Mengenal Gejala dan Dampak Gangguan Histeria
“Histeria dapat didefinisikan sebagai ciri dari beberapa kondisi, yang melibatkan seseorang dengan gejala fisik dan disebabkan oleh kondisi psikologis.”
Halodoc, Jakarta – Histeria adalah istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu perilaku emosional yang tampaknya berlebihan dan di luar kendali. Ketika seseorang merespons suatu kondisi dengan cara yang terlihat tidak proporsional dalam segi emosional untuk situasi tersebut, mereka sering digambarkan sebagai “histeris.”
Dalam buku berjudul Medically Unexplained Symptoms, istilah histeria menjadi satu diagnosis medis yang umum selama era Victoria, terutama untuk wanita. Istilah ini tidak dihapus dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) hingga tahun 1980. Saat ini, orang yang menunjukkan gejala histeris mungkin didiagnosis dengan gangguan disosiatif atau somatik.
Gejala dan Dampak Histeria
Adapun gejala dan dampak yang dianggap sebagai ciri khas atau karakteristik dari “histeria” meliputi:
- Kebutaan.
- Ledakan emosi.
- Halusinasi.
- Perilaku histrionik (terlalu dramatis atau bersemangat).
- Peningkatan sugestibilitas.
- Hilangnya sensasi.
Sementara itu, gejala tambahan yang sering dikaitkan dengan keadaan histeris cukup beragam, beberapa di antaranya termasuk:
- Berada dalam semacam keadaan tidak sadar diri.
- Mengalami amnesia.
- Mengalami kelumpuhan.
- Pingsan.
- Mengalami kejang seperti epilepsi.
- Sensasi nyeri meningkat.
- Otot kaku atau kejang.
Apa Penyebab Histeria?
Seiring waktu, teori tentang apa yang menyebabkan histeria telah berubah. Kini, penyebab gangguan disosiatif dan somatik sering kali lebih mengarah pada kondisi psikologis.
Gangguan disosiatif umumnya disebabkan oleh pengalaman beberapa jenis trauma. Ini termasuk terkena pelecehan masa kanak-kanak yang bersifat fisik, seksual, atau emosional. Berada dalam bencana alam atau terlibat dalam pertempuran juga dapat menyebabkan gangguan disosiatif.
Gangguan gejala somatik juga dapat merupakan akibat dari pelecehan masa kanak-kanak atau pengabaian orang tua. Namun, kadang-kadang juga disebabkan oleh kecemasan yang ekstrem tentang proses perubahan pada tubuh.
Mengatasi Histeria
Jika kamu mengalami gejala yang dikaitkan dengan histeria, seperti ledakan emosi, kehilangan sensasi, atau halusinasi, mencari bantuan profesional kesehatan mental adalah langkah yang baik. Sementara itu, berikut adalah beberapa tips untuk membantu kamu mengatasi kondisi tersebut:
- Melatih kesadaran. Berkonsentrasilah pada saat ini alih-alih berfokus pada kemarin atau besok. Ini dapat membantu kamu tetap pada pikiran yang benar dan rasional
- Latihan pernapasan. Kurangi perasaan cemas dengan latihan pernapasan.
- Menulis jurnal. Keluarkan semua yang kamu rasakan dan tulislah di atas kertas. Secara perlahan, ini akan membuat kamu merasa lebih lega.
- Aktif secara fisik. Berjalan-jalan, mendaki, atau naik sepeda bisa jadi cara lain untuk meringankan gejala histeria yang bisa terjadi kapan saja. Aktivitas fisik membantu meningkatkan kesehatan mental sekaligus meningkatkan kesehatan fisik pada saat yang bersamaan.
- Buat jadwal tidur yang konsisten. Berikan tubuh istirahat yang dibutuhkan untuk membantunya mengatasi gejala dan emosi yang kamu alami dengan lebih baik.
Jangan ragu untuk mendapatkan bantuan profesional guna membantu mengatasi histeria. Kamu bisa tanyakan pada psikolog atau langsung buat janji di rumah sakit dengan menggunakan aplikasi Halodoc. Selain itu, aplikasi ini juga bisa kamu pakai untuk mengecek semua kebutuhan medis yang kamu perlukan. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang!
Referensi:
Verywell Mind. Diakses pada 2022. What Is Hysteria?
Medically Unexplained Symptoms. Diakses pada 2022. Early Ideas on Hysteria.
Planned Parenthood of South, East and North Florida. Diakses pada 2022. The History of Hysteria and How it Impacts You.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan