kegelapan itu bertahan selama beberapa minggu. Hal ini karena ada sesuatu tentang pigmentasi pada kulit tipe 4, 5 dan 6 yang bereaksi berbeda dari pada orang dengan kulit putih.
Namun, Avram mengatakan bahwa masih diperlukan banyak penelitian skala besar tentang hal ini. Apalagi, di sisi sebaliknya, sinar biru dipercaya bisa meredakan jerawat, pada kadar tertentu. Cara sederhana untuk mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar biru adalah membatasi waktu menatap layar gawai.
Pada beberapa perangkat, biasanya ada juga mode malam yang menciptakan nada layar yang lebih hangat. Jika perlu, gantilah lampu LED standar di ponsel dengan versi yang memancarkan cahaya biru lebih sedikit. Tabir surya mineral dengan oksida besi juga bisa menjadi upaya perlindungan dari efek buruk sinar biru bagi kulit. Besi oksida telah terbukti lebih protektif terhadap cahaya dibanding seng oksida dan titanium dioksida saja.
Baca juga: Dampak Sinar Biru Gadget yang Mengganggu Kesehatan
Upayakan juga untuk memiliki gaya hidup sehat, seperti makan makanan sehat, minum air putih yang cukup, dan olahraga secara teratur. Di malam hari, batasi penggunaan gawai agar bisa pergi tidur lebih cepat dan istirahat lebih nyenyak. Ingatlah bahwa selain kulit, penggunaan gawai yang berlebihan juga bisa mengancam kesehatan mata.
Jadi, hindarilah bermain gawai di tempat tidur, apalagi dalam keadaan gelap, di malam hari. Kalau kamu mengalami masalah kesehatan, jangan ragu untuk membicarakannya pada dokter di aplikasi Halodoc, yang bisa kamu hubungi kapan dan di mana saja.
Referensi:
Gulf News. Diakses pada 2020. What that screen time is doing to your skin.
Journal of Investigative Dermatology Home. Diakses pada 2020. Blue-Light Irradiation Regulates Proliferation and Differentiation in Human Skin Cells.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan