Mengenal BDSM yang Berbeda dengan Kekerasan Seksual
BDSM berbeda dengan kekerasan seksual karena tindakan ini disepakati oleh kedua belah pihak.

DAFTAR ISI
- Apa itu BDSM?
- Perbedaan BDSM dan Kekerasan Seksual
- Apa Kata Riset?
- Batas antara BDSM dan Kekerasan Seksual
BDSM telah menjadi topik pembicaraan yang kian luas. Tindakan ini juga sering diakui sebagai bentuk ekspresi seksual.
Bukan hanya tentang kepuasan fisik, BDSM juga melibatkan aspek emosional, psikologis, dan relasional antara pasangan. Namun, sering kali BDSM disalahartikan dan dianggap setara dengan kekerasan seksual.
Agar tidak muncul stigma dan kesalahpahaman lebih lanjut, simak informasi tentang BDSM berikut ini!
Apa itu BDSM?
BDSM adalah praktik seksual yang melibatkan dinamika kekuasaan, baik secara fisik maupun psikologis, singkatan dari Bondage and Discipline, Dominance and Submission, Sadism and Masochism.
Istilah ini mengacu pada praktik erotis yang melibatkan ikatan, disiplin, dominasi, penyerahan, sadisme, dan masokisme.
Meski terdengar kurang mengenakan, praktik BDSM umumnya disepakati dan disetujui oleh semua pihak yang terlibat.
Praktik ini dapat dilihat dari berbagai jenis dan ciri-ciri, seperti:
- Bondage: Mengikat atau membatasi gerakan pasangan.
- Discipline: Menetapkan aturan dan konsekuensi.
- Dominance and Submission: Hubungan antara pihak yang dominan (dom) dan yang tunduk (sub).
- Sadism and Masochism: Mendapatkan kepuasan dari memberikan atau menerima rasa sakit.
BDSM bukanlah tentang kekerasan, melainkan tentang eksplorasi batasan diri dan keintiman antara pasangan.
Dalam BDSM, komunikasi, kepercayaan, dan negosiasi memainkan peran yang sangat penting untuk menciptakan pengalaman yang aman dan menyenangkan untuk orang yang melakukannya.
Simak informasi lain tentang Hubungan Seks – Tips & Informasi Lengkap untuk Pria dan Wanita berikut ini.
Ciri-Ciri atau Jenis BDSM:
- Consensual Non-Consent (CNC): Dinamika di mana pihak submisif setuju untuk “tidak setuju” dalam skenario yang telah disepakati sebelumnya.
- 24/7 Dynamics: Hubungan di mana dinamika kekuasaan berlangsung terus-menerus, bukan hanya selama aktivitas seksual.
- Sensory Play: Eksplorasi sensasi menggunakan alat seperti es, lilin, atau bulu.
- Role Play: Memerankan karakter atau skenario tertentu untuk menciptakan dinamika kekuasaan.
- Impact Play: Aktivitas yang melibatkan pemukulan atau pukulan, seperti menggunakan cambuk, tangan, atau alat lainnya.
- Pet Play: Satu pihak mengambil peran sebagai hewan peliharaan (misalnya, kucing atau anjing) sementara pihak lain bertindak sebagai pemiliknya.
Prinsip Dasar BDSM
BDSM didasarkan pada beberapa prinsip penting yang membedakannya dari kekerasan seksual:
1. Safe, Sane, and Consensual (SSC)
- Safe (Aman): Semua aktivitas dilakukan dengan mempertimbangkan keamanan fisik dan emosional.
- Sane (Waras): Praktik BDSM dilakukan dalam keadaan sadar dan tidak merugikan kesehatan mental.
- Consensual (Sukarela): Semua pihak setuju dan memberikan persetujuan tanpa paksaan.
2. Komunikasi yang Jelas
Komunikasi terbuka dan jujur adalah kunci dalam BDSM. Pasangan harus mendiskusikan batasan, keinginan, dan kata kode (safe word) yang digunakan untuk menghentikan aktivitas jika diperlukan.
3. Kepercayaan dan Rasa Hormat
BDSM membutuhkan kepercayaan dan rasa hormat yang tinggi antara pihak yang terlibat. Tanpa kedua hal ini, praktik BDSM tidak dapat dilakukan dengan sehat.
Perbedaan BDSM dan Kekerasan Seksual
BDSM dan kekerasan seksual sering kali disalahartikan sebagai hal yang serupa. Padahal, keduanya adalah hal yang berbeda.
Supaya tidak salah, berikut lebih rinci mengenai perbedaan antara BDSM dengan kekerasan seksual:
1. Konsensualitas
Salah satu aspek terpenting yang membedakan BDSM dari kekerasan seksual adalah konsensualitas.
