Kesehatan Mental Bisa Memengaruhi Kesehatan Fisik
Halodoc, Jakarta – Kesehatan fisik yang buruk dapat meningkatkan risiko timbulnya masalah kesehatan mental. Demikian pula, kesehatan mental yang buruk dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik. Walaupun kelihatannya pikiran hanya ada dalam benak saja, nyatanya pikiran yang mengganggu bisa memengaruhi fungsi-fungsi tubuh yang lainnya. Akibatnya, kamu pun rentan mengalami berbagai kondisi medis tertentu.
Lantas, bagaimana kesehatan mental mampu memengaruhi kesehatan fisik seseorang? Simak penjelasan berikut.
Baca juga: Ini Ciri-Ciri Seseorang Mengalami Gangguan Kesehatan Mental
Bagaimana Kesehatan Mental Mampu Memengaruhi Kesehatan Fisik?
Emosi positif ternyata berkorelasi dengan keadaan mental seseorang, begitu pula sebaliknya. Stres adalah contoh yang paling umum. Menurut American Psychological Association (APA), seseorang yang mengalami stres seringkali mengalami sakit perut. Lantas, bagaimana jadinya kalau seseorang mengalami stres kronis? Stres kronis yang tidak kunjung diobati mampu melemahkan tubuh dari waktu ke waktu.
Emosi negatif seperti kemarahan ternyata juga bisa memicu serangan jantung dan masalah fisik lainnya. Melansir dari Mental Health Foundation, orang dengan tingkat kesusahan tertinggi punya peluang 32 persen meninggal karena kanker. Sedangkan seseorang yang mengalami depresi, diketahui mengalami peningkatan risiko penyakit jantung koroner.
Sedangkan seseorang yang mengidap skizofrenia sering dikaitkan dengan risiko kematian akibat penyakit jantung dan risiko kematian akibat penyakit pernapasan sebanyak tiga kali lipat. Mengapa ini bisa terjadi? Ternyata, orang dengan kondisi kesehatan mental cenderung tidak menerima perawatan kesehatan fisik yang berhak mereka terima. Mereka juga cenderung tidak ditawari bantuan untuk berhenti merokok, mengurangi konsumsi alkohol dan mengubah pola makan menjadi lebih sehat .
Menurut meta analisis Universitas Harvard pada 2012, orang yang punya optimisme memiliki jantung yang lebih sehat dan bahkan dapat menurunkan laju perkembangan penyakit. Faktor-faktor lain, seperti kepuasan hidup dan kebahagiaan, dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular terlepas dari faktor-faktor seperti usia seseorang, status sosial ekonomi, status merokok, atau berat badan.
Baca juga: 4 Gangguan Mental yang Terjadi Tanpa Disadari
Boehm, seorang peneliti di Harvard School of Public Health's Department of Society, menyatakan bahwa individu yang paling optimis memiliki risiko sekitar 50 persen lebih rendah mengidap penyakit kardiovaskular, jika dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang kurang optimis.
Gaya Hidup untuk Kesehatan Mental dan Fisik Lebih Sehat
Gaya hidup ternyata menjadi faktor utama yang memengaruhi kesehatan mental dan fisik seseorang. Berikut gaya hidup yang mampu meningkatkan kesehatan mental dan fisik seseorang:
1. Olahraga
Sudah bukan rahasia lagi kalau aktivitas fisik dalam bentuk apapun adalah cara yang paling tepat untuk menjaga kesehatan fisik serta meningkatkan kesejahteraan mental. Penelitian menunjukkan bahwa melakukan olahraga memengaruhi pelepasan dan penyerapan bahan kimia yang disebut endorfin di otak.
2. Pola Makan
Nutrisi yang baik termasuk faktor yang mampu mempengaruhi perasaan seseorang. Pola makan yang sehat dan seimbang mencakup protein dalam jumlah yang sehat, lemak esensial, karbohidrat kompleks, vitamin, mineral, dan air. Setiap makanan yang kamu konsumsi dapat memengaruhi perkembangan, pengelolaan, dan pencegahan berbagai kondisi kesehatan mental, termasuk depresi dan Alzheimer.
3. Merokok
Merokok berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik. Banyak orang dengan masalah kesehatan mental percaya bahwa merokok dapat meredakan gejalanya, tetapi efek ini hanya bersifat jangka pendek. Nikotin dalam rokok mengganggu bahan kimia di otak. Dopamin adalah bahan kimia yang memengaruhi perasaan positif dan faktanya bahan kimia ini jumlahnya lebih rendah pada orang yang mengalami depresi.
Nikotin memang mampu meningkatkan kadar dopamin sementara, tetapi bahan ini juga mematikan mekanisme alami otak untuk membuat zat kimia tersebut. Dalam jangka panjang, ini bisa membuat seseorang merasa seolah-olah membutuhkan lebih banyak nikotin untuk mengulangi sensasi positif ini.
Baca juga: 9 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Mental
Masih punya pertanyaan lain mengenai kesehatan mental maupun kesehatan fisik? Hubungi dokter atau psikiater lewat aplikasi Halodoc saja. Kamu bisa menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call.