Mengidap Vaginismus, Haruskah Menemui Psikolog?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   02 Maret 2020
Mengidap Vaginismus, Haruskah Menemui Psikolog? Mengidap Vaginismus, Haruskah Menemui Psikolog?

Halodoc, Jakarta - Vaginismus adalah kejang atau kontraksi otot di sekitar vagina yang bisa terjadi selama berhubungan seksual. Vaginismus umumnya dimulai pada usia remaja atau awal dua puluhan, ketika seorang wanita pertama kali menggunakan tampon atau melakukan hubungan intim. 

Bagi wanita lain, vaginismus dapat berkembang di kemudian hari, yakni setelah fungsi seksual sudah berjalan normal. Vaginismus dapat terjadi setiap kali penetrasi atau saat seorang wanita sedang melakukan hubungan seksual. Lantas, apakah wanita yang mengalami vaginismus perlu mengunjungi psikolog?

Baca Juga: 4 Mitos Tentang Vaginismus yang Tak Perlu Dipercaya

Perlukah Pengidap Vaginismus Temui Psikolog?

Dikutip dari laman Healthline, kebanyakan dokter percaya bahwa vaginismus disebabkan oleh masalah psikologis seputar seks. Wanita punya riwayat trauma atau pelecehan seksual juga berisiko mengalami hal ini. Kecemasan umum tentang seks juga dapat menyebabkan vaginismus dan sering dialami oleh wanita yang baru pertama kali mencoba melakukan hubungan seks vaginal.

Psikolog dapat membantu pengidap vaginismus agar menjadi lebih nyaman secara psikologis dan fisik terhadap seks dan menyelesaikan segala ketakutan yang dapat dimiliki pengidap tentang hubungan seksual. Pendidikan seks juga diberikan oleh psikolog kepada wanita yang mengalami vaginismus.

Pendidikan biasanya melibatkan pembelajaran anatomi vagina dan apa yang terjadi selama gairah seksual dan hubungan seksual. Pengidap juga mendapatkan informasi tentang otot-otot yang terlibat dalam vaginismus. Hal ini membantu pengidap dalam memahami bagaimana bagian-bagian tubuh bekerja dan bagaimana tubuh merespons.

Teknik relaksasi dan hipnosis juga meningkatkan relaksasi dan membantu pengidap merasa lebih nyaman selama berhubungan intim. Konseling dengan psikolog dapat melibatkan pengidap sendiri atau bersama dengan pasangan. Selain melakukan konseling, latihan kegel secara teratur juga membantu wanita belajar mengendalikan otot-otot vagina dan mengurangi kekakuan pada vagina. 

Baca Juga: Istri Mengidap Vaginismus, Ini yang Dilakukan Suami

Gejala Vaginismus

Vaginismus ditandai dengan mengencangkan otot-otot vagina. Tingkat keparahan kondisi ini berbeda-beda pada setiap wanita. Pada banyak kasus, penyempitan vagina membuat penetrasi dilakukan. Ketika kondisi ini terjadi, pengidap vaginismus tidak dapat mengontrol atau menghentikan kontraksi otot vaginanya.

Vaginismus juga dapat menimbulkan gejala tambahan, seperti ketakutan akan penetrasi dan menurunnya hasrat seksual akibat takut terhadap penetrasi. Wanita yang mengalami vaginismus juga kerap melaporkan bahwa mereka mengalami rasa sakit seperti membakar atau menyengat ketika ada sesuatu yang dimasukan ke dalam vagina.

Kalau kamu mengalami vaginismus, bukan berarti kamu tidak dapat mendapatkan kenikmatan dari aktivitas seksual. Pengidap vaginismus masih berpeluang merasakan dan menginginkan kenikmatan seksual dan mengalami orgasme. Pasalnya, banyak aktivitas seksual yang tidak melibatkan penetrasi, termasuk seks oral, pijat, dan masturbasi.

Kalau kamu ingin menangani kondisi ini, sebaiknya jangan menyimpannya sendirian. Coba untuk membicarakannya dengan pasangan tentang perasaan dan ketakutan yang dimiliki. Kamu juga dapat berkonsultasi dengan dokter atau terapis, karena mereka mengetahui cara mengatasi vaginismus. Tidak sedikit orang yang pulih dari kondisi ini dan mendapatkan kehidupan seksual yang bahagia.

Baca Juga: Cara Tepat Menjaga Kebersihan Miss V

Kalau kamu ingin bertemu dengan dokter atau psikolog, kamu dapat membuat janji dengan dokter terlebih dahulu melalui aplikasi Halodoc. Lewat aplikasi, kamu menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call.

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2020. What Is Vaginismus?.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2020. Vaginismus.
Good Therapy. Diakses pada 2020. Vaginismus.