Ketahui Risiko Stroke setelah Alami Serangan Jantung
Halodoc, Jakarta - Mau tahu penyakit apa yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia? Menurut data dari WHO penyakit kardiovaskular (cardiovascular diseases/CVD) adalah penyebab kematian nomor satu secara global. CVD merupakan sekelompok gangguan jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular, penyakit jantung rematik, dan kondisi lainnya.
Masih menurut WHO, sekitar empat dari lima kematian akibat CVD, disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. Sepertiga dari kematian ini terjadi secara prematur pada orang di bawah usia 70 tahun. Cukup mengkhawatirkan, bukan?
Nah, berbicara mengenai serangan jantung, ada satu hal lainnya yang perlu diwaspadai. Ternyata, serangan jantung juga bisa meningkatkan risiko terjadinya stroke. Apa sebabnya?
Baca juga: Ketahui Pertolongan Pertama untuk Serangan Stroke
Serangan Jantung Memicu Stroke, Kok Bisa?
Serangan jantung memang terdengar menakutkan, tapi kabar baiknya menurut Harvard Medical School tingkat serangan jantun telah menurun hampir setengahnya dalam 25 tahun terakhir. Sementara itu, tingkat kelangsungan hidup setelah serangan jantung juga telah melonjak, berkat fasilitas perawatan medis yang ditingkatkan.
Nah, kabar buruknya, dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat serangan jantung, penyintas serangan jantung tidak hanya menghadapi risiko serangan jantung kedua yang lebih tinggi. Pasalnya, mereka juga lebih mungkin terkena stroke. Singkat kata, menurut studi serangan jantung dapat memicu stroke di kemudian hari.
Masih menurut Harvard Medical School, risiko stroke lebih tinggi pada tahun pertama setelah serangan jantung, terutama pada bulan pertama. Namun, setelah satu tahun, hanya risiko stroke iskemik (ischemic strokes) yang tetap tinggi. Hasil ini didapat dari penelitian stroke pada Juli 2016 yang melacak lebih dari seperempat juta penyintas serangan jantung selama periode 30 tahun.
Lantas, mengapa serangan jantung dapat memicu stroke? Peningkatan risiko stroke pasca serangan jantung tidak mengherankan, mengingat bahwa serangan jantung dan stroke iskemik memiliki faktor risiko yang hampir sama. Sebut saja tekanan darah tinggi, diabetes, kadar kolesterol yang tidak sehat, kurang olahraga, obesitas, dan merokok.
Baca juga: Bisakah Orang dengan Stroke Sembuh Total?
Gumpalan Darah yang Pergi Ke Otak
Jenis serangan jantung yang sangat buruk terjadi ketika gumpalan darah terbentuk dan benar-benar menghalangi aliran darah ke bagian otot jantung. Nah, kondisi ini dapat merusak atau melukai ventrikel kiri, ruang pompa utama jantung.
"Akibatnya, jantung mungkin tidak berkontraksi secara normal, yang dapat menyebabkan terbentuknya bekuan darah," jelas Dr. Louis Caplan, profesor neurologi di Harvard-affiliated Beth Israel Deaconess Medical Center.
Selanjutnya, bekuan atau gumpalan darah tersebut dapat berjalan atau berpergian melalui aliran darah, dan masuk ke arteri yang memasok sebagian darah ke otak. Kondisi ini disebut stroke kardioemboli (cardioembolic stroke), terjadi pada sekitar 3-4 persen pengidap serangan jantung, yang biasanya terjadi dalam waktu 30 hari setelah serangan jantung. Inilah penyebab atau hubungan antara serangan jantung dan risiko terserang stroke di kemudian hari.
Baca juga: 3 Jenis Serangan Jantung yang Perlu Diwaspadai
Nah, bagi kamu yang ingin membeli obat atau vitamin untuk mengatasi keluhan kesehatan, bisa kok menggunakan aplikasi Halodoc sehingga tidak perlu repot keluar rumah. Sangat praktis, bukan?
Referensi:
Harvard Medical School. Diakses pada 2021. Stroke after a heart attack: What’s the risk?
WHO. Diakses pada 2020. Cardiovascular Diseases.
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Diseases & Conditions. Stroke.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan