Lama Rawat Inap Picu Acute Respiratory Distress Syndrome?
Halodoc, Jakarta - Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) adalah sindrom ketika terjadi penumpukan cairan di alveoli. Penumpukan cairan ini membuat oksigen sulit masuk ke organ-organ tubuh, sehingga pengidapnya berada dalam kondisi berbahaya. ARDS terjadi ketika ada trauma signifikan yang memengaruhi paru-paru secara langsung atau tidak langsung. Tubuh merespons trauma ini melalui reaksi inflamasi dengan melepaskan banyak molekul alami ke dalam aliran darah.
Biasanya, reaksi peradangan ini bersifat melindungi dan membantu pengidap melawan infeksi atau sembuh dari cedera. Namun, pada beberapa orang, molekul-molekul inflamasi ini menyebabkan pembuluh darah terkecil di paru-paru bocor. Akibatnya, cairan masuk ke alveoli, sehingga menyulitkan oksigen untuk masuk ke aliran darah. Sebagian besar kasus ARDS disebabkan oleh penyakit pernapasan atau cedera. Lantas, benarkah terlalu lama rawat inap memicu ARDS?
Baca Juga: Kecanduan Alkohol Sebabkan Acute Respiratory Distress Syndrome
Benarkah Lama Rawat Inap yang Lama Memicu ARDS?
Dikutip dari American Lung Association, ARDS adalah gangguan serius dan bahkan dengan perawatan medis terbaik, kondisi ini tetap bisa mengancam nyawa pengidapnya. Seseorang yang selamat dari penyakit sering harus tinggal di rumah sakit dalam waktu yang cukup lama. Lamanya rawat inap juga bisa meningkatkan risiko untuk terkena infeksi nosokomial, yakni infeksi yang didapatkan di rumah sakit atau fasilitas perawatan kesehatan.
Selain itu, tidak sedikit pula pengidap yang mengalami komplikasi tambahan saat berada di unit perawatan intensif. Beberapa dari komplikasi ini termasuk pneumonia, pneumotoraks, trombosis vena, kelemahan otot yang parah, kebingungan, dan gagal ginjal.
Pneumotoraks dan trombosis vena adalah komplikasi yang dihasilkan oleh ARDS. Penggunaan ventilator atau pemasangan kateter vena sentral selama rawat inap adalah contoh kasus yang bisa sebabkan pneumotoraks. Ventilator dan kateter tidak dipasang dengan tepat bisa sebabkan pneumotoraks (kolaps) akibat tekanan dari ventilator.
Rawat inap juga membuat seseorang berbaring terlalu lama. Ketika kaki seseorang tidak bergerak dalam jangka waktu yang lama, otot betis tidak berkontraksi, maka ia bisa mengalami penggumpalan darah atau trombosis vena. Gejala ARDS bervariasi tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya, serta adanya penyakit jantung atau paru yang mendasarinya, di antaranya:
-
Napas pendek yang parah;
-
Sangat sulit untuk bernapas atau bernapas dengan cepat;
-
Tekanan darah rendah;
-
Kebingungan dan kelelahan yang luar biasa.
Baca Juga: Waspada, Ini Komplikasi Berbahaya dari ARD Syndrome
Mengingat ARDS adalah sindrom serius yang bisa disebabkan oleh penyakit pernapasan tertentu, penting untuk mencegah sejumlah faktor yang menimbulkan penyakit pernapasan. Kalau kamu ingin bertanya terkait hal ini, diskusikan saja bersama dokter Halodoc. Lewat aplikasi, kamu dapat menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja.
Langkah Pengobatan yang Tepat untuk ARDS
Tujuan pertama dalam mengobati ARDS adalah meningkatkan kadar oksigen dalam darah. Seperti yang diketahui, tanpa oksigen, organ tentu tidak dapat berfungsi dengan baik. Pemasangan ventilator dapat menjadi opsi untuk menambah jumlah oksigen. Selain itu, sebagian besar pengidap ARDS membutuhkan bantuan mesin untuk bernapas.
Ventilator mekanis mendorong udara ke paru-paru dan memaksa beberapa cairan keluar dari kantung udara. Obat-obatan juga dapat diberikan untuk mencegah atau mengobati infeksi, meringankan rasa sakit, mencegah pembekuan darah, dan meminimalkan refluks lambung.
Baca Juga: Mengidap ARDS, Apakah Bisa Sembuh?
Seseorang yang berhasil pulih dari ARDS penting untuk menjaga paru-parunya sebaik mungkin. Mereka mungkin diharuskan untuk berhenti merokok dan mendapatkan vaksin flu dan vaksin pneumonia untuk mengurangi risiko infeksi paru-paru.