Kenali Gejala Munculnya Syok Hipovolemik

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   17 Juni 2020
Kenali Gejala Munculnya Syok HipovolemikKenali Gejala Munculnya Syok Hipovolemik

Halodoc, Jakarta - Volume darah yang cukup sangat diperlukan bagi jantung untuk bisa memompa darah dengan optimal ke seluruh tubuh. Ketika mengalami syok hipovolemik, volume darah terlalu rendah, sehingga terjadilah kegagalan sirkulasi. Padahal, sirkulasi darah sangat penting agar kebutuhan pasokan darah bagi organ vital tubuh bisa terpenuhi. 

Umumnya, syok hipovolemik terjadi akibat perdarahan, seperti ketika mengalami cedera, atau perdarahan di bagian organ dalam tubuh, akibat penyakit seperti infeksi dan kehamilan ektopik. Hal inilah yang membuat syok hipovolemik kerap disebut juga dengan istilah syok hemoragik (syok perdarahan).

Baca juga: Enggak Banyak yang Tahu, Syok Hipovolemik Berbahaya Kalau Pingsan

Begini Gejala Syok Hipovolemik

Syok hipovolemik sebenarnya memiliki gejala yang berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan yang dialami. Namun, baik tingkat keparahan yang ringan ataupun berat, syok hipovolemik tetap berbahaya dan bisa mengancam nyawa. Itulah sebabnya syok hipovolemik membutuhkan perawatan medis sesegera mungkin. 

Jika perdarahan terjadi di luar, mungkin bisa mudah dideteksi. Lalu, bagaimana jika perdarahan internal yang terjadi? Tentunya akan agak sulit karena gejala syok hipovolemik karena perdarahan internal pun mungkin tidak segera muncul. 

Meski begitu, gejala utama syok hipovolemik yang bisa dikenali adalah penurunan tekanan darah atau suhu tubuh secara drastis. Jika tingkat keparahannya ringan, gejala lain yang dapat menyertai adalah sakit kepala, kelelahan, mual, banyak berkeringat, dan pusing. Sementara itu, jika tingkat keparahannya berat, syok hipovolemik dapat menyebabkan timbulnya gejala darurat medis, seperti:

  • Kulit terasa dingin atau lembap, dan pucat.
  • Pernapasan pendek dan cepat.
  • Denyut jantung berpacu cepat.
  • Sedikit atau tidak ada urine yang keluar saat berkemih.
  • Kebingungan atau linglung.
  • Tubuh terasa lemah.
  • Denyut nadi lemah.
  • Bibir dan kuku biru.
  • Sensasi melayang.
  • Hilang kesadaran atau pingsan.

Baca juga: Ketahui Penanganan Sementara Ketika Mengalami Syok Hipovolemik

Jika terjadi perdarahan internal, beberapa gejala berikut biasanya menyertai:

  • Sakit pada perut.
  • Terdapat darah atau tinja berwarna hitam.
  • Terdapat darah dalam urine.
  • Muntah berdarah.
  • Rasa sakit pada dada.
  • Perut terlihat membesar.

Meski gejala-gejala tersebut punya banyak penyebab, kamu tetap perlu mewaspadainya. Jika mengalami gejala tersebut, segera download aplikasi Halodoc untuk buat janji dengan dokter di rumah sakit, atau cari bantuan medis terdekat.

Penyebab Syok Hipovolemik

Normalnya jantung bekerja untuk mengedarkan darah kaya oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh setiap harinya. Oksigen dan nutrisi tersebut sangat diperlukan bagi sel-sel tubuh, sebagai sumber energi dan metabolisme. Jika terjadi perdarahan hebat, secara otomatis aliran darah yang dipompa jantung akan berkurang, sehingga organ-organ tubuh tidak mendapat cukup pasokan darah.

Baca juga: Cara Pencegahan Syok Hipovolemik yang Perlu Diketahui

Itulah sebabnya gejala utama syok hipovolemik adalah penurunan tekanan darah, kulit pucat, suhu tubuh rendah, dan tubuh terasa lemah. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat memicu kegagalan multi organ, sehingga bisa mengancam nyawa. Lantas, apa yang menjadi penyebab atau pemicu terjadinya syok hipovolemik?

Tentu saja semua hal atau kondisi yang dapat menyebabkan tubuh kehilangan banyak darah, misalnya:

  • Perdarahan akibat luka serius atau cedera.
  • Perdarahan internal akibat luka traumatis dari benda tumpul.
  • Perdarahan di dalam organ-organ perut atau kehamilan ektopik yang pecah.
  • Perdarahan pada saluran pencernaan.
  • Perdarahan pada vagina yang signifikan.

Selain perdarahan, syok hipovolemik juga bisa terjadi karena penyakit tertentu, yang menyebabkan hilangnya cairan tubuh dalam jumlah banyak. Misalnya, diare, muntah-muntah, berkeringat banyak, atau luka bakar serius. Sebab, berbagai kondisi tersebut juga bisa menyebabkan penurunan jumlah darah yang diedarkan dalam tubuh.

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2020. Hemorrhagic (Hypovolemic) Shock.
National Institute of Health - MedlinePlus. Diakses pada 2020. Hypovolemic Shock.