Ketahui 7 Gejala Sindrom Polikistik Ovarium

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   02 April 2019
Ketahui 7 Gejala Sindrom Polikistik OvariumKetahui 7 Gejala Sindrom Polikistik Ovarium

Halodoc, Jakarta - Gangguan ovarium tak hanya dialami oleh perempuan yang berusia lanjut saja lho, sebab wanita di usia subur juga bisa mengalaminya. Gangguan ovarium ini tentunya dapat disebabkan oleh suatu kondisi, salah satunya sindrom polikistik ovarium (polycystic ovary syndrome/PCOS).

Sindrom polikistik ovarium sendiri merupakan kondisi terganggunya fungsi ovarium pada wanita yang berada di usia subur. Kondisi ini akan membuat hormon wanita yang mengidap PCOS jadi tak seimbang, karena hal-hal yang tidak diketahui.

Ada tanda-tanda awal yang bisa mengindikasi seorang wanita mengidap sindrom ini. Pertama, meningkatkan kadar hormon pria (androgen) dalam tubuh. Kedua, munculnya banyak kista (kantor berisi cairan). Terakhir, masa ovulasi atau subur yang tidak beraturan. Nah, bila seorang wanita mengalami setidaknya dua dari tiga tanda awal di atas, kemungkinan ia mengidap PCOS.

Baca juga: Cara Diagnosis Sindrom Polikistik Ovarium yang Sebaiknya Diketahui

Lalu, apa lagi sih gejala sindrom polikistik ovarium lainnya?

  1. Pertumbuhan rambut yang berlebih pada wajah, dagu, bawah hidung (kumis), yang disebut dengan hirsutisme. Kondisi ini ditemukan pada 70 persen perempuan dengan PCOS.

  2. Siklus menstruasi tak teratur. Wanita dengan PCOS dapat mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi. Contohnya, dalam setahun ia hanya mengalami menstruasi sebanyak kurang dari 8 kali atau siklus menstruasinya datang setiap 21 hari atau lebih sering. Dalam beberapa kasus, bahkan ada pengidapnya yang berhenti mengalami menstruasi sama sekali.

  3. Tonjolan daging bersifat jinak yang disebut skin tag, biasanya di daerah ketiak atau leher.

  4. Kulit menjadi gelap, terutama pada daerah lipatan leher, selangkangan dan lipatan payudara.

  5. Jerawat pada wajah, dada, dan punggung bagian atas.

  6. Meningkatnya berat badan atau kesulitan menurunkan berat badan.

  7. Penipisan rambut atau kebotakan dengan pola kebotakan laki-laki.

Awasi Penyebab dan Faktor Risikonya

Hingga saat ini penyebab pasti dari sindrom polikistik ovarium belum diketahui pasti. Tapi, ada dugaan kalau beberapa faktor seperti genetik memainkan peran di sini. Sebab, faktor genetik ini dikaitkan dengan terjadinya peningkatan androgen yang tinggi pada perempuan pengidap PCOS.

Baca juga: Perlu Tahu, Ini Cara Menangani Sindrom Polikistik Ovarium

Hormon androgen ini sering disebut sebagai hormon laki-laki. Sebab, hormon ini sangat dominan dalam tubuh lelaki, sedangkan pada perempuan hormon ini hanya diproduksi dalam jumlah yang sedikit.

Androgen sendiri mengendalikan perkembangan fitur-fitur maskulin, seperti kebotakan androgen atau pola kebotakan laki-laki. Perempuan dengan PCOS akan memproduksi androgen lebih banyak dari normal. Nah, inilah yang akan menyebabkan ketidakseimbangan hormon.

Selain menyebabkan pertumbuhan rambut yang tidak normal dan jerawat, kondisi ini juga menyebabkan masalah lainnya. Misalnya, perempuan dengan PCOS tidak dapat melepaskan ovum dari ovarium pada setiap siklus menstruasi.

Selain kadar androgen yang tinggi, pengidap PCOS juga cenderung memiliki kadar insulin yang tinggi. Terutama ia dengan berat badan lebih atau memiliki riwayat diabetes mellitus pada keluarga. Kelebihan insulin akan meningkatkan produksi androgen yang mengganggu proses ovulasi.

Baca juga: 3 Faktor Risiko yang Dapat Memicu Sindrom Polikistik Ovarium

Menyebabkan Penyakit Lain

Jangan anggap remeh penyakit yang satu ini, sebab bila tak awas PCOS bisa menimbulkan beberapa penyakit lain. Misalnya:

  • Sindrom metabolik.

  • Kadar lemak darah abnormal.

  • Gangguan menstruasi berupa perdarahan abnormal dari rahim.

  • Diabetes tipe 2.

  • Infertilitas.

  • Meningkatnya kadar kolesterol darah.

  • Tekanan darah tinggi, termasuk pada masa kehamilan.

  • Sleep apnea.

Mengalami beberapa gejala di atas? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa kok bertanya langsung ke dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!