Mitos dan Fakta di Balik Rabies

Ditinjau oleh  dr. Fitrina Aprilia   25 September 2019
Mitos dan Fakta di Balik RabiesMitos dan Fakta di Balik Rabies

Halodoc, Jakarta – Rabies menjadi salah satu jenis penyakit yang sering dikaitkan dengan informasi yang kurang tepat alias mitos. Sayangnya, tidak sedikit mitos-mitos yang beredar bersifat merugikan. Informasi salah yang beredar juga bisa membuat penyakit ini salah ditangani, bahkan tidak ditangani sama sekali. Maka dari itu, sangat penting untuk mengetahui apa saja mitos dan fakta seputar penyakit rabies. 

Fakta yang paling mendasar adalah penyakit rabies terjadi karena adanya infeksi virus pada otak dan sistem saraf. Penyakit ini sering dijuluki dengan istilah “anjing gila”, tetapi juga bisa menyerang manusia. Pada dasarnya, virus penyebab penyakit ini memang dimulai atau dibawa oleh hewan yang kemudian menularkannya pada manusia melalui gigitan. Biar lebih jelas, simak penjelasan seputar mitos dan fakta penyakit rabies berikut! 

Baca juga: 4 Fakta tentang Rabies pada Manusia

Tidak Semua Informasi Rabies Berisi Fakta 

Nyatanya, tidak semua informasi yang beredar tentang sebuah penyakit, misalnya rabies berisi fakta. Bisa saja adalah salah pengertian sehingga membuat informasi yang tidak benar akhirnya beredar. Namun sangat disayangkan, seringnya mitos dan informasi salah yang beredar bersifat merugikan dan menyebabkan penyakit menjadi salah ditangani. 

  • Rabies Ditularkan Hewan 

Fakta. Nyatanya, virus rabies memang dibawa oleh hewan yang kemudian ditularkan ke manusia melalui gigitan. Penyebaran virus rabies ke manusia juga bisa terjadi melalui semburan air liur hewan yang masuk melalui luka atau lapisan mukosa. Artinya, rabies tidak bisa menyerap atau masuk ke dalam kulit manusia yang tidak terluka. Gigitan hewan pembawa rabies menyebabkan virus mulai menyerang dengan memasuki pembuluh darah dan menyebar di dalam tubuh. Secara perlahan, serangan akan mencapai otak dan virus akan mulai menggandakan diri dengan cepat.

  • Hanya Ditularkan Anjing 

Mitos. Meski disebut dengan istilah anjing gila, rabies ternyata tidak hanya ditularkan oleh anjing. Virus penyebab penyakit ini ditularkan oleh anjing melalui gigitan, cakaran, atau air liur. Selain anjing, ada juga beberapa jenis hewan lain yang bisa membawa virus rabies dan menularkannya pada manusia, di antaranya kucing, musang, kera, kelelawar, sapi, kuda, kambing, hingga kelinci.

Baca juga: Bahaya Cakaran Kucing yang Perlu Diwaspadai

  • Penyakit Mematikan 

Fakta. Infeksi rabies pada manusia nyatanya adalah kondisi yang mematikan. Saat virus menyerang, terjadi peradangan berat pada otak dan saraf tulang belakang. Peradangan ini bisa berisiko dan berpotensi menyebabkan kematian pada orang yang terinfeksi

  • Gejala Terlambat 

Fakta. Nyatanya, virus rabies membutuhkan waktu untuk menimbulkan gejala. Waktu sebelum munculnya gejala rabies disebut sebagai masa inkubasi. Umumnya, masa inkubasi virus rabies adalah sekitar 4 hingga 12 minggu setelah gigitan hewan yang terinfeksi virus. Namun, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan gejala penyakit ini muncul lebih cepat atau lebih lambat.

  • Gejala Menyerupai Flu

Fakta. Selain gejala yang terlambat, penyakit rabies sering tidak disadari karena gejala yang muncul bersifat umum dan menyerupai flu. Pada masa-masa awal, virus rabies bisa memunculkan gejala, seperti demam tinggi, menggigil, mudah merasa lelah, nyeri otot, kesulitan menelan, hingga kesulitan tidur di malam hari. Beberapa gejala lain yang mirip flu pun mungkin terjadi, jika tidak segera ditangani, gejala ringan tersebut bisa berubah menjadi kondisi yang lebih buruk dan menyebabkan kondisi semakin parah. 

Baca juga: 5 Penyakit yang Ditularkan dari Hewan

Diskusikan lebih lanjut mengenai gejala rabies dan fakta-fakta seputar penyakit ini dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Lebih mudah menghubungi dokter kapan dan di mana  saja melalui Video/Voice Call atau Chat. Dapatkan informasi kesehatan terpercaya dari dokter berpengalaman. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang di App Store dan Google Play! 

Referensi:

Mayo Clinic. Diakses pada  2019. Rabies.
Healthline. Diakses pada 2019. Rabies.
WebMD. Diakses pada 2019. Rabies in Dogs.