Mengenal Manfaat Terapi Antibodi Monoklonal pada Pasien COVID-19

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   03 Februari 2022

“Saat ini kasus infeksi COVID-19 mulai naik lagi di dunia. Para peneliti masih terus mengembangkan berbagai metode penyembuhan untuk mengurangi kasus kematian akibat infeksi COVID-19. Salah satu metode yang digunakan adalah terapi antibodi monoklonal.”

Mengenal Manfaat Terapi Antibodi Monoklonal pada Pasien COVID-19Mengenal Manfaat Terapi Antibodi Monoklonal pada Pasien COVID-19

Halodoc, Jakarta – Hingga kini, metode penyembuhan infeksi COVID-19 semakin beragam. Salah satu yang dikembangkan adalah terapi antibodi monoklonal. Cara kerjanya adalah dengan memblokir virus memasuki sel-sel sehat dalam tubuh. Terapi tersebut diklaim mampu mencegah perburukan gejala COVID-19 dan mempercepat proses pemulihan. 

Baca juga: 4 Cara Memulihkan Kesehatan Jantung setelah COVID-19

Pentingnya Melakukan Terapi Antibodi Monoklonal

Terapi antibodi monoklonal direkomendasikan pada pengidap COVID-19 yang berisiko tinggi. Terapi ini cukup ramai diperbincangkan belakangan ini. Antibodi monoklonal bekerja dengan mengikat bagian antigen virus. Kemudian, antibodi buatan tersebut akan meniru kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan patogen berbahaya, yaitu virus corona (SARS-CoV-2).

Antibodi monoklonal yang dikembangkan untuk mengatasi infeksi COVID-19, didapatkan dari sel darah putih penyintas. Sel darah putih tersebut kemudian diproses dengan teknik rekombinasi sehingga menghasilkan beberapa jenis antibodi. Antibodi yang didapatkan tersebut kemudian diidentifikasi dan diskrining untuk menemukan jenis yang paling efektif untuk menetralisasi SARS-CoV-2. Cara kerjanya adalah dengan mengikat spike protein virus SARS-CoV-2, sehingga menghambat interaksi antara virus SARS-CoV-2 dengan reseptor ACE-2 pada sel tubuh manusia.

Pertanyaan selanjutnya, mengapa terapi antibodi monoklonal dilakukan? Prosedur yang telah dijelaskan sebelumnya bertujuan untuk mencegah terjadinya perburukan gejala, serta mempercepat proses pemulihan pengidap. Bisa dibilang, terapi antibodi ini mampu mengurangi angka kematian pengidap secara signifikan dengan respons antibodi tubuh secara alami.

Baca juga: Pencegahan Badai Sitokin pada Pengidap COVID-19

Kapan Waktu yang Tepat Melakukannya?

Sesuai pedoman tata laksana di Indonesia, terapi antibodi monoklonal untuk SARS-CoV-2 dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pasien dengan gejala ringan atau sedang, serta gejala berat. Nah, di Indonesia sendiri,  regdanvimab merupakan salah satu terapi antibodi monoklonal yang diedarkan dengan merek Regkirona™ dari Dexa Medica (Dexa Group). Executive Director Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS), Dr. Raymond Tjandrawinata, merekomendasikan terapi antibodi sebagai salah satu pilihan yang efektif.

Hal tersebut diungkapkan setelah terapi antibodi telah melalui uji klinik fase III dengan hasil yang positif. Terapi regdanvimab dengan merek dagang Regkirona, untuk mengatasi  COVID-19 dengan gejala ringan atau sedang, kini sudah diedarkan di dalam negeri. Obat ini dapat diberikan jika gejala muncul dalam intensitas ringan hingga sedang, seperti:

  • Demam;
  • Batuk kering;
  • Kelelahan;
  • Nyeri tenggorokan;
  • Diare;
  • Konjungtivitis (mata merah);
  • Sakit kepala;
  • Kehilangan indra penciuman.

Pasien dewasa dengan gejala di atas yang tidak memerlukan terapi oksigen, dapat dipertimbangkan oleh dokter untuk mendapatkan regdanvimab. Di samping itu, obat ini juga lebih ditujukan kepada pasien COVID-19 yang berisiko tinggi mengalami gejala berat. Beberapa kelompok yang berisiko mengalami gejala berat, seperti:

  • Lansia;
  • Obesitas;
  • Penyakit kardiovaskular (termasuk asma);
  • Penyakit paru kronis;
  • Diabetes melitus tipe 1 dan 2;
  • Penyakit ginjal kronis (termasuk pasien dialisis);
  • Penyakit hati kronis;
  • Pasien imunosupresi berdasarkan penilaian dokter.

Pada pasien dengan risiko tinggi seperti yang telah disebutkan, pemberian terapi antibodi harus dilakukan sesegera mungkin. Sebaiknya berikan dalam kurun waktu 7 hari setelah gejala muncul. Dosis akan disesuaikan dengan berat badan masing-masing pasien, yaitu 40 miligram per kilogram berat badan. Obat diberikan melalui infus intravena (IV) selama 90 menit melalui infusion pump

Baca juga: COVID-19 Diprediksi Menjadi Endemi, Apa Sebabnya?

Hal yang perlu digarisbawahi, antibodi monoklonal tidak bisa dibeli bebas dan digunakan sembarangan. Pemberian terapi antibodi monoklonal sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dan atas rekomendasi dari dokter. Terapi ini juga harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit. 

Nah, bagi kamu atau terdapat anggota keluarga yang ingin membeli obat pasca pemulihan COVID-19, atau vitamin dan suplemen untuk meningkatkan sistem imun, bisa kok menggunakan fitur “toko kesehatan” di aplikasi Halodoc. Sangat praktis, bukan? 

Referensi:

Regkirona™. Diakses pada 2022. Fact sheet for health care providers emergency use authorization (EUA) of regdanvimab for the treatment of Covid-19 patients.
Medical News Today. Diakses pada 2022. COVID-19: What is Monoclonal Antibody Therapy?
NIH. Diakses pada 2022. Anti-SARS-CoV-2 Monoclonal Antibodies.
FDA. Diakses pada 2022. Coronavirus (COVID-19) Update: FDA Authorizes Monoclonal Antibodies for Treatment of COVID-19.