Orang yang Tinggal di Kota Besar Rentan Idap Gangguan Jiwa?
Halodoc, Jakarta – Kehidupan di kota besar dikaitkan dengan risiko depresi hampir 40 persen lebih tinggi ketimbang mereka yang tinggal di pedesaan. Menurut data kesehatan yang dipublikasikan oleh Urban Design Mental Health, kesenjangan sosial, perasaan ketidakadilan, kejahatan, dan diskriminasi adalah beberapa penjelasan kenapa seseorang mengidap gangguan jiwa.
Orang-orang yang tinggal di kota besar juga kerap mengalami peningkatan stimulus kepadatan penduduk, kebisingan, pemandangan yang bertolak belakang, kekacauan, polusi, dan hal-hal yang intens lainnya bisa memicu depresi dan kecemasan. Ingin tahu lebih lanjut mengenai kenapa orang yang tinggal di kota besar rentan gangguan jiwa, baca lanjutannya di sini!
Minimnya Akses ke “Alam”
Orang-orang yang tinggal di kota besar mengalami kesulitan untuk mengakses hal-hal yang sifatnya natural, seperti lingkungan pedesaan, bahkan sesuatu yang “hijau”. Ini bisa jadi penjelasan lain kenapa penduduk kota lebih rentan mengalami gangguan mental.
Kemudian, ada kecenderungan orang-orang kota merasa dirinya tidak aman, kurang privasi, dan bahkan kurang tidur, karena faktor-faktor, seperti keramaian, cahaya, kebisingan, dan stres. Khususnya ini menjadi masalah karena penduduk kota mungkin enggan untuk terlibat dalam interaksi sosial.
Baca juga: Kenali Tanda-Tanda Mengidap Gangguan Jiwa
Dibandingkan dengan penduduk pedesaan, para peneliti telah menemukan bahwa kaum urban 21 persen lebih mungkin mengalami gangguan kecemasan dan 39 persen lebih cenderung mengalami gangguan suasana hati. Kemudian, tingkat kondisi kesehatan mental berikut lebih tinggi terjadi di antara mereka yang tinggal di daerah perkotaan:
- PTSD.
- Manajemen kemarahan.
- Gangguan kecemasan umum.
- Hal yang sama berlaku untuk gangguan psikologis yang lebih serius, seperti skizofrenia dan paranoia.
Penelitian yang berbeda mengungkapkan fakta yang kurang lebih sama seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya. Stimulasi yang terus-menerus dari kehidupan kota dapat mendorong tubuh pada kondisi stres yang dikenal sebagai respons melawan atau lari.
Hal itu bisa membuat kita lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, bahkan penggunaan Narkoba. Kehidupan kota juga dapat merusak sistem kekebalan psikologis yang dapat membahayakan bagi mereka yang memiliki keluarga.
Tinggal di Kota dapat Memengaruhi Kualitas Tidur
Kehidupan kota tidak hanya memengaruhi kesejahteraan mental, tetapi juga kesehatan fisik. Terlalu banyak paparan polusi udara dan kebisingan kota dapat menyebabkan kerusakan kesehatan jantung seseorang.
Kebisingan lalu lintas dapat mengganggu kualitas tidur dan menyebabkan kortisol, hormon stres meningkat. Seiring waktu, peningkatan kadar hormon ini dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit kardiovaskular.
Baca juga: Gangguan Jiwa Psikosis Bisa Disembuhkan, Benarkah?
Penduduk kota juga lebih rentan terhadap insomnia dan kesulitan tidur. Dalam sebuah survei terhadap lebih dari 15.000 orang, para peneliti di Universitas Stanford menemukan bahwa cahaya terang sebuah kota dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk mendapatkan istirahat malam yang baik.
6 persen orang yang tinggal di daerah yang sangat terang mengalami tidur yang kurang, tidak lebih dari enam jam setiap malamnya. Penelitian yang sama juga menemukan bahwa, 29 persen dari kaum urban ini tidak puas dengan kualitas istirahat malam mereka.
Ingin tahu lebih lanjut mengenai hal ini, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa kapan dan di mana mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.
Referensi:
Healthline. Diakses pada 2019. Here’s How Living in a City Can Mess with Your Mental Health.
Urban Design Mental Health. Diakses pada 2109. How The City Affects Mental Health.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan