Mengenal Varian Delta Penyebab COVID-19 Second Wave di India
Halodoc, Jakarta – Saat ini, banyak negara yang sedang bersiap menghadapi COVID-19 second wave atau gelombang kedua penyebaran virus corona. Salah satunya adalah India, yang sempat menghadapi gelombang kedua “mematikan” akibat varian delta yang sangat menular.
Bahkan, baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa varian delta atau B1.617.2 yang pertama kali ditemukan di India sebagai varian of concern (VOC). Artinya, varian tersebut termasuk jenis virus corona yang mengkhawatirkan karena lebih mudah menular. Dalam hal ini jika dibandingkan dengan strain Alpha, yang ditemukan di Inggris.
Baca juga: Perkembangan Terbaru Kasus Virus Corona di Indonesia
Varian Delta Sebabkan Gangguan Lambung hingga Pembekuan Darah
Sebelumnya, varian delta COVID-19 diberi label varian of interest (VOI). Namun, setelah WHO mengamati adanya peningkatan penularan yang signifikan dan semakin banyak negara yang melaporkan wabah yang terkait dengan varian ini, status varian delta ditingkatkan menjadi VOC.
Masih terkait nama, pada 12 Mei lalu, India mengajukan keberatan dengan varian yang diberi label sebagai “Varian India”. Badan kesehatan dunia sebelumnya mengatakan bahwa virus atau variannya tidak boleh diidentifikasi dengan nama negara tempat virus tersebut ditemukan.
Lantas, apa saja gejala yang ditimbulkan varian delta? Beberapa gejala yang dialami pasien COVID-19 di India adalah sakit perut, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, gangguan pendengaran, dan nyeri sendi. Selain itu, beberapa pasien juga mengalami mikrotrombi atau penggumpalan darah kecil.
Kondisi tersebut juga dapat menjadi parah, sehingga menyebabkan kematian jaringan yang berkembang menjadi gangrene. Gangrene terjadi ketika jaringan tubuh mengalami kematian akibat tidak mendapatkan pasokan darah yang mencukupi. Akibat dari gangrene, beberapa pasien harus diamputasi.
Meskipun beberapa waktu belakangan jumlah kasus COVID-19 sedang surut di India, komplikasi pada pasien yang pulih terus berlanjut. Mulai dari gangguan pendengaran, gangguan lambung yang parah, dan pembekuan darah yang mengarah ke gejala gangrene.
Baca juga: Gelombang Kedua COVID-19 Berpotensi Terjadi di RI, Apa Sebabnya?
Mulai Menyebar ke Lebih dari 60 Negara
Saat ini, varian delta telah menyebar ke lebih dari 60 negara. Varian baru tersebut kini cukup banyak ditemukan di Amerika Serikat dan Inggris. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), varian delta kini menyumbang lebih dari 6 persen dari semua infeksi di Amerika Serikat.
Varian yang sangat menular ini mungkin bertanggung jawab atas lebih dari 18 persen kasus di beberapa negara bagian AS Barat. Di Inggris Raya, varian ini juga menyebar dengan cepat dan menjadi jenis yang dominan. Lebih dari 60 persen infeksi COVID-19 di beberapa bagian Inggris terjadi akibat varian ini.
Statistik terbaru telah membuat para ahli menyimpulkan bahwa varian delta sekarang hampir menyalip varian alpha, VOC yang pertama kali terdeteksi di wilayah Kent di Inggris.
“Dengan varian ini yang sekarang dominan di seluruh Inggris, tetap penting bagi kita semua untuk terus berhati-hati sebanyak mungkin,” kata Dr Jenny Harries, Kepala Eksekutif, Badan Keamanan Kesehatan Inggris.
“Cara mengantisipasi risiko adalah dengan mencegah penularan COVID-19 secara keseluruhan. Bekerja dari rumah atau di mana pun kamu bisa. Jika memenuhi syarat dan belum melakukannya, silakan maju untuk divaksinasi dan pastikan untuk mendapatkan suntikan kedua. Itu akan menyelamatkan nyawa,” tambahnya.
Baca juga: Benarkah COVID-19 Second Wave Lebih Rentan Menyerang Usia Muda?
Varian delta virus corona juga sudah mulai menyebar di beberapa wilayah di Indonesia. Hal ini dikonfirmasi oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, dalam laman Kompas.
Jadi, tingkatkan kewaspadaan dengan terus mematuhi protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarak fisik, dan rutin mencuci tangan. Jika mengalami keluhan kesehatan, segera gunakan aplikasi Halodoc untuk berbicara pada dokter. Selain itu, penting juga untuk mendukung upaya pemerintah dengan menjalani vaksinasi, bila sudah mendapatkan giliran.