Dalam konteks BDSM, semua pihak yang terlibat memberikan persetujuan secara jelas dan terbuka sebelum terlibat dalam praktik tersebut.
Semuanya mencakup kesepakatan mengenai apa yang akan dilakukan, batasan apa yang ada, dan bagaimana setiap individu merasa nyaman.
Persetujuan ini dapat dikomunikasikan melalui berbagai metode, contohnya “safe word”.
Safe word adalah kata atau frasa yang dapat digunakan untuk menghentikan aktivitas jika salah satu pihak merasa tidak nyaman. Sebaliknya, kekerasan seksual terjadi tanpa persetujuan.
Tindakan Ini melibatkan perilaku paksaan, ancaman, atau kebohongan. Kekerasan tentu saja melanggar hak individu untuk memilih dan mengendalikan tubuh mereka sendiri.
2. Dasar komunikasi
BDSM juga menuntut komunikasi yang kuat. Seseorang yang melakukan tindakan ini umumnya menjalin dialog yang terbuka mengenai keinginan, batasan, dan keselamatan sebelum melakukan aktivitas tersebut.
Hal ini sangat penting untukmenciptakan kepercayaan dan rasa aman yang merupakan kunci utamanya.
Komunikasi ini berlanjut selama aktivitas berlangsung guna memastikan bahwa orang yang terlibat merasa nyaman dan bisa menghentikan aktivitas kapan saja jika diperlukan.
Di sisi lain, kekerasan seksual mengabaikan komunikasi yang sehat. Tindakan kekerasan tidak dihargai dengan persetujuan, melainkan mengekang hak dan kebebasan individu.
Dalam konteks ini, komunikasi yang seharusnya ada tidak terealisasikan. Korbannya sering kali diberikan pilihan yang sangat terbatas bahkan tidak ada sama sekali.
3. Batasan dan kontrol
BDSM diatur oleh batasan yang telah disepakati dan jelas. Bahkan, beberapa orang menggunakan kontrak atau kesepakatan yang merinci tentang jenis aktivitas dan batasan yang harus dihormati.
Hal ini untuk memastikan bahwa semua interaksi berjalan dengan aman dan sesuai dengan harapan orang yang terlibat. Sebaliknya, kekerasan seksual tidak mengenal batasan.
Tindakan yang dilakukan sering kali bersifat agresif dan tidak mempertimbangkan keinginan atau keselamatan individu lain. Dalam hal ini, kontrol sepenuhnya ada di tangan pelaku.
4. Pengalaman emosional
BDSM bertujuan memberikan kepuasan emosional dan psikologis bagi para orang yang menjalaninya. Pengalaman ini bisa memperkuat hubungan dan meningkatkan kepercayaan antara pasangan.
Di sisi lain, kekerasan seksual adalah hal sebaliknya. Kekerasan justru meninggalkan trauma dan dampak psikologis yang mendalam bagi korban. Kualitas Hubungan Seks Menurun? Dokter Ini Bisa Beri Solusi untuk kamu.
Apa Kata Riset?
Tak sedikit yang menganggap bahwa seorang penyuka BDSM pasti mengidap gangguan jiwa.
Studi yang dipublikasikan dalam The Journal of Sexual Medicine, menunjukkan bahwa BDSM bukan merupakan tanda gangguan jiwa, melainkan dapat dianggap sebagai bentuk kegiatan rekreasi atau hiburan.
Fakta Unik Tentang BDSM
Kebanyakan orang menganggap BDSM selalu terkait dengan seks, meskipun bisa saja demikian.
Faktanya, BDSM tidak melulu berhubungan dengan aktivitas seks, melainkan bisa juga dalam bentuk lain, seperti pijatan.
Namun, beberapa orang juga sering menganggap kalau pijatan selalu mengarah pada seks, padahal tidak selalu demikian.
Batas antara BDSM dan Kekerasan Seksual
Batas antara BDSM dan kekerasan seksual harus dipastikan agar praktik BDSM tidak disalahpahami.
Dalam BDSM, ada istilah “safe word” atau kata aman, yang digunakan untuk menghentikan aktivitas jika salah satu pihak merasa tidak nyaman.
Ini adalah aspek utama yang membedakan BDSM dari kekerasan seksual.
Kesepakatan dan komunikasi di antara para peserta adalah kunci untuk memastikan bahwa semua aktivitas terjadi secara sukarela dan aman.
Tanpa kesepakatan, aktivitas seksual apa pun dapat dianggap sebagai kekerasan
Itulah informasi terkait BDSM yang perlu kamu tahu. Jika mengalami masalah dalam hal seksual, kamu bisa menghubungi psikolog di Halodoc.
Tak perlu khawatir, psikolog di Halodoc tersedia 24 jam dan privasi kamu pasti aman terjaga. Tunggu apa lagi? Pakai Halodoc sekarang juga!