Negatif Thinking Bisa Mengarah ke Paranoid, Mitos atau Fakta
Halodoc, Jakarta - Apakah kamu sering berburuk sangka pada orang lain? Hal tersebut mungkin terjadi akibat negatif thinking yang terus memengaruhi otak. Sesuatu yang negatif kemungkinan berbanding lurus dengan hal yang buruk. Negatif thinking juga dapat menguras banyak tenaga karena pengidapnya kerap khawatir dengan sesuatu yang tanpa alasan jelas.
Pikiran negatif dapat membuat seseorang mengalami kecemasan pada situasi sosial karena kerap curiga dengan orang lain. Namun, benarkah negatif thinking dapat berkembang menjadi gangguan paranoid? Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan berikut!
Baca juga: Bisakah Sering Takut Gagal Dianggap sebagai Paranoid?
Paranoid Dapat Disebabkan oleh Negatif Thinking
Gangguan kepribadian paranoid adalah salah satu dari kondisi yang dapat memengaruhi cara berpikir pengidapnya, sehingga ia akan terlihat aneh atau eksentrik. Seseorang dengan gangguan ini juga kerap merasa tidak percaya pada orang lain dan selalu curiga tanpa alasan yang jelas. Ia tidak percaya dengan orang lain dan selalu menanamkan mindset jika orang lain selalu berusaha untuk menyakitinya.
Selain itu, seseorang dengan gangguan paranoid kerap enggan curhat pada orang lain, mudah menaruh dendam pada orang lain, merendahkan, bahkan mengancam seseorang karena suatu hal yang bahkan tidak membahayakan. Pengidap gangguan kepribadian paranoid ini dengan cepat mengungkapkan rasa marahnya dan mudah untuk bermusuhan dengan orang lain.
Lalu, apakah negatif thinking berisiko berkembang menjadi paranoid? Mempunyai kebiasaan menaruh rasa curiga pada orang lain memang meningkatkan risiko terhadap masalah kesehatan mental. Salah satu gangguan yang dapat terjadi, yaitu paranoid.
Pikiran negatif terhadap orang lain yang sudah mencapai gangguan akut mengartikan jika kamu sudah mengarah pada gangguan paranoid. Kamu akan sering merasakan curiga pada orang lain jika mereka akan menipu, membohongi, dan bahkan melakukan hal yang jahat.
Seseorang dengan gangguan paranoid memiliki sikap keras kepala dan tidak pernah menaruh rasa percaya pada orang lain. Sikap sarkastik dan kerap memancing emosi lawan bicaranya kerap dilakukan untuk membuktikan jika dugaannya benar. Rasa curiga tersebut juga dapat bertambah parah hingga menimbulkan depresi dan rasa cemas.
Baca juga: Selalu Curiga pada Pasangan, Benarkah Termasuk Paranoid?
Penyebab dari Gangguan Kepribadian Paranoid
Penyebab yang pasti dari gangguan paranoid belum diketahui secara pasti. Namun, kemungkinan paling besar berhubungan dengan kombinasi faktor biologis dan psikologis. Selain itu, gangguan ini lebih umum terjadi pada seseorang yang memiliki keluarga dengan gangguan skizofrenia. Kedua kelainan ini memiliki hubungan genetik yang disebabkan oleh pengalaman masa lalu yang tidak baik, seperti trauma fisik dan emosional.
Lalu, jika kamu masih memiliki pertanyaan terkait gangguan paranoid, psikolog atau psikiater dari Halodoc dapat membantu. Caranya mudah sekali, cukup dengan download aplikasi Halodoc di smartphone kamu untuk mendapatkan kemudahan akses kesehatan!
Cara Mendiagnosis Gangguan Kepribadian Paranoid
Para ahli medis akan bertanya terkait gejala yang timbul dan riwayat kesehatan sebelumnya di tahap awal. Pemeriksaan fisik juga dapat dilakukan untuk mencari kondisi medis yang sedang dihadapi. Setelah itu, kamu mungkin akan mendapatkan pemeriksaan atau perawatan yang lebih intens pada psikiater, psikolog, atau ahli penyakit mental lainnya.
Baca juga: Ini Bedanya Gangguan Kepribadian Paranoid dan OCD
Dokter yang terbiasa mengatasi penyakit mental akan melakukan penilaian secara komprehensif. Ahli medis mungkin bertanya terkait masa kecil, sekolah, pekerjaan, hingga hubungan dengan orang di sekitarnya. Selain itu, pertanyaan terkait cara kamu menanggapi situasi yang dibayangkan juga dapat menggambarkan reaksi pada hal tertentu. Akhirnya, diagnosis kesehatan mental akan diberikan dan perencanaan perawatan akan dilakukan.