Ketahui Informasi Umum Seputar HIV dan AIDS

5 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   10 Mei 2022

“Tak sedikit orang yang belum memahami betul penyakit HIV dan AIDS. Padahal, penting untuk mengetahui gejala dan cara penularannya untuk mencegah dirimu sendiri dan orang terdekat dari penyakit ini.”

Ketahui Informasi Umum Seputar HIV dan AIDSKetahui Informasi Umum Seputar HIV dan AIDS

Halodoc, Jakarta – Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan sebuah penyakit yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia sehingga mengganggu kemampuan tubuh dalam melawan infeksi. Sementara itu, acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah kondisi kronis yang berpotensi mengancam jiwa akibat infeksi HIV yang tidak mendapatkan perawatan dengan baik.

Umumnya, HIV ditularkan melalui kontak seksual maupun penggunaan narkoba melalui jarum suntik. Meski begitu, kondisi ini juga dapat menyebar dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Masih banyak informasi-informasi keliru tentang HIV yang sudah menyebar di masyarakat hingga kini. Oleh sebab itu, simak informasi umum seputar HIV dan AIDS yang perlu kamu ketahui.

Perbedaan HIV dan AIDS

Masih banyak orang yang menganggap bahwa HIV dan AIDS adalah kondisi yang sama. Meskipun saling berhubungan, HIV dan AIDS adalah kondisi berbeda. Perlu kamu ketahui bahwa seseorang yang mengidap HIV belum tentu mengidap AIDS. Menurut pengertiannya, AIDS merupakan stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada kondisi ini, sistem kekebalan tubuh sudah tidak mampu lagi melawan infeksi yang menyerang tubuh.

Ketika seseorang terinfeksi HIV, sistem kekebalan tubuhnya akan menurun dari waktu ke waktu apabila tidak kunjung diobati. Misalnya, orang tersebut menjadi lebih mudah sakit dan sulit untuk sembuh kembali. Ketika sistem kekebalan tubuh ini sudah rusak sepenuhnya, maka orang tersebut telah memasuki tahap stadium akhir yang disebut AIDS.

 Jalur Penyebaran HIV

Selain perbedaan antara kedua penyakit tersebut, banyak mitos lain seputar HIV/AIDS yang banyak beredar bermasyarakat. Bahkan, informasi yang keliru ini membuat para pengidap HIV/AIDS sering dikucilkan di masyarakat. Misalnya, banyak orang yang percaya bahwa HIV/AIDS bisa menular melalui keringat, dudukan toilet, berpelukan, hingga bertukar alat makan. Padahal, semua anggapan ini kurang tepat dan penularan HIV sebenarnya tidak semudah itu.

Virus HIV sebenarnya tidak bisa bertahan lama di udara terbuka, jadi kontak langsung dengan pengidap adalah cara penularan yang paling umum terjadi. Virus ini hanya bisa menular melalui darah, cairan alat kelamin wanita, air mani, dan air susu ibu yang sudah terinfeksi. Di Indonesia sendiri, penyebaran HIV disebabkan oleh hubungan intim yang tidak aman dan penggunaan obat-obatan terlarang melalui jarum suntik. 

Hingga kini memang belum ada kasus penularan HIV yang disebabkan oleh air mata atau air liur. Namun hubungan intim secara oral atau berciuman (dengan adanya luka berat pada mulut atau gusi berdarah) diduga dapat menyebabkan penularan virus HIV. Ini karena ada kontak dengan bagian tubuh yang terbuka sehingga virus HIV tertular melalui darah dan air mani atau cairan alat vital wanita.

Kenali Gejala HIV/AIDS

Melansir dari laman WebMD, infeksi HIV terjadi dalam tiga tahap. Tanpa pengobatan, penyakit berisiko semakin parah seiring waktu dan mampu melumpuhkan total sistem kekebalan tubuh. Gejala HIV pun bisa berbeda-beda pada setiap orang, tergantung pada stadiumnya. Berikut gejala HIV berdasarkan tahapannya:

 1. Tahap Pertama

Sebagian besar pengidap HIV tidak langsung tahu atau menyadari kapan dirinya telah terinfeksi HIV. Namun, pengidap HIV mungkin mengalami gejala dalam 2-6 minggu setelah  terpapar virus. Di tahap awal ini lah sistem kekebalan tubuh sedang mulai melawan virus sehingga disebut sebagai sindrom retroviral akut atau infeksi HIV primer.

Gejalanya pun mirip dengan penyakit virus lainnya, bahkan sering dibandingkan dengan penyakit flu pada umumnya. Tanda dan gejalanya dapat berlangsung satu atau dua minggu dan kemudian pergi. Tanda-tanda awal HIV meliputi:

  • Sakit kepala.
  • Kelelahan.
  • Otot sakit.
  • Sakit tenggorokan.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening.
  • Ruam merah di bagian tubuh yang tidak gatal.
  • Demam.
  • Munculnya bisul atau di mulut, kerongkongan, anus, atau alat kelamin.
  • Sakit kepala dan gejala neurologis lainnya.

Pengujian awal penting dilakukan pada tahap in, sebab tingkat virus dalam darah dan cairan tubuh masih sangat tinggi. Selain itu, di tahap ini virus juga sedang sangat menular sehingga diagnosis perlu segera didapatkan sebelum ia menular ke orang lain. Selain itu, semakin awal terdiagnosis maka pengobatan bisa segera dilakukan sehingga mampu meningkatkan sistem kekebalan serta menurunkan risiko perkembangan AIDS.

2. Tahap Kedua

Apabila sistem kekebalan tubuh sudah kalah dalam pertempuran dengan HIV, gejala seperti flu akan hilang. Dokter menyebut ini periode tanpa gejala atau infeksi HIV kronis. Meski begitu, akan ada banyak hal yang terjadi di dalam tubuh.

Pada tahap ini, sel yang disebut sel T CD4 mengoordinasikan respons sistem kekebalan tubuh. HIV yang tidak diobati akan membunuh sel CD4 dan menghancurkan sistem kekebalan. Tanpa pengobatan, jumlah sel CD4 akan turun, dan pengidap HIV lebih rentan terinfeksi penyakit lainnya.

Kebanyakan orang tidak memiliki gejala yang dapat dilihat atau dirasakan. Pengidapnya mungkin tidak menyadari bahwa ia terinfeksi dan dapat menularkan HIV kepada orang lain.

3. Tahap Ketiga

AIDS adalah stadium lanjut dari infeksi HIV. Kondisi ini terjadi ketika jumlah sel T CD4 turun di bawah 200 dan sistem kekebalan mulai rusak parah. Hal ini membuat pengidap AIDS rentan mendapatkan infeksi oportunistik, penyakit yang lebih sering terjadi dan lebih buruk pada orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah. Beberapa di antaranya, seperti sarkoma Kaposi dan pneumonia. Gejala yang bisa dikenali meliputi:

  • Sering kelelahan.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening di leher atau selangkangan.
  • Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.
  • Keringat malam.
  • Penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas.
  • Bintik-bintik keunguan pada kulit yang tidak kunjung hilang.
  • Sesak napas.
  • Diare parah yang berlangsung lama.
  • Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina.
  • Memar atau berdarah tanpa penyebab.
  • Gejala neurologis seperti kehilangan ingatan, kebingungan, masalah keseimbangan, perubahan perilaku, kejang, dan perubahan penglihatan.

Pengidap AIDS yang tidak minum obat umumnya mampu bertahan hidup sekitar 3 tahun atau kurang jika terkena infeksi lain. Meski begitu, infeksi HIV masih dapat diobati pada tahap ini.

Apakah HIV/AIDS Bisa Diobati?

Hingga saat ini belum ada pengobatan untuk menyembuhkan HIV/AIDS. Namun, tersedia terapi antiretroviral (ART) untuk AIDS  yang mampu memperpanjang usia pengidapnya. Cara yang paling sederhana untuk dilakukan agar tidak terkena AIDS adalah melindungi diri dari infeksi HIV. Oleh karena itu hindari seks bebas dan menggunakan jarum suntik bergantian.

ART biasanya merupakan kombinasi dari dua atau lebih obat dari beberapa kelas obat yang berbeda. Pendekatan ini memiliki peluang terbaik untuk menurunkan jumlah HIV dalam darah. Ada banyak pilihan ART yang menggabungkan beberapa obat HIV menjadi satu pil yang diminum sekali sehari.

Jika kamu mengalami tanda-tanda HIV namun masih ragu, jangan tunda untuk memeriksakannya ke dokter. Sebab, semakin cepat pengobatan dilakukan, risiko komplikasi AIDS dapat diminimalisir. Kamu bisa membuat janji rumah sakit melalui aplikasi Halodoc supaya lebih mudah dan praktis. Jangan tunda untuk memeriksakan diri, download Halodoc sekarang juga!

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. HIV/AIDS.
WebMD. Diakses pada 2022. HIV Symptoms.