Ibu, Ketahui 4 Gejala Gawat Janin yang Harus Ditangani
Halodoc, Jakarta – Gawat janin atau fetal distress adalah kondisi di mana bayi mengalami kekurangan oksigen (asfiksia lahir) selama masa kehamilan atau saat persalinan. Ini merupakan kondisi yang sangat serius yang perlu mendapatkan penanganan sesegera mungkin. Karena itu, penting bagi ibu hamil untuk mengetahui gejala gawat janin di bawah ini.
Gawat janin sebenarnya dapat dideteksi melalui beberapa pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter, antara lain pemeriksaan detak jantung janin yang meningkat atau melambat dan USG kehamilan untuk mengetahui air ketuban yang keruh. Selain itu, gawat janin juga bisa diketahui melalui gejala tidak normal yang dirasakan oleh ibu hamil sebelum atau saat proses persalinan. Berikut ini gejala gawat janin yang harus ditangani segera:
1. Penurunan Gerakan Janin di Dalam Rahim
Gerakan janin di dalam rahim menjadi indikator penting dari kesehatan bayi. Beberapa jeda pergerakkan dalam waktu yang teratur adalah normal karena bayi mungkin sedang tidur di dalam rahim. Menjelang persalinan, pergerakan janin juga dapat berkurang karena ruang geraknya semakin terbatas di dalam rahim. Namun, bila pergerakan janin berkurang secara drastis atau benar-benar berhenti bergerak, hal ini harus diberikan perhatian serius.
Karena itulah, ibu hamil disarankan untuk memantau gerakan janin sehingga dapat mengenal pola gerakan janin.
Baca juga: Ini Pergerakan Bayi di Dalam Kandungan
2. Perdarahan Vagina
Perdarahan ringan dari vagina sebenarnya merupakan kondisi yang umum selama masa kehamilan. Namun, perdarahan juga bisa menjadi indikasi bahwa ada sesuatu yang salah dalam kehamilan. Contohnya, solusio plasenta yang terjadi ketika plasenta terlepas dari rahim. Hal ini bisa menyebabkan janin kekurangan oksigen. Tergantung dari lokasi dan seberapa besar pelepasan plasenta, solusio plasenta tidak selalu mengakibatkan gawat janin, tetapi kesehatan ibu dan bayi masih bisa dalam bahaya.
Penting untuk diingat bahwa solusio plasenta dapat terjadi tanpa perdarahan vagina, tapi mungkin masih dapat menyebabkan risiko serius.
Solusio plasenta dan masalah plasenta lainnya yang menyebabkan perdarahan memerlukan pemantauan lebih lanjut, agar kondisi seperti gawat janin dapat dicegah. Dalam banyak kasus, ibu hamil dengan masalah plasenta harus dirawat di rumah sakit dan menjalani operasi caesar darurat.
3. Kram
Kram perut juga relatif normal selama masa kehamilan. Hal ini karena saat bayi tumbuh, rahim akan mengembang. Namun dalam beberapa kasus, kram merupakan indikasi sesuatu yang lebih serius, seperti solusio plasenta atau preeklampsia yang dapat menyebabkan gawat janin. Karena itu, bila ibu hamil mengalami kram yang mencurigakan, ada baiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyebab kram.
Baca juga: Perut Kram saat Hamil, Pertanda Apa?
4. Pertambahan Berat Badan Ibu yang Tidak Cukup Atau Berlebihan
Para ahli percaya bahwa kenaikan berat badan antara 11 sampai 16 kilogram pada ibu hamil dengan berat badan ideal sebelum kehamilan adalah hal yang normal. Namun, kisaran tersebut berbeda untuk wanita yang memiliki berat badan kurang atau kelebihan sebelum kehamilan, serta bagi mereka yang sedang hamil kembar.
Namun, bila ibu mengalami pertambahan berat badan yang jauh lebih sedikit dari normalnya, janin mungkin berada dalam masalah (gawat janin) dan memiliki kondisi yang disebut pembatasan pertumbuhan intrauterine (IUGR). Kondisi ini berarti janin lebih kecil dari perkembangan normal. IUGR membutuhkan pemantauan dan pemeriksaan yang cermat oleh dokter dan seringkali menyebabkan persalinan dini. Oleh karena itu, ibu perlu melakukan kunjungan prenatal secara teratur, sehingga dokter dapat mengetahui kenaikan berat badan yang tidak normal yang mungkin memerlukan pemantauan janin tambahan.
Sedangkan kenaikan berat badan ibu yang berlebihan dikaitkan dengan kondisi bayi yang berukuran sangat besar yang merupakan kondisi yang dikenal juga sebagai makrosomia. Makrosomia bisa sangat berbahaya bagi bayi. Makrosomia dapat menciptakan situasi kelahiran yang berisiko seperti disproporsi sefalopelvic (CPD), di mana panggul ibu terlalu kecil untuk mengakomodasi ukuran kepala bayi, atau distosia bahu, yaitu ketika bahu bayi tersangkut di tulang panggul ibu selama persalinan.
Makrosomia sangat berbahaya bila tidak diketahui oleh dokter. Dalam situasi ini, dokter mungkin saja mencoba untuk melahirkan bayi melalui vagina, dan ketika persalinan tidak berjalan sebagaimana mestinya, dokter dapat menggunakan alat bantu kelahiran yang berbahaya, seperti forceps dan ekstraktor vakum atau obat induksi persalinan, misalnya Pitocin dan Cytotec.
Forceps dan ekstraktor vakum dapat menyebabkan trauma kepala dan perdarahan otak, dan obat-obatan induksi persalinan dapat mengakibatkan kontraksi menjadi sangat kuat dan panjang, sehingga bayi dapat kekurangan oksigen yang berujung pada gawat janin. Seringkali, cara terbaik untuk melahirkan bayi makrosomik adalah dengan operasi caesar.
Baca juga: 4 Dampak Kekurangan Berat Badan Saat Hamil
Itulah 4 gejala gawat janin yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil. Untuk melakukan pemeriksaan, ibu bisa langsung buat janji di rumah sakit pilihan ibu lewat aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.
Referensi:
American Baby Child Law Centers. Diakses pada 2020. What Signs Indicate My Baby Is In Distress? How Is Fetal Distress Treated?
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan