Kenali Frekuensi BAB yang Normal pada Anak
Halodoc, Jakarta – Banyak cara yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk melihat adanya gangguan kesehatan pada anak. Mulai dari memerhatikan perubahan fisik, hingga perilaku anak sehari-hari. Namun tidak hanya itu, banyak orangtua yang memerhatikan frekuensi BAB pada anak untuk memastikan kondisi kesehatan. Tidak jarang, anak yang memiliki sedikit frekuensi BAB memicu rasa khawatir orangtua terhadap kesehatan anak.
Baca juga: Ciri BAB Normal pada Anak untuk Ketahui Kondisi Kesehatannya
Lalu, benarkah frekuensi BAB pada anak bisa menjadi indikator kesehatan tubuh anak? Selain itu, bagaimana frekuensi BAB yang normal pada anak? Tidak ada salahnya menyimak seputar frekuensi BAB yang normal pada anak, di sini. Dengan begitu, orangtua dapat terhindar dari rasa khawatir dan memantau kesehatan serta kecukupan gizi anak. Berikut ulasannya!
Frekuensi BAB Normal pada Anak
Frekuensi buang air besar pada tiap anak tentunya akan berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah usia. Umumnya, bayi yang baru lahir memiliki frekuensi BAB kurang lebih 10 kali dalam satu hari. Hal ini disebabkan refleks gastrokolika dalam tubuh bayi masih sangat kuat.
Memasuki usia dua bulan, biasanya bayi akan mengalami penurunan frekuensi BAB. Kebiasaan BAB yang tadinya dilakukan setiap hari, kini bisa berubah menjadi 5 hari sekali. Ini termasuk kondisi normal karena fungsi saluran cerna bayi sedang berkembang, tetapi koordinasi otot sekitar anus belum optimal.
Lalu bagaimana dengan balita? Begitupun dengan frekuensi BAB pada balita. Tidak ada patokan yang normal karena setiap anak memiliki jenis dan jumlah makanan yang berbeda serta usia yang berbeda pula. Idealnya, balita memiliki frekuensi BAB sebanyak 1‒3 kali dalam satu hari, tetapi frekuensi BAB 3 hari sekali pun masih dalam batas normal.
Hal yang perlu diingat oleh ibu, sebaiknya perhatikan tekstur feses yang dikeluarkan oleh anak. Berikut ini tekstur BAB yang normal pada anak sesuai usianya:
- Bayi yang baru lahir biasanya akan memiliki tekstur feses yang berbusa, cair, dan berbau asam. Selain itu, frekuensi BAB dikatakan normal ketika bayi mengalami kenaikan berat badan yang sesuai.
- Saat bayi memasuki usia dua bulan dan frekuensi BAB berkurang, pastikan tekstur feses anak lembek seperti pasta atau lembek. Ini hal yang tergolong normal pada anak.
- Pada balita, saat tekstur feses masih lembek dan anak tidak terlihat kesulitan saat BAB kondisi ini masih tergolong normal.
Tidak ada salahnya bertanya langsung pada dokter anak seputar frekuensi BAB yang normal pada anak melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download Halodoc sekarang juga melalui App Store atau Google Play!
Baca juga: Cek Feses Si Kecil di Rumah, Ketahui 3 Fakta Ini
Kapan Perlu Bawa Anak ke Rumah Sakit?
Ada berbagai gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan kebiasaan BAB pada anak berubah, salah satunya adalah sembelit. Saat anak mengalami sembelit ada beberapa tanda yang perlu ibu perhatikan, seperti perilaku anak yang kesulitan saat akan mengeluarkan feses, mengeluh nyeri saat BAB, sakit perut, serta tekstur feses yang keras dan bulat-bulat kecil.
Untuk mengatasi kondisi sembelit pada anak, ibu bisa memberikan makanan dengan kandungan serat yang cukup tinggi, memenuhi kebutuhan cairan pada anak, mengajak anak melakukan aktivitas fisik, hingga mengingatkan anak untuk tidak menahan keinginan BAB.
Selain sembelit, anak-anak juga rentan mengalami diare. Ketika anak mengalami diare, tekstur feses anak akan berubah menjadi berair dan memiliki banyak lendir. Anak juga anak mengalami frekuensi BAB lebih sering dibandingkan biasanya. Ada berbagai faktor pemicu diare pada anak, seperti paparan virus, alergi susu, hingga gangguan pencernaan. Berikan anak lebih banyak cairan jika mengalami diare agar terhindar dari dehidrasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua terkait frekuensi BAB dan tekstur feses pada anak, seperti:
- Warna feses putih menandakan adanya gangguan kesehatan pada bagian empedu, warna feses hitam menandakan adanya perdarahan pada bagian usus kecil atau perut anak, sedangkan warna feses merah menandakan adanya perdarahan pada bagian usus besar atau rektum.
- Banyaknya lendir pada feses bayi menandakan adanya alergi atau infeksi dalam tubuh.
- Perubahan warna dan tekstur feses setelah anak mengonsumsi jenis makanan tertentu menjadi tanda alergi jenis makanan. Sebaiknya hentikan sementara makanan yang dikonsumsi anak.
- Diare yang dialami oleh bayi dibawah usia 1 tahun sebaiknya mendapatkan penanganan dari dokter.
Baca juga: 6 Fakta Penting Diare pada Anak yang Mesti Ibu Tahu
Segera kunjungi rumah sakit terdekat ketika bayi atau balita mengalami beberapa tanda tersebut saat BAB. Penanganan yang tepat tentunya dapat membantu anak pulih lebih optimal.
Referensi:
The Bump. Diakses pada 2020. How Often Should a Toddler Poop?
Parents. Diakses pada 2020. The Baby Poop Guide: What’s Normal, What’s Not.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Diakses pada 2020. Tinja Bayi: Normal atau Tidak (Bagian 1).
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Constipation in Children.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan