Ketahui Serba-Serbi tentang Sindrom Anak Bungsu
Halodoc, Jakarta - Puluhan tahun yang lalu, seorang psikolog mengatakan bahwa urutan kelahiran dapat berdampak pada orang seperti apa seorang anak kelak. Hingga kini, gagasan tersebut justru menjadi budaya yang populer. Saat ini, ketika seorang anak menunjukkan tanda-tanda manja, orangtua mungkin akan sering mendengar orang lain menganggap bahwa begitulah sifat Si Bungsu.
Sebenarnya, apakah ada arti khusus ketika menjadi yang terakhir dalam urutan kelahiran, dan apa pula sindrom anak bungsu itu? Mungkin, penjelasan berikut ini akan membantu ibu dan ayah lebih mudah memahami.
Apa Itu Sindrom Anak Bungsu?
Tahun 1927 silam, psikolog Alfred Adler pertama kali menulis tentang urutan kelahiran dan prediksi perilaku. Selama bertahun-tahun, banyak teori dan definisi telah diutarakan, tetapi umumnya, anak bungsu akan digambarkan sebagai:
- Memiliki jiwa sosial.
- Rasa percaya diri tinggi.
- Kreatif.
- Pandai memecahkan masalah.
- Memiliki sifat persuasif.
Baca juga: Pola Asuh Orangtua Bisa Bikin Anak Jadi Pelaku Bully?
Ternyata, tidak sedikit public figure yang merupakan anak bungsu di keluarga mereka. Kondisi ini berujung pada teori bahwa menjadi yang terakhir mendorong anak untuk menjadi pusat perhatian. Mereka mungkin melakukan semua cara untuk mendapatkan perhatian anggota keluarga.
Ciri Negatif Sindrom Anak Bungsu
Meski begitu, anak bungsu juga sering digambarkan manja, mau mengambil risiko yang tidak perlu, dan kurang pandai dibandingkan dengan kakak mereka. Teori dari para psikolog menduga bahwa orangtua terlalu memanjakan anak bungsunya. Mereka juga mungkin meminta kakak laki-laki untuk berjuang lebih keras demi adik, sehingga secara tak langsung membiarkan anak bungsu tidak mampu mengurus dirinya sendiri secara memadai.
Peneliti juga beranggapan bahwa anak bungsu terkadang percaya bahwa mereka tidak terkalahkan karena tidak ada yang pernah membiarkan mereka gagal. Alhasil, anak bungsu diyakini tidak takut melakukan hal-hal yang berisiko. Mereka mungkin tidak melihat konsekuensi sejelas anak-anak yang lahir sebelum mereka.
Baca juga: Baik dan Buruk dari Tren Parenting Zaman Now
Cara Memerangi Sindrom Anak Bungsu
Sebenarnya, bayi tidak dikaitkan dengan sindrom anak bungsu jika orangtua memperhatikan pola asuh yang diberikan. Mungkin, beberapa cara berikut ini bisa ibu lakukan agar Si Bungsu tidak mendapatkan predikat negatif dari orang lain:
- Biarkan anak berinteraksi sebebas mungkin untuk mengembangkan cara mereka sendiri dalam melakukan beberapa hal. Jika dibiarkan menyelesaikannya sendiri, saudara kandung mungkin tidak akan terlalu terikat untuk bertindak berdasarkan urutan kelahiran dan lebih tertarik pada berbagai solusi yang ada.
- Berikan anak tanggung jawab dan tugas dalam rutinitas keluarga yang sesuai dengan kemampuan dan perkembangan tubuh anak.
- Jangan berasumsi bahwa anak kecil tidak mampu melakukan hal negatif. Jika anak bungsu telah menyebabkan kerusakan, maka atasi dengan tepat daripada mengabaikan kejadian tersebut. Anak bungsu perlu belajar empati, tetapi mereka juga perlu belajar bahwa ada konsekuensi dari tindakan menyakiti orang lain.
- Jangan sampai anak bungsu memperebutkan perhatian keluarga. Terkadang, anak bisa menggunakan cara yang berbahaya untuk mendapatkan perhatian, ketika mereka tidak merasa ada yang memperhatikannya.
Baca juga: Benarkah Anak Sulung Lebih Cerdas?
Setiap anak memang punya karakteristik masing-masing, terlepas dari apakah mereka adalah anak pertama, kedua, atau terakhir. Bahkan, anak tunggal pun bisa saja mandiri, tetapi tak jarang pula menjadi manja karena merasa sebagai satu-satunya.
Tidak penting apakah mereka anak di urutan ke berapa, ibu dan ayah cukup mengajarkan berbagai hal yang positif dalam pola asuh yang tepat. Jangan lupa, selalu jaga kesehatan dan pantau tumbuh kembang mereka. Download aplikasi Halodoc supaya ibu tak lagi kerepotan jika harus berobat ke rumah sakit atau memerlukan solusi medis segera dengan bertanya langsung pada dokter.