Paparan Debu Tingkatkan Risiko Alami Pneumoconiosis
“Pneumoconiosis terjadi akibat menghirup partikel debu dalam jangka waktu yang lama. Ada beberapa jenis partikel debu yang bisa memicu pneumoconiosis, seperti silika, debu batu bara, hingga kobalt.”
Halodoc, Jakarta – Pneumoconiosis adalah salah satu penyakit paru interstitial yang terjadi akibat menghirup partikel debu yang dapat merusak paru-paru. Namun, tidak semua debu dapat menyebabkan penyakit ini. Biasanya, kamu hanya menemukan debu yang memicu penyakit ini pada area perkantoran, sehingga penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit paru akibat pekerjaan.
Perburukan gejala tidak terjadi dalam waktu yang cepat dan penyakit ini menjadi jenis penyakit yang perkembangannya sangat lambat. Namun, jika paru-paru sudah mengalami kerusakan, kondisi ini dapat menyebabkan berbagai keluhan kesehatan pada pengidapnya.
Yuk, simak ulasan lebih banyak mengenai pneumoconiosis agar kamu dapat melakukan pencegahan penyakit ini!
Paparan Debu Menjadi Penyebab Pneumoconiosis
Keluhan kesehatan akibat pneumoconiosis tidak dapat terjadi karena sekali hirupan debu. Selain itu, tidak semua debu dapat memicu pneumoconiosis.
Biasanya, menghirup debu mineral dalam jangka waktu yang panjang bisa berisiko menyebabkan seseorang mengalami pneumoconiosis.
Ada beberapa jenis debu mineral yang bisa memicu penyakit ini, seperti:
- Silika.
- Debu batu bara.
- Asbes.
- Debu kapas.
- Aluminium oksida.
- Kobalt.
Ketika kamu menghirup partikel debu tersebut dalam waktu yang cukup lama, maka bintik debu dapat menempel pada dinding paru-paru. Penumpukan partikel debu membuat tubuh mengeluarkan perlawanan karena menilai debu menjadi kuman atau partikel yang perlu diatasi.
Pada proses ini, jaringan paru-paru dapat mengalami peradangan yang menyebabkan munculnya jaringan parut. Kondisi jaringan parut yang kurang elastis membuat fungsi paru menjadi terganggu sehingga pengidap pneumoconiosis bisa mengalami kesulitan bernapas.
Waspada Gejala Pneumoconiosis
Penyakit ini sangat rentan terjadi pada pekerja tambang batu bara, pekerja bangunan, pekerja industri penerbangan, hingga pekerja tekstil.
Biasanya, ada beberapa keluhan kesehatan yang kerap dialami seseorang saat mengalami pneumoconiosis, seperti:
- Gangguan Pernapasan. Penyakit ini dapat menyebabkan pengidapnya mengalami napas yang menjadi lebih pendek atau kesulitan bernapas.
- Batuk. Biasanya, batuk yang dialami akan terjadi dalam waktu yang cukup panjang. Batuk juga akan disertai dengan lendir atau dahak.
- Tidak Nyaman pada Dada. Penyakit ini bisa menyebabkan rasa tidak nyaman pada dada. Pengidapnya akan mengalami sensasi dada yang kencang.
- Kelelahan. Pengidap pneumoconiosis juga berisiko mengalami kelelahan yang cukup panjang.
Selain jenis pekerjaan, kebiasaan merokok juga bisa menyebabkan kamu mengalami penyakit ini. Jadi, pastikan untuk membatasi atau menghentikan kebiasaan merokok agar kesehatan paru-paru bisa terjaga dengan baik.
Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Pneumoconiosis
Segera lakukan pemeriksaan pada rumah sakit ketika kamu mengalami batuk yang tidak kunjung membaik. Jika dokter mencurigai kamu mengalami pneumoconiosis, maka dokter akan bertanya lebih banyak mengenai riwayat kesehatan hingga pekerjaan yang pernah kamu lakukan.
Kemudian, beberapa pemeriksaan bisa dilakukan untuk mendiagnosis penyakit ini, seperti:
- Pemeriksaan fisik.
- Rontgen dada.
- CT Scan bagian dada.
- Pemeriksaan fungsi paru.
- Biopsi.
Hingga saat ini belum ada pengobatan yang bisa mengatasi penyakit ini. Saat kamu didiagnosis mengalami penyakit ini, pengobatan dilakukan untuk menurunkan risiko gejala dan perburukan kondisi kesehatan.
Selain menjalankan pengobatan secara medis, sangat penting untuk menjaga kesehatan paru-paru dalam kondisi yang optimal. Perhatikan pola makan, kegiatan fisik yang dilakukan, kebiasaan istirahat, hingga menghentikan kebiasaan merokok menjadi hal yang bisa dilakukan sebagai perawatan untuk pneumoconiosis.
Jika kamu membutuhkan obat yang diresepkan dokter, jangan ragu untuk gunakan Halodoc. Dengan begitu, obat bisa diantarkan langsung ke lokasi kamu dimana saja. Yuk, download aplikasi Halodoc melalui App Store atau Google Play sekarang juga.
Referensi:
University of Rochester Medical Center. Diakses pada 2022. Pneumoconiosis.
Johns Hopkins Medicine. Diakses pada 2022. Pneumoconiosis.
Web MD. Diakses pada 2022.What Is Pneumoconiosis?
Medical News Today. Diakses pada 2022. Pneumoconiosis: The Risk of Breathing in Dust.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan