Mengenal Lebih Dalam Tentang Sarkoma Kaposi
Halodoc, Jakarta - The Big C alias Cancer (kanker) selalu membuat banyak telinga yang mendengarnya merasa ngeri. Alasannya simpel, seringnya muncul secara diam-diam, cenderung sulit disembuhkan, dan bisa berujung pada kematian.
Dari banyaknya jenis kanker, sarkoma kaposi merupakan salah satu jenis kanker yang mesti diwaspadai. Sarkoma kaposi ini kanker akibat infeksi virus yang bisa menyebabkan pertumbuhan jaringan abnormal. Pertumbuhannya bisa berupa bercak-bercak berwarna merah atau ungu di bawah kulit, hidung, tepi mulut, kelenjar limfa, dan organ tubuh lain.
Nah, berikut ini beberapa fakta mengenai sarkoma kaposi yang perlu diketahui.
Baca juga: Kenali Gejala Awal Sarkoma Kaposi yang Harus Diwaspadai
Virus yang Menyerang Sel-Sel Sehat
Umumnya, kanker terjadi akibat pertumbuhan sel abnormal yang menyerang sel-sel tubuh sehat. Sel abnormal ini bisa berkembang berlipat ganda, hingga menjadi sel kanker yang ganas.
Nah, pada kanker sarkoma kaposi ini, disebabkan oleh infeksi virus yang disebut herpes virus terkait sarkoma Kaposi (Kaposi Sarcoma Associated Herpes Virus—KSHV), juga dikenal sebagai human herpesvirus 8 (HHV 8). Virus ini dapat ditularkan melalui hubungan intim atau dari ibu ke bayi melalui plasenta. Pasalnya, virus ini dapat ditemukan di darah, air liur atau saliva, cairan vagina, dan cairan semen.
Umumnya, seseorang yang terinfeksi virus ini tak menimbulkan gejala apapun. Serangan dari virus ini bisa diatasi dengan sistem kekebalan tubuh yang normal. Akan tetapi, bila kekebalan tubuh sedang melemah, lain lagi ceritanya.
Virus ini dapat bereplikasi dan menginfeksi sel-sel yang melapisi pembuluh darah dan pembuluh limfa (sel endotel). Selanjutnya, virus akan membawa gen ke dalam sel endotel tersebut menyebabkan sel membelah terlalu banyak, tidak terkendali, dan sel dapat bertahan hidup lebih lama dari normalnya.
Gen yang sama ini dapat menyebabkan sel endotel membentuk pembuluh darah baru. Tak cuma itu, kondisi ini juga bisa meningkatkan produksi bahan kimia tertentu yang menyebabkan peradangan. Nah, perubahan inilah yang ujung-ujungnya bisa membentuk lesi kanker.
Jenisnya Terkait AIDS sampai Transplantasi
Sarkoma kaposi ini sendiri terbagi menjadi empat jenis. Jenis ini ditentukan berdasarkan kelompok pengidapnya. Nah, berikut ini jenis-jenis sarkoma kaposi
1. Sarkoma Kaposi Epidemik
Sarkoma jenis ini berkaitan erat dengan AIDS. Pada dasarnya, sarkoma kaposi bisa menyerang siapa saja. Akan tetapi, sarkoma kaposi yang disebabkan oleh HIV merupakan jenis yang paling sering terjadi. Alasannya simpel, banyak studi membuktikan pengidap HIV atau AIDS berpeluang dua kali lipat mengalami kanker tersebut ketimbang orang sehat. Dengan kata lain, semakin lemah daya tahan tubuhnya, semakin rentan pula mereka terserang kanker.
2. Sarkoma Kaposi Endemik
Jenis yang satu ini terjadi pada orang yang tinggal di Afrika. Oleh sebab itu, jenis ini disebut sebagai sarkoma kaposi Afrika. Tipe ini dapat menyerang sekelompok orang, termasuk anak-anak atau dibawah 40 tahun.
Faktanya, sarkoma kaposi terkait infeksi virus herpes, lebih umum di Afrika dibandingkan dengan daerah lainnya. Oleh sebab itu, tak heran bila orang yang tinggal di Afrika lebih rentan terserang sarkoma kaposi endemik.
Baca juga: Waspada, Virus Herpes Mampu Sebabkan Sarkoma Kaposi
3. Sarkoma Kaposi Klasik
Sarkoma klasik umumnya dialami oleh lansia dari keturunan Eropa Timur, Mediterania, dan Timur Tengah. Sebagian besar kasusnya lebih banyak dialami pria dibandingkan dengan wanita. Pada tipe ini sel-sel kanker ini berkembang lambat, 10–15 tahun. Lesi baru jarang terbentuk, apabila adapun perkembanganya sangat lambat.
4. Sarkoma Kaposi Latrogenik
Tipe yang satu ini terjadi pada orang-orang yang sistem imunnya ditekan setelah transplantasi organ. Sebagian besar pengidap transplantasi organ diberikan obat-obatan imunosupresan atau penekan imun agar sistem kekebalan tubuhnya tidak menolak atau menyerang organ baru yang ditransplantasikan.
Nah, kondisi inilah yang bakal memicu masalah. Sistem kekebalan tubuh yang melemah dapat meningkatkan risiko seseorang yang terinfeksi virus herpes terkait sarkoma kaposi dan akan berkembang menjadi lesi kanker. Untungnya, menghentikan obat imunosupresan atau menurunkan dosis dapat membuat lesi sarkoma kaposi hilang atau semakin kecil.
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung kepada dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Referensi:
American Cancer Society. Diakses pada 2019. What Causes Kaposi Sarcoma?
WebMD. Diakses pada 2019. What Is Kaposi's Sarcoma?
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan