Kenali Perbedaan pada setiap Jenis Thalasemia

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   28 Juni 2021

“Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah yang dipicu oleh faktor genetik. Thalasemia terdiri dari dua jenis yaitu minor dan mayor. Thalasemia mayor merupakan bentuk thalasemia yang paling parah. Pengidapnya membutuhkan transfusi darah rutin dan perawatan medis yang ekstensif.”

Kenali Perbedaan pada setiap Jenis ThalasemiaKenali Perbedaan pada setiap Jenis Thalasemia

Halodoc, Jakarta – Dari beragamnya jenis kelainan darah pada anak-anak, thalasemia merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai. Penyakit ini merupakan penyakit kelainan darah yang diturunkan dari orangtua pada anak-anak. Hati-hati, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi berbahaya bagi Si Kecil. 

Menurut Kementerian Kesehatan RI, thalasemia disebabkan karena berkurangnya atau tidak terbentuknya protein pembentuk hemoglobin utama manusia. Kondisi ini bisa menyebabkan eritrosit mudah pecah dan menyebabkan pasien menjadi pucat karena kekurangan darah (anemia).

Nah, thalasemia ini terdiri dari beberapa jenis. Berikut ulasan selengkapnya!

Baca juga: Sebelum Menikah, Wajib Tes Darah untuk Cegah Thalassemia

Jenis-Jenis Thalasemia

Ada beberapa jenis thalasemia yang dapat dikenali, yaitu: 

1. Thalasemia Alfa Mayor

Thalasemia mayor bisa dibilang sebagai bentuk thalasemia yang paling parah. Pengidap kelainan darah jenis ini membutuhkan transfusi darah rutin dan perawatan medis yang ekstensif. Mereka yang mengidap thalasemia mayor biasanya menunjukkan gejala dalam dua tahun pertama kehidupan. 

Gejalanya berupa pucat, mudah lesu, dan memiliki selera makan yang buruk. Mereka tumbuh lambat dan sering mengembangkan penyakit kuning. Tanpa perawatan yang tepat, limpa, hati, dan jantung bisa membesar. Hati-hati, thalasemia mayor bisa memicu gagal jantung dan infeksi sehingga menyebabkan kematian.

Thalasemia mayor juga dibagi menjadi alfa dan beta. Umumnya, thalasemia alfa mayor terjadi pada bayi sejak masih dalam kandungan. Penyebabnya karena tidak ada atau kurangnya produksi protein dalam sel darah merah. Akibatnya, janin mengalami anemia yang cukup parah, kelainan jantung, hingga penimbunan cairan tubuh.

Oleh karena itu, janin yang didiagnosis mengalami thalasemia ini harus mendapatkan transfusi darah sejak dalam kandungan hingga ia lahir. Tujuannya untuk menghindari risiko kematian janin. 

  1. Thalasemia Beta Mayor

Thalasemia beta mayor bisa disebut jenis yang paling parah. Pengidapnya harus rutin melakukan transfusi darah sejak didiagnosis penyakit ini. Umumnya, pada 1-2 tahun pertama kehidupan, anak-anak yang mengidap thalasemia beta mayor cenderung sering sakit. Kondisi inilah yang membuat pertumbuhan dan perkembangannya jadi terganggu. 

Baca juga: Begini Metode Pengobatan Pengidap Thalassemia

3. Thalasemia Alfa Minor

Thalasemia minor boleh dibilang tak separah thalasemia mayor. Pada thalasemia minor kerusakan hemoglobin terjadi terbatas atau tidak parah, sehingga anemia yang ditimbulkan biasanya ringan. Nah, thalasemia alfa minor lebih umum dialami oleh wanita yang memiliki riwayat anemia ringan. 

Umumnya, thalasemia alfa minor tidak menyebabkan gangguan pada fungsi kesehatan tubuh. Pengidapnya juga tidak perlu harus melakukan transfusi darah. Namun, mereka disarankan untuk menerapkan diet sehat, seperti mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi, kalsium, dan magnesium.

4. Thalasemia Beta Minor

Jenis ini hampir sama ringannya seperti thalasemia alfa minor. Pengidap beta minor diharuskan untuk banyak mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, kalsium, dan magnesium. Gejala yang dialami orang yang mengidap thalasemia ini sama seperti mereka yang mengidap anemia ringan.

Peluang Kejadian Thalasemia pada Anak

Seperti penjelasan di awal, thalasemia adalah kelainan darah yang bersifat genetik. Namun, peluang kejadian thalasemia pada anak bisa berbeda-beda. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), thalasemia merupakan genetik yang diturunkan berdasarkan hukum Mendel.

Artinya, bila jika dua pembawa sifat/thalasemia minor menikah, maka mereka berpeluang mempunyai 25 persen anak yang sehat, 50 persen anak sebagai pembawa sifat, dan 25 persen anaknya sebagai thalasemia mayor. 

Baca juga: Penyuntingan Gen untuk Menghindari Kelainan Genetika pada Thalasemia

Masih menurut IDAI, peluang ini terjadi pada setiap konsepsi atau kehamilan. Oleh sebab itu, karenanya bisa saja dalam satu keluarga semua anaknya adalah pengidap thalasemia mayor, atau malah mungkin tampak sehat, karena tidak memberikan gejala sama sekali. Namun, hal yang perlu diwaspadai adalah mereka belum tentu mereka sehat sepenuhnya, karena tetap mempunyai peluang sebagai thalassemia minor. 

Oleh sebab itu, bila kedua orangtua diketahui sebagai pembawa sifat thalasemia, maka harus segera mungkin memeriksakan diri dan anak keturunannya. Tujuannya untuk mendapatkan identifikasi sedini mungkin.

Mau tahu lebih jauh mengenai thalasemia pada anak? Atau memiliki keluhan kesehatan lainnya? Kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan? 

Referensi:
IDAI. Diakses pada 2021. Mengenal Thalasemia
Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada 2021. Apa yang dimaksud dengan thalasemia
MedlinePlus. Diakses pada 2021. thalasemiaMayo Clinic. Diakses pada 2021. thalasemia