Ketahui Dampak Radiasi Nuklir bagi Tubuh
Halodoc, Jakarta - Pada Februari lalu, warga Perumahan Batan, Serpong, Tangerang Selatan, Banten sempat dihebohkan karena adanya penemuan radioaktif di kawasan ini. Peristiwa ini sempat menjadi misteri sampai akhirnya kini menemukan titik terang sumber penyebabnya. Hal yang perlu diketahui, zat radioaktif dari radiasi nuklir merupakan senyawa yang berbahaya bagi manusia maupun makhluk hidup lainnya.
Dampak radiasi nuklir tidak hanya merusak DNA manusia, namun juga dapat menjadi penyebab kanker. Efek radiasi nuklir bisa merusak atom-atom pada tubuh dan merusak DNA. Paparan radiasi yang sangat tinggi, seperti berada di dekat ledakan atom, dapat menyebabkan efek kesehatan akut seperti luka bakar di kulit dan sindrom radiasi akut.
Baca juga: 5 Kebiasaan yang Memicu Kanker Otak
Bagaimana Radiasi Nuklir dapat Membahayakan Tubuh?
Ada beberapa bukti bahwa yodium dan cesium radioaktif yang dilepaskan ke lingkungan dari reaktor nuklir yang tidak berfungsi di Jepang. Saat bahan radioaktif membusuk atau rusak, energi yang dilepaskan ke lingkungannya memiliki dua cara untuk merusak tubuh yang terpapar. Hal tersebut dapat langsung membunuh sel, atau bisa menyebabkan mutasi pada DNA. Jika mutasi tersebut tidak dapat diperbaiki, maka bisa menjadi kanker. Sebaliknya, jika mutasi tersebut dapat diperbaiki, maka tidak menjadi kanker.
Yodium radioaktif cenderung diserap oleh kelenjar tiroid dan dapat menyebabkan kanker tiroid. Namun, dilansir dari laman National Cancer Institute, yodium radioaktif berumur pendek dan hanya ada sekitar dua bulan setelah kecelakaan. Jadi, jika paparan udara terjadi setelah peristiwa radiasi, maka yodium radioaktif tidak menimbulkan risiko kesehatan.
Anak-anak adalah kelompok usia yang berisiko mengalami kanker tiroid, karena kelenjar tiroid mereka 10 kali lebih kecil dibandingkan orang dewasa. Yodium radioaktif akan lebih terkonsentrasi di dalamnya.
Di sisi lain, cesium radioaktif dapat bertahan di lingkungan selama lebih dari satu abad tapi tidak terkontaminasi di satu bagian tubuh seperti yodium radioaktif. Anak-anak akan terpapar bahan radioaktif terutama dari makan sayuran berdaun dan produk susu yang terkontaminasi. Namun, tidak ada efek kesehatan yang terdeteksi dari paparan cesium radioaktif setelah kecelakaan.
Baca juga: Fenilketonuria Terjadi Akibat Mutasi Genetik pada Anak Sejak Lahir
Kenali Radiation Sickness
Risiko seseorang mengalami jatuh sakit setelah terpapar radiasi tergantung pada banyak radiasi yang diserap tubuh. Orang yang terkena radiasi tingkat tinggi, sekitar 200 rem (2000 milisievert) dapat menimbulkan penyakit radiasi. Orang-orang dapat terpapar radiasi sekitar 0,24 rem (2,4 mSv) per tahun dari radiasi latar alami di lingkungan.
Penyakit radiasi biasanya berakibat fatal dan dapat menghasilkan gejala seperti pendarahan dan pelepasan lapisan pada saluran pencernaan. Kamu bisa mengalami radiation sickness setelah terpapar radioaktif lebih dari 70 rads, radioaktif masuk ke dalam tubuh, ataupun terpapar dalam durasi beberapa menit. Kondisi ini berakibat fatal dan menyebabkan gejala, seperti:
- Pendarahan dan terkelupasnya lapisan dinding dalam saluran pencernaan.
- Mual, diare, dan muntah.
- Merasa tidak enak badan atau lemas.
- Sakit kepala
- Detak jantung terasa cepat.
- Sel darah putih berkurang.
- Sel saraf mengalami kerusakan.
- Nafsu makan berkurang.
- Terjadi kerontokan rambut sementara.
Gejala yang muncul akibat efek radiasi nuklir ini dapat terjadi tergantung dari jenis radioaktif yang terpapar, seberapa banyak, dan seringnya seseorang terpapar radiasi nuklir, dan berapa lama durasi seseorang terpapar radiasi nuklir.
Perlu kamu waspadai bahwa anak-anak dan janin sangat sensitif terhadap paparan radiasi. Sel-sel pada anak dan janin dapat membelah dengan cepat, sehingga memberikan lebih banyak kesempatan radiasi untuk mengganggu proses dan menyebabkan kerusakan sel.
Baca juga: Perlu Waspada Komplikasi Akibat Diare Kronis
Jika terjadi gangguan kesehatan akibat paparan radiasi dari apapun, segeralah bicarakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc untuk mendapat penanganan yang tepat. Interaksi dengan dokter kini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja hanya lewat aplikasi Halodoc. Yuk, segera download aplikasinya sekarang!