Memasak Dengan Suhu Tinggi Bisa Sebabkan Penyakit Jantung Koroner
Halodoc, Jakarta – Salah satu upaya untuk menghindari penyakit jantung koroner menyerang adalah dengan menerapkan pola makan sehat, yaitu dengan menghindari konsumsi makanan yang sering disebut sebagai penyebab penyakit. Terkadang, orang pun akan memilih untuk menyiapkan makanan sendiri di rumah untuk mendukung upaya tersebut. Namun ternyata, memasak makanan sendiri pun masih bisa menjadi peluang terjadinya penyakit jantung koroner.
Hal itu ternyata berkaitan dengan cara memasak yang salah. Kebiasaan memasak makanan dalam suhu tinggi katanya bisa meningkatkan risiko penyakit jantung koroner menyerang. Sebelumnya perlu diketahui, penyakit jantung koroner merupakan jenis penyakit yang menjadi penyebab kematian di dunia. Maka dari itu, sangat penting untuk memperhatikan cara memasak yang benar agar risiko penyakit ini bisa diturunkan.
Baca juga: 4 Hal Ini Bisa Picu Penyakit Jantung
Bahaya Memasak dengan Suhu Tinggi
Meningkatnya risiko penyakit jantung koroner ternyata berkaitan dengan cara memasak makanan yang salah. Hal itu terungkap melalui sebuah penelitian yang melibatkan dan membandingkan jenis makanan yang berasal dari daerah Asia Selatan dengan masakan dari Cina. Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa risiko penyakit jantung koroner lebih tinggi pada orang dari Asia Selatan.
Hal itu berkat kebiasaan memasak dengan suhu tinggi, misalnya digoreng, dibakar, atau dipanggang dengan api atau suhu yang tinggi. Semantara itu, masyarakat Cina dikenal lebih sering memasak dengan cara dikukus atau direbus. Fakta itulah yang kemudian dikaitkan dengan meningkatnya risiko penyakit jantung koroner menyerang.
Memasak makanan dengan suhu tinggi disebut bisa menghasilkan zat racun pada makanan tersebut. saat dikonsumsi, makanan berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan termasuk penyakit jantung koroner. Jenis racun yang dihasilkan akibat mengolah makanan dengan suhu tinggi adalah neo-formed contaminants (NFCs). Racun ini akan muncul atau terbentuk saat makanan dimasak dengan suhu lebih dari 150 derajat Celsius.
Baca juga: Tips Memasak Makanan Rendah Lemak
Pada dasarnya, racun NFCs dibedakan menjadi dua jenis:
-
Trans Fatty Acids (TFAs)
Trans fatty acids merupakan jenis lemak yang mengalami proses hidrogenasi. Jenis racun ini biasanya ditemukan pada produk makanan olahan. Meski begitu, proses hidrogenasi juga bisa terjadi pada minyak nabati yang umum digunakan pada proses memasak dengan suhu tinggi. Saat makanan mengalami proses ini, akan muncul kandungan lemak trans yang dapat menyebabkan pembuluh darah tersumbat dan meningkatkan kadar kolesterol jahat di dalam tubuh.
-
Glycation End-Products (AGEs)
Jenis racun yang kedua adalah Glycation end-products (AGEs), yaitu senyawa yang muncul akibat terpecahnya karbohidrat dan protein. Dalam hal ini, kedua nutrisi itu terpecah menjadi bentuk yang lebih sederhana. Sebenarnya tubuh manusia memproduksi AGEs, tetapi dalam jumlah yang sangat terbatas. AGEs berpengaruh langsung terhadap kinerja insulin yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami diabetes mellitus tipe 2. Saat kamu mengonsumsi makanan yang mengandung senyawa ini, AGEs bisa menumpuk di dalam tubuh.
Penumpukan senyawa AGEs bisa meningkatkan risiko penyumbatan pembuluh darah, dan berujung pada penyakit jantung koroner. Zat AGEs sangat tinggi jumlahnya pada daging merah, makanan manis, atau coklat yang dimasak dalam suhu yang sangat tinggi, yaitu lebih dari 150–170 derajat Celsius.
Baca juga: Kenali Gejala Penyakit Jantung Koroner
Punya masalah kesehatan dan butuh saran dokter? Pakai aplikasi Halodoc saja! Kamu bisa dengan mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!
Referensi:
CNN. Diakses pada 2019. Too much heat in the kitchen may increase your risk of heart disease
BHF. Diakses pada 2019. Does cooking at high temperatures increase your risk of heart disease?
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan