Kerap Disamakan, Ini Perbedaan Hipopigmentasi dan Hiperpigmentasi
“Perbedaan hipopigmentasi dan hiperpigmentasi sebenarnya cukup jelas. Namun, keduanya sama-sama menyebabkan perubahan warna kulit.”
Halodoc, Jakarta – Meskipun namanya terdengar mirip, penting untuk tahu perbedaan hipopigmentasi dan hiperpigmentasi. Kedua kondisi ini memiliki sejumlah perbedaan utama. Namun, yang serupa dari keduanya adalah keduanya merupakan kondisi ketika kulit berubah warna.
Meski warna kulit bersifat genetik, kamu dapat memiliki area kulit yang lebih terang atau lebih gelap dari bagian kulit yang lain. Yuk ketahui lebih lanjut bedanya hipopigmentasi dan hiperpigmentasi!
Perbedaan Hipopigmentasi dan Hiperpigmentasi
Untuk mengetahui perbedaan hipopigmentasi dan hiperpigmentasi, kamu perlu tahu definisi keduanya terlebih dahulu. Hipopigmentasi adalah saat sel-sel kulit tubuh mulai kehilangan pigmen akibat penurunan produksi melanin. Kondisi ini biasanya terjadi karena kondisi kulit tertentu atau trauma pada kulit.
Sementara itu, hiperpigmentasi adalah ketika tubuh memproduksi pigmen secara berlebihan. Misalnya pada bintik-bintik penuaan, bekas jerawat yang gelap, dan bercak kulit lainnya yang lebih gelap dari kulit di sekitarnya.
Beberapa area kulit yang sering terkena adalah dahi, pipi, bibir atas, dan dagu. Kondisi kulit ini sama sekali tidak berbahaya dan tidak memiliki gejala lain. Meski umumnya dapat membaik dengan perawatan, ini bisa menurunkan rasa percaya diri seseorang.
Kondisi Terkait Hipopigmentasi
Perbedaan hipopigmentasi dan hiperpigmentasi juga ada pada kondisi yang terkait dengan keduanya. Hipopigmentasi pada kulit adalah hasil dari penurunan produksi melanin. Contoh kondisi terkait hipopigmentasi meliputi:
1. Vitiligo
Vitiligo adalah penyakit kulit menyebabkan bercak putih halus pada kulit. Pada beberapa orang, bercak ini bisa muncul di seluruh tubuh. Ini adalah gangguan autoimun di mana sel penghasil pigmen rusak.
Tidak ada obat untuk vitiligo, tetapi ada beberapa perawatan, termasuk kosmetik penutup, krim kortikosteroid, krim atau salep penghambat kalsineurin, atau perawatan sinar ultraviolet.
2. Albinisme
Albinisme adalah kelainan bawaan langka yang disebabkan oleh tidak adanya enzim yang memproduksi melanin. Hal ini menyebabkan kurangnya pigmentasi pada kulit, rambut, dan mata. Orang dengan kondisi ini memiliki gen abnormal yang membatasi tubuh memproduksi melanin.
Tidak ada obat untuk albinisme. Orang dengan albinisme harus menggunakan tabir surya setiap saat karena mereka lebih mungkin terkena kerusakan akibat sinar matahari dan kanker kulit. Gangguan ini dapat terjadi pada semua ras, tetapi paling sering terjadi pada ras kulit putih.
3. Hilangnya Pigmentasi Akibat Kerusakan Kulit
Jika mengalami infeksi kulit, lecet, luka bakar, atau trauma lain pada kulit, kamu mungkin kehilangan pigmentasi di area yang terkena. Kabar baiknya, kondisi ini adalah seringkali tidak permanen, tetapi mungkin membutuhkan waktu lama untuk pigmen ulang. Kosmetik dapat digunakan untuk menutupi area tersebut, sementara tubuh meregenerasi pigmennya.
Kondis Terkait Hiperpigmentasi
Ada beberapa kondisi terkait hiperpigmentasi yang juga jadi perbedaan dengan hipopigmentasi. Berbagai jenis hiperpigmentasi ini termasuk yang muncul akibat sinar matahari, akibat hormon, dan pasca inflamasi.
Misalnya sun-induced hyperpigmentation, disebabkan oleh paparan berlebihan ke sinar UV yang berbahaya. Sebagai mekanisme pertahanan, tubuh akan memproduksi pigmen ekstra untuk melindungi kulit yang menyebabkan penuaan dan munculnya bintik hitam.
Mempraktikkan perlindungan matahari dan secara teratur memakai tabir surya minimal 30 SPF dapat membantu mencegah kondisi ini sepenuhnya.
Selain itu, hiperpigmentasi juga bisa terjadi karena hormon, atau melasma. Ini sering terjadi pada wanita yang sedang hamil atau menggunakan kontrasepsi oral karena mengubah cara tubuh merespons estrogen dan progesteron. Ini bisa bersifat sementara dan bagi sebagian orang bisa memudar setelah melahirkan atau menghentikan kontrasepsi oral.
Kondisi lainnya yang terkait hiperpigmentasi adalah post-inflamasi, seperti jaringan parut jerawat dan juga dapat terjadi setelah luka bakar, goresan, luka atau karena prosedur kosmetik yang salah. Ini dapat bervariasi dalam penyebab dan tingkat keparahannya.
Itulah perbedaan antara hipopigmentasi dan hiperpigmentasi. Jika kamu mengalami salah satu kondisi ini dan merasa terganggu, download Halodoc saja untuk membuat janji rumah sakit dengan dokter kulit.
Referensi:
Dermatology Associates of Atlanta. Diakses pada 2022. Hyperpigmentation Vs. Hypopigmentation: What’s the Difference?
WebMD. Diakses pada 2022. Hyperpigmentation, Hypopigmentation, and Your Skin.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan