Ketahui Detak Jantung yang Ideal saat Berolahraga
Halodoc, Jakarta - Sudah tahu kan kalau olahraga menyimpan beragam keistimewaan bagi tubuh? Manfaat olahraga cukup banyak mulai dari meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menyehatkan jantung dan paru-paru, menguatkan tulang dan otot, melancarkan peredaran darah, hingga menyehatkan sel-sel otak.
Meski olahraga menyimpan banyak manfaat, tapi aktivitas yang satu ini tidak boleh asal atau sembarang dilakukan. Pasalnya, tubuh manusia bukan robot yang pantang lelah dan selalu memiliki banyak energi. Contohnya, saat berolahraga detak jantung mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Meski terbilang wajar, tapi peningkatan jantung yang abnormal saat berolahraga patut dicurigai.
Alasannya, detak jantung yang melebihi batas normal, bisa menandai atau memicu beragam masalah kesehatan. Oleh sebab itu, mengetahui batas detak jantung normal saat berolahraga sangat penting. Lantas, berapa batas detak jantung normal saat berolahraga?
Baca juga: Nyeri Dada Muncul Setelah Olahraga, Serangan Jantung?
Detak Jantung Normal Olahraga Berdasarkan Usia
Menurut ahli di American Heart Association, ada cara sederhana untuk mengetahui apakah tubuhmu bekerja terlalu keras atau tidak saat berolahraga. Caranya sederhana, yaitu melalui detak jantung.Meskipun bukan atlet profesional, mengetahui detak jantung normal saat berolahraga (atau denyut nadi) dapat membantu kamu untuk melacak tingkat kesehatan dan kebugaran tubuh.
Umumnya seseorang memiliki detak jantung istirahat sekitar 60 - 100 denyut per menit. Banyaknya detak jantung per menit ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti stres, kecemasan, hormon, usia, hingga seberapa aktif secara fisik.
Contohnya, seorang atlet atau orang yang aktif secara fisik mungkin memiliki detak jantung saat tidak beraktivitas sekitar 40 denyut per menit.
Kembali ke tajuk utama, berapa batas detak jantung normal saat berolahraga? American Heart Association menjelaskan tentang konsep “Target Heart Rates Chart” atau denyut jantung target.
Denyut jantung target umumnya dinyatakan sebagai persentase (50-85 persen) dari detak jantung aman maksimum seseorang. Adapun cara menghitung denyut jantung maksimum, yaitu 220 dikurangi dari usia kamu. Misalnya, usia 50 tahun, berarti 220-50, yaitu 170 kali/menit.
Nah, berikut penjelasan lengkapnya berdasarkan usia:
- 20 tahun: normal 100-170 kali/menit dan maksimal 200 kali/menit.
- 30 tahun: normal 95-162 kali/menit dan maksimal 190 kali/menit.
- 35 tahun: normal 93-157 kali/menit dan maksimal 185 kali/menit.
- 40 tahun: normal 90-153 kali/menit dan maksimal 180 kali/menit.
- 45 tahun: normal 88-149 kali/menit dan maksimal 175 kali/menit.
- 50 tahun: normal 85-145 kali/menit dan maksimal 170 kali/menit.
- 55 tahun: normal 83-140 kali/menit dan maksimal 165 kali/menit.
- 60 tahun: normal 80-136 kali/menit dan maksimal 160 kali/menit.
- 65 tahun: normal 78-132 kali/menit dan maksimal 155 kali/menit.
- 70 tahun: normal 75-128 kali/menit dan maksimal 150 kali/menit.
Baca juga: Penyebab Takikardia Bisa Sebabkan Stroke
Nah, coba perhatikan detak jantung normal saat berolahraga di atas untuk memantau kesehatan dan kebugaran tubuh. Andaikan detak jantung terlalu tinggi, coba beristirahat sejenak atau perlambat gerakan.
Namun, apabila denyut jantung berada di bawah target denyut jantung, mungkin dirimu perlu menambah intensitasnya, terutama jika dirimu sedang mencoba menurunkan berat badan.
Waspada pada Takikardia
Detak jantung seseorang akan meningkat ketika sedang berolahraga. Bila peningkatannya terbilang abnormal, tak kunjung membaik, dan disertai beragam keluhan, ada baiknya dirimu segera menghentikan olahraga yang sedang dijalani.
Kondisi ini disebut takikardia, yaitu keadaan ketika detak jantung melebihi batas normal. Kondisi ini terjadi ketika seseorang sedang berolahraga, atau respon tubuh terhadap stres, trauma, atau penyakit.
Ketika terjadi takikardia, seseorang mungkin merasa jantungnya berdebar, atau memiliki ritme yang abnormal. Kamu juga mungkin merasa keluhan lainnya, seperti nyeri dada, sesak napas, pusing, jantung berdebar, bahkan pingsan.
Baca juga: Bradikardia vs Takikardia, Lebih Bahaya Mana?
Hati-hati, jangan sekali-kali menganggap remeh takikardia. Bila dibiarkan berlarut-larut tanpa penanganan, kondisi ini bisa memicu berbagai komplikasi serius. Mulai dari gagal jantung, stroke, henti jantung, bahkan hingga kematian mendadak. Tuh, tidak main-main bukan komplikasinya?
Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan?