Mitos atau Fakta, Makanan dengan Zat Karsinogenik Bisa Picu Kanker

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   15 Agustus 2018
Mitos atau Fakta, Makanan dengan Zat Karsinogenik Bisa Picu KankerMitos atau Fakta, Makanan dengan Zat Karsinogenik Bisa Picu Kanker

Halodoc, Jakarta – Karsinogenik adalah zat atau senyawa yang dapat menyebabkan kanker. Biasanya cara kerja karsinogenik adalah dengan merusak DNA secara langsung, sehingga menyebabkan mutasi. Kondisi tersebut akan mengganggu proses normal pembentukan sel, sehingga sel-sel membelah lebih cepat atau bahkan meningkatkan kemungkinan perubahan DNA.

Ada beberapa jenis karsinogenik yang diserap tubuh dengan cara berbeda, mulai dari inhalis, konsumsi, sampai dengan eksposur. Meskipun karsinogenik mudah untuk ditemukan, tapi tidak selamanya paparan dengan zat ini langsung mengindikasikan kanker.

Semua tergantung pada faktor-faktor pendukung lainnya seperti berapa lama kamu terpapar oleh zat karsinogenik tersebut, berapa jumlah penyerapannya, serta gaya hidupmu.

Untuk paparan fisik seperti radiasi sinar ultraviolet, sinar X memang dapat menyebabkan kanker. Namun, gelombang berenergi rendah seperti gelombang radio atau gelombang mikro umumnya tidak bersifat karsinogenik. Sedangkan, paparan kimia lebih dapat memungkinkan menyebabkan kanker. Paparan kimia tersebut umumnya terdapat pada rokok.

Biasanya, paparan tembakau ini dapat mengakibatkan kanker paru-paru, tenggorokan, mulut, pankreas, kandung kemih, perut, dan hati. Untuk paparan secara biologi sendiri biasanya ditemukan pada produk kimia beracun yang bisa saja dihasilkan oleh jamur makanan yang terkontaminasi. Paparan biologi ini juga dapat menyebabkan berbagai jenis kanker.

Banyaknya penyebaran informasi menyebabkan seringkali terjadi kesalahpahaman, sehingga mengaburkan antara fakta dengan mitos. Sama halnya dengan yang dirangkum dalam beberapa hal ini. Di antaranya adalah:

Makanan yang Dibakar dapat Menyebabkan Kanker

Faktanya, makanan yang dibakar tidak menyebabkan kanker. Namun, daging yang dimasak pada suhu tinggi dapat meningkatkan risiko kanker. Memanggang makanan dan memasak daging pada suhu tinggi dapat menghasilkan senyawa seperti heterocyclic amines (HCAs) dan polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) yang bersifat karsinogenik.

Walaupun masih belum terbukti, ada baiknya untuk menghindari mengolah daging di suhu tinggi atau memasaknya di atas api terbuka. Hindari juga mengonsumsi bagian daging yang terkena paparan bakaran langsung, karena bagian ini yang umumnya memang paling tinggi kadar karsinogeniknya.

Makanan yang Digoreng dapat Menyebabkan Kanker

Hampir sama seperti informasi sebelumnya, bukan makanan yang digoreng yang dapat menyebabkan kanker. Namun, suhu tinggi saat menggoreng makanan yang dapat meningkatkan risiko kanker. Penggorengan dengan suhu tinggi dapat menghasilkan akrilamida yang dapat berisiko terhadap kanker.

Untuk meminimalisir risiko ini, kamu dapat menggunakan minyak tak jenuh. Di antaranya adalah minyak canola, minyak jagung, minyak kedelai, ataupun minyak bunga matahari untuk menggoreng ataupun memanggang.

Alkohol Adalah Karsinogen

Faktanya adalah alkohol (etanol) diubah menjadi asetaldehida di dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kanker dengan merusak DNA. Ketika kamu mengonsumsi alkohol, alkohol berubah menjadi asetaldehida atau zat kimia beracun yang dapat merusak DNA dan mencegah perbaikan sel-sel.

Walaupun tidak serta merta menyebabkan kanker, tetapi konsumsi alkohol secara berlebihan bisa memicunya. Konsumsi alkohol dapat menyebabkan peningkatan hormon tertentu, misalnya estrogen. Peningkatan hormon tersebut dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker payudara.

Gaya Hidup Picu kanker

Gaya hidup yang tidak sehat tidak hanya bisa memicu pertumbuhan kanker, tetapi juga mengundang jenis-jenis penyakit lainnya. Makanya sangat penting untuk menerapkan hidup sehat seperti mengonsumsi makanan sehat dan olahraga.

Kalau kamu ingin tahu lebih banyak mengenai mitos ataupun fakta seputar zat karsinogenik, tips-tips kesehatan, gaya hidup sehat, atau informasi kesehatan lainnya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.