Kenali Faktor Risiko Alami Hidrosefalus
Halodoc, Jakarta - Ketika mendengar penyakit hidrosefalus, pasti muncul di pikiran bahwa penyakit ini sangat rentan menyerang bayi. Memang benar, tetapi hidrosefalus bisa terjadi pada usia berapa pun. Namun, bayi dan lansia paling rentan mengalaminya. Hidrosefalus terjadi ketika terdapat penumpukan cairan di ventrikel dalam otak. Cairan yang berlebihan ini meningkatkan ukuran ventrikel dan memberi tekanan pada otak.
Baca Juga: Inilah yang Terjadi pada Kepala yang Terkena Hidrosefalus
Cairan serebrospinal adalah jenis cairan yang mengalir melalui ventrikel dan membasahi otak dan ruang dalam tulang belakang. Ketika cairan ini jumlahnya terlalu banyak sampai menekan otak, pengidap hidrosefalus dapat mengalami kerusakan jaringan otak dan mengalami gangguan pada fungsi otak.
Kenali Faktor Risiko Hidrosefalus
Sejumlah masalah selama perkembangan atau perawatan medis dapat memicu hidrosefalus. Hidrosefalus yang hadir saat lahir (bawaan) atau tidak lama setelah kelahiran bisa dipicu oleh hal-hal berikut:
- Perkembangan abnormal pada sistem saraf pusat yang menghambat aliran cairan serebrospinal.
- Pendarahan di dalam ventrikel bisa disebabkan karena kelahiran prematur.
- Infeksi pada rahim selama kehamilan, seperti rubella atau sifilis yang menyebabkan peradangan pada jaringan otak janin.
Sementara itu, beberapa faktor lain yang turut berkontribusi terhadap hidrosefalus di antara semua kelompok umur, yaitu:
- Lesi atau tumor otak atau sumsum tulang belakang;
- Infeksi sistem saraf pusat, seperti meningitis bakteri atau gondong;
- Pendarahan di otak karena stroke atau cedera kepala;
- Cedera traumatis pada otak.
Baca Juga: Bisakah Ukuran Kepala dengan Hidrosefalus Kembali Normal?
Gejala Hidrosefalus yang Perlu Diketahui
Hidrosefalus dapat menyebabkan kerusakan otak permanen, jadi penting bagi kamu untuk mengenali gejala yang menandai hidrosefalus. Kondisi ini sering terjadi pada anak-anak, tetapi dapat memengaruhi orang-orang dari segala usia. Tanda awal hidrosefalus pada bayi, di antaranya:
- Titik lunak di permukaan tengkorak (fontanel) menonjol;
- Pembesaran pada lingkar kepala;
- Mata melihat ke arah bawah;
- Kejang;
- Rewel;
- Muntah;
- Kantuk yang berlebihan;
- Tidak nafsu makan;
- Melemahnya kekuatan otot.
Sementara itu, gejala hidrosefalus yang terjadi pada orang dewasa meliputi:
- Sakit kepala kronis;
- Kehilangan koordinasi;
- Kesulitan berjalan;
- Masalah pada kandung kemih;
- Masalah penglihatan;
- Kesulitan mengingat;
- Kesulitan berkonsentrasi.
Kalau kamu melihat atau mengalami tanda-tanda di atas, segera periksakan ke dokter untuk memastikannya. Sebelum mengunjungi rumah sakit, kamu bisa membuat janji dengan dokter terlebih dahulu lewat aplikasi Halodoc. Pastikan kamu sudah download aplikasi Halodoc di ponselmu, ya!
Apakah Hidrosefalus Bisa Dicegah?
Hidrosefalus tidak bisa dicegah, tetapi kamu dapat menurunkan risiko perkembangan kondisi ini. Bagi ibu hamil, pastikan mendapat perawatan prenatal selama kehamilan. Tindakan ini dapat membantu mengurangi peluang persalinan prematur yang menyebabkan hidrosefalus. Mendapatkan vaksinasi juga dapat membantu mencegah penyakit dan infeksi yang terkait dengan hidrosefalus.
Baca Juga: Waspada, Ini Komplikasi dari Hidrosefalus
Pemeriksaan rutin perlu dilakukan untuk memastikan bahwa kamu mendapatkan perawatan segera terhadap penyakit atau infeksi yang dapat meningkatkan risiko hidrosefalus. Gunakan peralatan keselamatan, seperti helm untuk mencegah cedera kepala saat melakukan kegiatan, seperti mengendarai motor. Kamu juga bisa menurunkan risiko cedera kepala dengan selalu mengenakan sabuk pengaman.
Referensi:
Healthline. Diakses pada 2021. Hydrocephalus (Water on the Brain).
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Hydrocephalus.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan