Kondisi yang Bisa Memicu Terjadinya Gawat Janin
Halodoc, Jakarta - Kehamilan memang bisa disebut sebagai momen yang paling membahagiakan dan dinanti oleh ayah dan ibu. Meski begitu, proses yang ibu jalani hingga bayi lahir ke dunia bukanlah menjadi hal yang mudah. Pasalnya, ada beberapa kondisi yang mungkin ibu hadapi selama kehamilan yang membahayakan janin, salah satunya adalah gawat janin.
Disebut juga dengan fetal distress, gawat janin adalah kondisi ketika janin mengalami kekurangan oksigen selama masih berada di dalam kandungan atau saat ibu sedang menghadapi proses persalinan. Kondisi ini ditandai dengan berkurangnya gerakan janin selama di dalam rahim.
Janin yang sehat setidaknya memiliki empat ciri berikut ini:
- Gerakan yang aktif di dalam rahim.
- Pertumbuhan dan perkembangan semua organ sehat dan normal.
- Detak jantung teratur.
- Janin berubah posisi menjelang dilahirkan.
Baca juga: Benarkah Kehamilan Kembar Berisiko Alami Gawat Janin?
Berbagai Kondisi yang Memicu Terjadinya Gawat Janin
Cara paling mudah yang bisa dilakukan untuk mengetahui kondisi janin di dalam rahim adalah melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin. Dokter akan melakukan pengecekan melalui prosedur USG untuk melihat apakah janin bertumbuh dan berkembang dengan normal sesuai dengan usianya. Sekarang, tidak sulit lagi jika ibu ingin melakukan pemeriksaan kehamilan di rumah sakit, karena ibu bisa membuat reservasi terlebih dahulu di aplikasi Halodoc.
Janin yang mengalami kondisi fetal distress bisa dengan mudah terdeteksi melalui pemeriksaan denyut jantung menggunakan USG. Detak jantung janin akan lebih cepat atau lebih lambat. Tidak hanya itu, gawat janin juga ditandai dengan pH darah janin yang cenderung asam.
Baca juga: Cairan Ketuban Terlalu Sedikit Dapat Sebabkan Gawat Janin
Jadi, jika ibu merasakan gerakan janin di dalam kandungan tidak seaktif biasanya, jangan ragu untuk segera memeriksakan kondisi tersebut ya. Biasanya, gawat janin terjadi karena beberapa hal berikut ini.
- Bayi memiliki ukuran yang lebih kecil jika dibandingkan dengan usia kehamilan. Ini umumnya terjadi ketika bayi tidak mendapatkan cukup asupan oksigen melalui plasenta.
- Usia bayi sudah lebih dari usia kelahiran pada umumnya atau lebih dari 42 minggu.
- Bayi tidak mendapatkan cukup asupan oksigen.
- Bayi mengalami keterlambatan pertumbuhan di dalam rahim.
- Ibu mengidap hipertensi, anemia, asma, hipotiroidisme, atau diabetes.
- Terjadi komplikasi kehamilan, seperti polihidramnion, preeklampsia, dan hipertensi.
- Kontraksi yang terjadi terlalu kuat dan cepat.
- Terjadi gangguan pada plasenta.
Aliran oksigen yang berkurang pada janin akan mengakibatkan janin mengalami keterlambatan pertumbuhan, sehingga bisa berujung pada berat badan lahir yang rendah. Tidak hanya itu, gawat janin yang sangat parah bisa mengakibatkan janin meninggal di dalam kandungan atau stillbirth.
Baca juga: Deteksi Dini Penting untuk Mencegah Gawat Janin
Penanganan Gawat Janin
Pertolongan pertama yang dilakukan dokter untuk mengatasi kondisi gawat janin adalah resusitasi. Apabila prosedur ini tidak mampu mengatasi gawat janin yang terjadi, dokter akan melakukan persalinan sesegera mungkin dan pemantauan selama 1–2 jam setelah kelahiran, hingga 12 jam setelahnya.
Sayangnya, gawat janin merupakan kondisi medis kehamilan yang terbilang sulit dicegah. Akan tetapi, pemeriksaan kehamilan secara rutin bisa membantu mengurangi risiko dan terhindar dari gangguan kesehatan ini. Setidaknya, melalui pengecekan berkala, ibu bisa mengetahui kondisi kesehatan diri dan janin yang sedang bertumbuh dan berkembang dalam rahim, mengetahui apakah ada komplikasi, dan mendeteksi adanya gangguan lebih awal.
Referensi:
Baby Centre UK. Diakses pada 2020. Fetal Distress.
Patient. Diakses pada 2020. Fetal Distress.
MSD Manual. Diakses pada 2020. Fetal Distress.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan