Mengidap Penyakit Usus Buntu, Haruskah Dioperasi?
Halodoc, Jakarta - Pernah atau sedang mengalami rasa sakit tidak tertahankan pada perut kanan bagian bawah? Waspada, bisa jadi gejala tersebut menandai adanya penyakit usus buntu. Jangan sekali-kali menganggap remeh penyakit ini.
Radang usus buntu adalah kondisi yang membutuhkan perhatian dan tindakan medis. Lantas, bagaimana sih cara mengatasi penyakit usus buntu? Benarkah masalah usus ini pasti berujung pada prosedur operasi?
Baca juga: Inilah Perbedaan Usus Buntu dan Maag
Harus Melalui Operasi?
Cara untuk mengetahui penanganan yang tepat diperlukan beberapa pemeriksaan tambahan selain pemeriksaan fisik. Contohnya, foto rontgen, USG, CT scan, serta pemeriksaan darah dan urine. Pasalnya, penyakit usus buntu pada anak terkadang sulit untuk didiagnosis, terutama pada anak yang lebih kecil.
Sebenarnya, cara mengatasi usus buntu tidak harus selalu melalui prosedur operasi yang disebut apendektomi (pengangkatan usus buntu). Usus buntu yang terbilang ringan bisa diatasi dengan pemberian antibiotik sebelum operasi, dengan begitu operasi tidak lagi diperlukan.
Namun, menurut ahli di National Institutes of Health - Medlineplus, sering kali kasus usus buntu berujung pada apendektomi atau operasi usus buntu. Biasanya, ahli bedah akan mengangkat usus buntu segera setelah pasien didiagnosis. Sebelum prosedur operasi dilakukan, pasien diberikan antibiotik terlebih dahulu, bila hasil CT scan menunjukkan adanya abses pada usus.
Singkat kata, andaikan kondisi semakin parah atau penggunaan obat-obatan tidak berhasil, mau tak mau penyakit harus ditangani lewat prosedur operasi usus buntu.
Cara mengatasi usus buntu lewat prosedur operasi ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu laparoskopi atau laparotomi (bedah terbuka). Untuk laparoskopi, dokter bedah akan membuat sayatan kecil di perut, atau menggunakan alat bedah khusus yang disebut laparoskopi.
Baca juga: 5 Makanan yang Harus Dihindari Pengidap Radang Usus
Operasi ini bertujuan untuk mengeluarkan usus buntu yang telah meradang. Operasi ini lebih umum dilakukan karena pemulihannya lebih singkat. Operasi ini juga dianjurkan pada pengidap obesitas atau lansia.
Sedangkan laparotomi lain lagi ceritanya. Prosedur operasi ini dilakukan untuk menangani kasus usus buntu dengan infeksi yang telah menyebar, atau ketika usus buntu menjadi abses atau bernanah.
Gejala yang Sulit Dibedakan
Mau tahu gejala usus buntu yang paling khas? Nyeri pada perut merupakan gejala utama dari penyakit usus buntu. Nyeri ini disebut dengan kolik abdomen. Seseorang yang mengidap usus buntu umumnya merasakan nyeri pada bagian pusar, dan bergerak ke bagian kanan bawah perut. Namun, posisi nyeri ini bisa berbeda-beda. Semuanya bergantung pada posisi dari usus buntu dan usia pengidapnya.
Menurut ahli di National Institutes of Health - Medlineplus, gejala usus buntu sangat bervariasi. Sayangnya, sulit untuk mendeteksi usus buntu pada anak kecil, orang tua, dan wanita subur. Namun, hampir sebagian besar pengidapnya mengalami rasa sakit di sekitar pusar dan perut bagian tengah atas.
Hal yang perlu diingat, gejala usus buntu pada anak dan orang dewasa tidak selalu sama. Nah, berikut ini gejala usus buntu pada anak:
- Demam ringan dan nyeri di sekitar pusar.
- Mual dan muntah.
- Kehilangan nafsu makan.
- Rasa sakit di bagian tengah perut yang mungkin hilang timbul.
- Rasa sakit biasanya semakin parah dan bergerak ke sisi kanan bawah perut namun sebagian orang mengalami penjalaran nyeri hingga perut kanan atas, pinggul, dan punggung.
- Dalam beberapa jam, rasa sakit bergerak ke sisi kanan bawah perut, di mana usus buntu biasanya berada, dan menjadi menetap serta bertambah parah.
- Peningkatan jumlah sel darah putih, yang merupakan tanda terdapatnya infeksi lain pada tubuh.
- Pada bayi dan anak yang berusia kurang dari 2 tahun, gejala usus buntu biasanya mengakibatkan muntah, kembung, sakit perut, tidak mau makan atau minum, terjadi demam, bahkan diare.
Baca juga: Sering Makan Pedas? Ini Dampaknya pada Usus Buntu
Bagaimana gejalanya pada orang dewasa? Pengidapnya mungkin saja mengalami pembengkakan di perut, mual dan muntah, sembelit atau diare, demam rendah, nyeri perut, hingga ketidakmampuan untuk mengeluarkan gas.
Nah, bila Si Kecil atau anggota keluarga lainnya mengalami beberapa gejala di atas, segeralah temui atau tanyakan pada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan?
Referensi:
National Institutes of Health - MedlinePlus. Diakses pada 2020. Appendicitis
Kids Health. Diakses pada 2020. For Parents. Appendicitis.
WebMD. Diakses pada 2020. What Is Laparoscopic Surgery?
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Diseases and Conditions. Appendicitis.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan