Ketahui Perbedaan Binge Eating Disorder dan Bulimia
Halodoc, Jakarta - Binge eating disorder (BED) adalah jenis gangguan makan yang kini telah resmi diakui. Kondisi ini pun mempengaruhi hampir 2 persen orang di seluruh dunia dan dapat menyebabkan masalah kesehatan tambahan terkait dengan pola makan yang buruk, seperti kadar kolesterol tinggi dan diabetes.
Binge eating bisa menjadi bagian dari bulimia nervosa. Dan dua hal ini digolongkan ke dalam gangguan jiwa karena mereka umumnya terkait dengan kondisi psikologis lain, seperti kecemasan atau depresi. Namun, ada beberapa hal yang membedakan keduanya, ketahui ulasannya berikut!
Baca juga: Binge Eating Disorder vs Bulimia, Mana yang Lebih Berbahaya?
Ini Beda Binge Eating dan Bulimia
Binge eating secara umum didefinisikan sebagai cara makan yang lebih besar daripada jumlah makanan normatif dalam periode waktu tertentu. Mereka yang mengalami binge eating juga kerap kerap kehilangan kendali saat makan. Ciri seseorang yang alami binge eating, yaitu:
- Makan jauh lebih cepat dari biasanya.
- Makan sampai kenyang namun merasa tidak nyaman.
- Makan dalam jumlah besar tanpa merasa lapar.
- Makan sendirian karena perasaan malu.
- Perasaan bersalah atau jijik dengan diri sendiri.
Orang dengan BED sering mengalami perasaan sangat tidak bahagia dan tertekan karena makan berlebihan, bentuk tubuh, dan berat badannya.
Karakteristik penting lainnya adalah tidak mengambil tindakan untuk "mengeluarkan" makanan. Ini berarti bahwa, tidak seperti bulimia, orang dengan BED tidak muntah, minum obat pencahar, atau olahraga berlebihan untuk mencoba dan menangkal episode makan banyak.
Namun, tidak semua pengidap bulimia harus melibatkan pembersihan dengan cara fisik. Mereka bisa menebus makan berlebihan mereka dengan berpuasa, berolahraga berlebihan, atau melakukan diet ketat.
Baca juga: 5 Jenis Gangguan Makan yang Dianggap Aneh
Penyebab Bulimia dan Binge Eating Disorder
Bulimia dan binge eating disorder tidak memiliki penyebab yang diketahui. Namun, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangannya. Orang dengan kondisi kesehatan mental atau pandangan yang menyimpang berada pada risiko yang lebih tinggi.
Hal yang sama berlaku untuk orang-orang dengan kebutuhan yang kuat untuk memenuhi harapan dan norma sosial. Mereka yang sangat dipengaruhi oleh media mungkin juga berisiko. Faktor-faktor lain termasuk:
- Masalah kemarahan,
- Depresi,
- Perfeksionis,
- Impulsif,
- Peristiwa traumatis masa lalu.
Beberapa penelitian menunjukkan, bulimia juga bisa diturunkan, atau dapat disebabkan oleh kekurangan serotonin di otak. Pada binge eating, ada indikasi bahwa orang-orang dengan BED mungkin memiliki perubahan dalam struktur otak yang menghasilkan respons yang tinggi terhadap makanan dan kurangnya pengendalian diri.
Pengidap binge eating juga sering dihubungkan dengan trauma atau kebiasaan di masa lalu. Gangguan ini bisa terjadi pada mereka yang memang kerap banyak makan sejak masa kanak-kanak dan tahun-tahun remaja.
Hampir 80 persen orang dengan BED memiliki setidaknya satu gangguan psikologis lain, seperti fobia, depresi, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), gangguan bipolar, kecemasan, atau penyalahgunaan zat.
Pengobatan Atasi Gangguan Makan
Rencana perawatan untuk BED atau bulimia tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan gangguan makan, serta tujuan individu tersebut. Pengobatan menargetkan perilaku makan berlebihan atau mengatasi fobia makan, memperbaiki citra tubuh, masalah kesehatan mental, atau kombinasi dari semua ini.
Pilihan terapi termasuk terapi perilaku kognitif, psikoterapi interpersonal, terapi perilaku dialektik, terapi mendapatkan berat badan sehat, dan pengobatan. Ini dapat dilakukan perseorangan atau dalam kelompok. Pada beberapa orang, hanya satu jenis terapi mungkin diperlukan, sementara yang lain mungkin perlu mencoba kombinasi yang berbeda sampai mereka menemukan yang tepat.
Seorang profesional medis atau kesehatan mental dapat memberikan saran dalam memilih rencana perawatan individu.
Baca juga: Benarkah Metode Clean Eating Baik untuk Mengatasi Eating Disorder?
Kamu juga bisa mendiskusikan masalah gangguan makan dengan dokter atau psikolog di Halodoc. lho. Hanya dengan smartphone, kamu bisa berdiskusi dengan psikolog dan dokter profesional yang akan membantu memberikan semua informasi kesehatan yang kamu butuhkan. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang!