Kenali Efek Samping Kemoterapi yang Perlu Ditangani Dokter
“Obat yang digunakan kemoterapi untuk membunuh kanker dapat menimbulkan sejumlah efek samping. Efek samping yang ringan mungkin bukan masalah besar dan segera berangsur membaik. Namun, efek samping yang cukup mengkhawatirkan mungkin perlu segera ditangani dokter.”
Halodoc, Jakarta – Kemoterapi adalah metode pengobatan yang sering dianjurkan untuk pengidap kanker. Metode pengobatan ini dilakukan dengan pemberian obat melalui intravena. Kemoterapi dianggap sebagai pengobatan sistemik karena obatnya mampu menyebar ke seluruh tubuh dan dapat membunuh sel kanker yang telah menyebar (bermetastasis) ke bagian tubuh lainnya.
Namun, kemoterapi jarang digunakan sebagai satu-satunya metode pengobatan kanker. Biasanya, kemo dikombinasikan dengan perawatan lain seperti radioterapi atau operasi kanker. Meski terbilang cukup efektif, ada sejumlah efek samping yang bisa dialami pengidap kanker setelah melakukan kemoterapi.
Kenali Efek Samping Kemoterapi
Efek samping kemoterapi dapat berkisar ringan sampai cukup parah sehingga perlu ditangani oleh dokter. Beberapa efek samping ringan di antaranya, rambut rontok, kelelahan, mual, muntah, diare atau sembelit. Sementara efek samping yang mungkin perlu ditangani oleh dokter antara lain:
1. Infeksi
Kemoterapi dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sehingga kamu mungkin lebih rentan terkena infeksi. Untuk mencegah risiko infeksi kamu perlu menjaga kebersihan diri dan menghindari kontak dekat dengan orang yang mengidap infeksi menular.
2. Anemia
Efek samping lain dari kemoterapi yang perlu diwaspadai adalah anemia. Kemoterapi dapat menurunkan jumlah sel darah merah yang bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Ketika jumlah sel darah merah jumlahnya turun terlalu rendah, maka itu adalah tanda anemia. Gejala anemia meliputi mudah lelah, sesak napas, detak jantung lemah dan kulit pucat.
3. Memar dan berdarah
Pengobatan kanker yang satu ini juga berisiko mengurangi jumlah trombosit dalam darah. Padahal, trombosit sangat diperlukan tubuh untuk menghentikan pendarahan. Ketika jumlah trombosit tidak memadai, kamu berisiko mudah memar, mimisan, gusi berdarah dan lain-lain. Beritahu dokter jika mengalami masalah ini. Dokter akan memberi perawatan untuk meningkatkan jumlah trombosit dalam darah.
4. Sakit mulut
Terkadang kemoterapi bisa membuat lapisan mulut terasa sakit dan iritasi. Kondisi ini dikenal sebagai mukositis. Gejalanya cenderung berkembang beberapa hari setelah pengobatan dimulai. Mukositis ditandai dengan gejala mulut perih seperti terbakar, sariawan, bibir kering, berkurangnya rasa dan bau mulut. Hal ini tentu mengganggu aktivitas makan dan bicara.
5. Kehilangan selera makan
Metode pengobatan ini juga bisa menghilangkan selera makan kamu. Meskipun kedengarannya sepele, kurangnya nafsu makan bisa membuat seseorang kekurangan gizi. Jika kamu mengalaminya, cobalah minum banyak cairan dan makan apa pun yang kamu bisa. Mual dan muntah setelah kemoterapi terkadang juga bisa menurunkan selera makan.
6. Perubahan kulit dan kuku
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan perubahan sementara pada kulit, seperti membuat kulit kering, berubah warna, sensitif terhadap matahari, iritasi dan gatal. Dokter dapat meresepkan krim yang dapat meringankan masalah kulit di atas. Selain masalah kulit, pengobatan ini dapat membuat kuku menjadi rapuh atau terkelupas dan muncul garis-garis putih di atas kuku. Menggunakan pelembab pada kuku dapat membantu mengatasi masalah ini.
7. Masalah memori dan konsentrasi
Melansir dari National Health Services, beberapa orang mengalami masalah memori jangka pendek, konsentrasi dan rentang perhatian selama kemoterapi. Belum jelas mengapa kondisi ini terjadi, tapi gejalanya biasanya membaik setelah perawatan selesai.
8. Masalah tidur
Beberapa orang yang menjalani kemoterapi mengalami kesulitan tidur atau terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Untuk atasi efek samping ini, kamu perlu menghindari kafein, alkohol, bermain gadget dan menonton televisi. Nah, kamu bisa mencoba mandi air hangat, bersantai sebelum tidur dan memastikan kamar gelap dan hening untuk mempercepat tidur.
9. Masalah seks dan kesuburan
Banyak orang yang kehilangan minat pada seks setelah menjalani kemoterapi. Namun, ini biasanya bersifat sementara dan gairah seks akan berangsur-angsur kembali setelah perawatan selesai. Beberapa obat kemoterapi juga dapat mengurangi kesuburan pada pria dan wanita. Meskipun umumnya hanya bersifat sementara, masalah kesuburan ini bisa berkembang permanen dalam beberapa kasus.
10. Stres dan kecemasan
Menjalani kemoterapi bisa menjadi pengalaman yang membuat kamu frustrasi, stres, dan traumatis. Wajar jika kamu merasa cemas dan bertanya-tanya apakah pengobatannya akan berhasil. Jangan biarkan stres dan rasa cemas sampai berlarut-larut karena bisa meningkatkan risiko depresi.
Bila kamu mengalami salah satu efek samping di atas, jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter. Supaya mudah dan praktis, buat janji rumah sakit melalui aplikasi Halodoc saja. Jangan tunda untuk memeriksakan diri sebelum kondisinya semakin memburuk. Yuk, download Halodoc sekarang juga!
Referensi :
National Health Services. Diakses pada 2021. Chemotherapy.
American Cancer Society. Diakses pada 2021. How Is Chemotherapy Used to Treat Cancer?.
Healthline. Diakses pada 2021. The Effects of Chemotherapy on Your Body.
Medical News Today. Diakses pada 2021. What to know about preparing for chemotherapy.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan