Mirip Meriang, Ini 5 Gejala Bronkitis yang Jangan Diabaikan
Halodoc, Jakarta - Meriang adalah sebutan untuk gejala demam yang disertai menggigil. Sebetulnya banyak sekali kondisi penyakit yang menyebabkan gejala meriang, demam umumnya merupakan reaksi alami dari infeksi di dalam tubuh. Salah satu penyakit yang bisa menyebabkan gejala meriang ini adalah bronkitis.
Bronkitis adalah infeksi umum yang disebabkan oleh adanya peradangan dan iritasi pada bronkus, atau saluran udara utama paru-paru. Untuk mendeteksi dini penyakit ini, kamu bisa memperhatikan terlebih dahulu gejala-gejala yang terjadi demi mencegah kondisi berkembang menjadi semakin parah.
Baca juga: 6 Penyebab Asma Kambuh pada Malam Hari yang Perlu Diwaspadai
Kenali Gejala Bronkitis
Seperti jenis infeksi lainnya, bronkitis juga bisa semakin buruk jika tidak segera ditangani. Melansir dari National Health Service UK, bronkitis terjadi karena saluran udara dalam paru-paru yang seharusnya memproduksi lendir untuk menjebak debu dan kuman yang masuk ke dalam tubuh mengalami gangguan. Kemudian, hal ini membuat produksi lendir berkurang, sehingga membuat saluran udara dan lapisan dalam bronkus alami peradangan dan membengkak.
Nah, beberapa gejala dari bronkitis yang sering diabaikan antara lain:
- Batuk Kering Berkepanjangan
Gejala utama dari penyakit bronkitis adalah batuk kering yang terjadi dalam waktu yang cukup lama yakni lebih dari 3 minggu. Pada bronkitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, batuk kering bisa terjadi dan dapat berubah menjadi batuk berdahak.
Oleh karena itu, jika kamu mengalami batuk yang tak kunjung sembuh setelah lebih dari 2 minggu, ada baiknya kamu memeriksakan diri ke rumah sakit untuk mendiskusikannya dengan dokter. Kini buat janji dengan dokter pun lebih mudah dilakukan lewat Halodoc. Tanpa perlu antre, kamu bisa langsung menemui dokter.
Baca juga: Batuk Terus? Waspada Kanker Paru-paru
- Mengeluarkan Dahak Berwarna Kuning
Dahak adalah mukus atau lendir yang keluar saat kita batuk, dan pada batuk yang normal warnanya putih bercampur bening. Namun, jika kamu mengidap bronkitis dan mengalami gejala batuk berdahak, dahak yang dikeluarkan biasanya akan berwarna kekuningan.
- Sesak Napas
Tidak hanya batuk yang terus-menerus, pengidap bronkitis juga bisa alami sesak napas (mengi). Inilah mengapa penyakit bronkitis juga sering disalahartikan sebagai penyakit asma. Pada anak-anak, gejala sesak napas yang dialami ini bisa terlihat dari adanya suara aneh yang dikeluarkan ketika menarik napas, dan akan terdengar lebih nyaring saat ia tidur.
- Nyeri pada Bawah Tulang Dada
Tidak hanya sesak, pengidap bronkitis juga akan merasakan sakit di bagian bawah tulang dada, terutama setiap kali mereka menarik napas. Pada kasus yang sudah parah, rasa nyeri ini juga bisa menyebar ke seluruh bagian tubuh, yang kemudian sebabkan rasa tidak nyaman.
- Mudah Lelah
Saat pengidap bronkitis menarik napas, ia bisa saja mengalami dua masalah. Yang pertama adalah sesak dan yang kedua adalah nyeri di bawah tulang dada, seperti telah dijelaskan tadi. Kondisi tersebut tentu akan membuat mereka mudah lelah ketika melakukan aktivitas. Belum lagi jika gejala disertai demam dan menggigil, pengidap bronkitis akan selalu merasa lemas dan sulit melakukan aktivitas berat.
Baca juga: Pahami Ciri, Jenis, dan Cara Mencegah Paru-paru Basah
Waspada, Komplikasi Akibat Bronkitis
Jika kamu mengalami gejala seperti yang disebutkan di atas, sebaiknya tidak mengabaikannya dan pastikan untuk mendapat perawatan dari dokter. Pasalnya, penyakit ini bisa sebabkan komplikasi yang berbahaya. Salah satunya adalah pneumonia, yang menjadi komplikasi yang cukup umum. Pneumonia terjadi ketika infeksi menyebar lebih jauh ke paru-paru, dan menyebabkan kantung udara kecil di dalam paru-paru terisi oleh cairan.
Sekitar 1 dari 20 kasus bronkitis pun dilaporkan menyebabkan pneumonia. Terdapat beberapa hal yang meningkatkan risiko pneumonia, yaitu:
- Lanjut usia;
- Merokok;
- Orang dengan kondisi kesehatan lain, seperti penyakit jantung, hati atau ginjal;
- Orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
Pneumonia ringan biasanya dapat diobati dengan antibiotik di rumah. Sementara kasus yang lebih parah mungkin memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.