Ketahui Perbedaan Trauma Kepala Berat dan Trauma Kepala Ringan
Halodoc, Jakarta – Benturan di kepala sama-sama bisa menyebabkan trauma kepala. Kondisi tersebut biasanya terjadi akibat terjatuh, cedera saat berolahraga, kecelakaan, ataupun mengalami kekerasan fisik. Namun berdasarkan tingkat keparahannya, trauma kepala dibagi menjadi dua jenis, yaitu trauma kepala berat dan trauma kepala ringan. Yuk, ketahui bedanya trauma kepala berat dan trauma kepala ringan di sini, biar kamu bisa melakukan penanganan yang tepat.
Perbedaan Tingkat Keparahan
Trauma kepala ringan adalah kondisi ketika seseorang mengalami cedera ringan di kepala. Ringan atau beratnya kondisi cedera kepala yang dialami seseorang ditentukan dari nilai Glasgow Coma Scale (GCS). GCS merupakan nilai yang menunjukkan tingkat kesadaran pengidap berdasarkan respon-respon yang diberikannya.
Pengidap yang mengalami cedera kepala akan diminta untuk membuka mata, bergerak, dan berbicara untuk mengukur seberapa parah cederanya. Nilai tertinggi 15 yang berarti pengidap memiliki kesadaran penuh. Sedangkan nilai terendah 3, yang berarti pengidap mengalami kondisi koma. Trauma kepala yang dialami seseorang masih, termasuk ringan bila GCS bernilai 13–15.
Sedangkan trauma kepala berat, adalah istilah medis untuk menunjukkan kondisi cedera kepala yang parah. Seseorang bisa dikatakan mengalami trauma kepala berat bila memiliki nilai GCS 8 ke bawah, penurunan kesadaran selama lebih dari 24 jam, dan penurunan neurologis.
Baca juga: 5 Komplikasi yang Diakibatkan Trauma Kepala Ringan
Perbedaan Gejala
Trauma kepala ringan bisa menimbulkan berbagai macam gejala yang meliputi gejala fisik dan psikologis. Beberapa gejala bisa muncul tidak lama setelah kejadian, sedangkan gejala lainnya muncul beberapa hari atau beberapa minggu kemudian. Berikut ini gejala fisik trauma kepala ringan:
-
Sakit kepala ringan.
-
Keseimbangan yang buruk atau kesulitan berdiri.
-
Kebingungan.
-
Mual.
-
Pusing.
-
Terdapat luka kecil atau benjolan.
-
Telinga berdengung.
-
Pandangan kabur kabur.
-
Amnesia sementara.
Trauma kepala ringan juga bisa menimbulkan gejala mental berupa susah berkonsentrasi, suasana hati mudah berubah, mudah merasa cemas, dan depresi.
Sedangkan gejala trauma kepala berat yang perlu diwaspadai, antara lain:
-
Muntah terus-menerus.
-
Keluar darah atau cairan bening dari telinga atau hidung.
-
Memar dan bengkak di sekitar kedua mata atau di sekitar telinga.
-
Gangguan pada pancaindra, seperti kehilangan pendengaran atau penglihatan menjadi berbayang.
-
Sulit berbicara.
-
Kejang.
-
Hilang kesadaran.
-
Amnesia.
Anak-anak yang mengalami trauma kepala berat biasanya akan menunjukkan gejala, seperti rewel, tidak bisa berhenti menangis, murung, perubahan pola makan dan menyusui, tidak tertarik beraktivitas, tampak mengantuk, dan kejang.
Baca juga: Trauma Kepala Berat pada Anak Sebabkan Amnesia Hingga Dewasa?
Perbedaan Pengobatan
Trauma kepala ringan biasanya bisa sembuh dengan sendirinya tanpa penanganan khusus. Pengidap hanya disarankan untuk beristirahat untuk mempercepat proses pemulihan. Untuk mengurangi rasa sakit akibat cedera, pengidap dapat mengonsumsi acetaminophen.
Namun, pengidap trauma kepala berat perlu menjalani perawatan secara intensif di rumah sakit untuk mencegah timbulnya komplikasi. Berikut ini beberapa tahap pengobatan yang akan dilakukan dokter untuk menangani trauma kepala berat:
-
Penanganan pertama. Trauma kepala berat termasuk kondisi darurat yang perlu penanganan secepatnya. Untuk meredakan gejala yang dialami pengidap saat itu dan mencegah kondisi memburuk, dokter biasanya akan melakukan penanganan pertama berikut:
-
-
Memeriksa pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah.
-
Melakukan CPR bila pengidap mengalami henti napas atau henti jantung. Caranya adalah dengan menekan dada dari luar dan memberikan bantuan pernapasan.
-
Menghentikan perdarahan.
-
Membebat tulang yang retak atau patah.
-
-
Observasi. Setelah kondisi pengidap sudah stabil, dokter akan memeriksa beberapa hal, yaitu tingkat kesadaran, reaksi pupil mata terhadap cahaya, kemampuan pengidap menggerakkan tangan dan kaki, pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh.
-
Operasi otak. Dokter akan menyarankan untuk melakukan operasi otak bila ditemukan kondisi berikut pada pengidap:
-
-
Perdarahan otak.
-
Penggumpalan darah di dalam otak.
-
Memar otak.
-
Tulang tengkorak patah.
-
Prosedur operasi yang biasanya dilakukan dokter untuk mengatasi trauma kondisi tersebut adalah kraniotomi atau operasi dengan membuka tulang tengkorak.
-
Pemberian antibiotik. Selain dengan melakukan tindakan operasi, dokter dapat memberikan antibiotik pada pengidap yang mengalami patah tulang tengkorak untuk mencegah infeksi.
Baca juga: Cara Mencegah Trauma Kepala Ringan yang Perlu Diketahui
Nah, itulah bedanya trauma kepala ringan dan trauma kepala berat. Jadi, bila kamu baru saja mengalami cedera kepala, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter sebelum kondisi cedera kepala semakin parah. Kamu juga bisa menggunakan aplikasi Halodoc untuk bertanya kepada dokter bila mengalami gejala-gejala tertentu setelah cedera kepala. Hubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat kapan dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.