Orangtua yang Bercerai Bisa Pengaruhi Kesehatan Jiwa Anak
Halodoc, Jakarta – Perceraian yang terjadi pada orangtua ternyata memberi dampak besar pada anak, terutama dampak psikologis. Perpisahan yang terjadi bisa memengaruhi kondisi kesehatan jiwa dan memicu anak mengembangkan penyakit mental tertentu. Selain akibat perpisahan, risiko gangguan mental menjadi lebih besar karena anak-anak harus kehilangan perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtua.
Tak dapat dimungkiri, perceraian memang bisa menjadi salah satu jalan keluar terbaik di tengah masalah rumah tangga yang enggak ada habisnya. Banyak pasangan yang memutuskan untuk bercerai dengan alasan untuk menyembuhkan luka dan menghindari hubungan menjadi semakin tidak sehat. Namun ternyata, dalam perceraian, perasaan anaklah yang paling terluka dan harus dikorbankan. Banyak anak-anak yang berakhir dengan penyakit mental karena harus menghadapi perceraian orangtuanya sejak dini.
Baca juga: 5 Tips Untuk Tetap Bahagia Usai Perceraian
Masalah-Masalah yang Bisa Terjadi pada Anak
Perceraian orangtua menjadi salah satu pemicu gangguan psikologi pada anak. Dalam jangka panjang, perpisahan yang terjadi bisa meningkatkan risiko anak mengalami gangguan kecemasan, mudah marah, serta sulit untuk merasa percaya. Bahkan, ada yang menyebut bahwa perceraian orangtua bisa memberi dampak terhadap prestasi akademik Si Kecil di kemudian hari.
Salah satu dampak yang rentan menyerang anak “korban” perceraian orangtua adalah perubahan pada kondisi mental. Setelah sebuah perceraian, biasanya anak akan menjadi lebih sulit untuk bertemu dengan salah satu orangtua, dan hal itu pasti akan memberi dampak negatif pada kondisi psikologis. Kekurangan kasih sayang dan kehadiran sosok salah satu orangtua bisa mengganggu perkembangan mental anak serta dampaknya bisa bertahan dalam jangka panjang.
Namun baru-baru ini, sebuah penelitian menyebut bahwa gangguan mental akibat perpisahan orangtua ternyata juga ditentukan oleh usia. Gangguan kesehatan jiwa disebut lebih rentan terjadi pada anak yang berusia 7 hingga 14 tahun saat orangtua bercerai. Sebaliknya, perceraian yang terjadi saat anak masih berada di bawah usia 7 tahun disebut tidak terlalu memengaruhi kondisi mental anak.
Baca juga: Dampak Keluarga yang Tidak Harmonis pada Psikologi Anak
Pasalnya, anak-anak yang berada di antara usia 7 hingga 14 tahun disebut sudah mulai mengenal pola hubungan manusia. Dalam hal ini, anak cenderung akan mengerti bahwa ia harus kehilangan sosok orangtua akibat perceraian, dan hal itu bisa menyakitkan bagi jiwanya. Selain itu, kesehatan jiwa juga bisa mengalami gangguan jika anak menjadi sasaran emosi orangtua, terutama selama proses perceraian berlangsung.
Selain masalah psikologis, perceraian orangtua ternyata juga bisa memberi dampak pada kondisi kesehatan fisik anak. Si kecil yang hidup dengan orangtua terpisah akibat perceraian cenderung lebih mudah mengalami sakit, terutama flu. Namun, hal ini biasanya tidak terlalu berpengaruh jika kedua orangtua masih menjalin hubungan baik setelah bercerai. Anak korban perceraian pun akan cenderung tidak percaya dengan hubungan serius serta menghindari pernikahan. Pada satu titik, hal ini bisa menyebabkan anak yang sudah beranjak dewasa menjadi kesepian dan mengalami gangguan psikologis serius.
Baca juga: Orang Tua Cerai Gara-Gara Pelakor, Ini 3 Dampaknya Pada Anak
Masih penasaran apa saja masalah psikologis yang terjadi pada anak karena perceraian orangtua? Tanya pada dokter di aplikasi Halodoc saja. Dokter bisa dihubungi kapan dan di mana melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan tips mencegah dan mengatasi masalah psikologis anak dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!