Ketahui Jenis-Jenis dan Penyebab Retensio Plasenta
Halodoc, Jakarta - Plasenta merupakan organ yang ada di dalam rahim ibu saat mengandung janin. Seluruh perkembangan janin ini bergantung pada hasil metabolisme yang diproduksi di dalam plasenta. Selain itu, plasenta juga memproduksi hormon estrogen dan progesteron yang memiliki peran penting selama masa kehamilan hingga kelahiran Si Kecil. Nah, bagaimana jika ibu mengidap retensio plasenta pada saat kehamilan? Apakah akan membahayakan janin? Yuk, ketahui jenis-jenis dan penyebab retensio plasenta!
Baca juga: Ibu Hamil Wajib Ketahui Tahapan Lahiran Normal
Ibu Mengidap Retensio Plasenta, Apa Gejalanya?
Gejala-gejala yang muncul ketika terjadi retensio plasenta adalah nyeri yang berlangsung cukup lama, pendarahan yang hebat, keluarnya cairan dan jaringan yang berbau tidak sedap dari Miss V, dan perdarahan hebat. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya retensio plasenta, yaitu:
-
Bayi yang meninggal saat dilahirkan.
-
Terjadi kontraksi rahim yang kuat.
-
Ukuran plasenta yang sangat kecil.
-
Pengalaman melahirkan lebih dari lima kali.
-
Pernah menjalani operasi bedah rahim.
-
Kondisi plasenta tertanam hingga memasuki keseluruhan lapisan otot pada rahim.
-
Kehamilan pada wanita di atas usia 30 tahun.
-
Pernah mengalami retensio plasenta pada kelahiran sebelumnya.
-
Persalinan yang prematur, pada usia kehamilan di bawah 34 minggu.
-
Respon terhadap suntikan induksi atau obat tambahan saat proses persalinan berlangsung.
-
Plasenta tertanam dalam rahim akibat penyempitan yang terjadi di mulut rahim.
-
Kehamilan ganda yang memerlukan implasi plasenta yang luas.
Baca juga: Macam-macam Metode Melahirkan yang Perlu Ibu Tahu
Retensio Plasenta, Apa Penyebabnya?
Retensio plasenta merupakan kondisi tertahannya plasenta atau ari-ari di dalam rahim melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi pada uterus. Kondisi ini sangat berbahaya, serta dapat menyebabkan infeksi dan perdarahan pasca melahirkan yang dapat mengakibatkan kematian. Perlu diketahui bahwa ada empat tahapan dalam persalinan normal. Berikut ini tahapan-tahapan proses persalinan normal:
-
Kala I: pembukaan.
-
Kala II: pengeluaran bayi.
-
Kala III: pengeluaran plasenta.
-
Kala IV: pemulihan
Proses persalinan tidak hanya begitu saja mengeluarkan bayi, melainkan masih ada tahap ketiga yang tidak kalah penting, yaitu melahirkan plasenta. Sama halnya dengan dua tahap sebelumnya. Dalam proses tahap tiga dalam persalinan ini bisa terjadi lebih cepat atau malah lebih lama.
Jenis-jenis Retensio Plasenta yang Perlu Kamu Ketahui
Retensio plasenta juga mempunyai beberapa jenis, yaitu:
-
Plasenta adhesiva, yaitu kegagalan mekanisme separasi fisiologis akibat tertanamnya plasenta dalam rahim.
-
Plasenta akreta, yaitu plasenta yang tertanam hingga sebagian lapisan otot rahim.
-
Plasenta inkreta, yaitu plasenta yang tertanam hingga keseluruhan lapisan otot rahim.
-
Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta akibat mulut rahim yang menyempit.
Kondisi-kondisi di atas yang tidak segera ditangani akan menyebabkan pembuluh darah yang melekat pada plasenta terus mengalirkan darah. Selain itu, rahim tidak dapat menutup dengan sempurna, sehingga tidak bisa menghentikan perdarahan yang sedang berlangsung. Bila plasenta tidak keluar dalam kurun waktu 30 menit setelah persalinan, akan terjadi perdarahan yang signifikan dan dapat mengancam nyawa ibu.
Baca juga: Melahirkan dalam Air, Kenali Keuntungan & Risiko Water Birth
Jika ibu punya masalah dengan kehamilan, jangan menduga-duga, ya! Lebih baik diskusikan langsung dengan dokter ahli di aplikasi Halodoc melalui Chat atau Voice/Video Call. Enggak hanya itu, ibu juga bisa membeli obat yang sedang dibutuhkan. Tanpa perlu repot, pesanan akan diantar ke tempat tujuan dalam waktu satu jam. Yuk, download aplikasinya di Google Play atau App Store!