Kenali Efek Samping dari Ceftriaxone yang Perlu Dipahami
“Tersedia dalam bentuk suntikan, ceftriaxone merupakan salah satu jenis antibiotik yang biasa diresepkan dokter untuk mengobati infeksi bakteri. Seperti obat lainnya, antibiotik ini juga memiliki risiko efek samping. Meski kebanyakan efek sampingnya ringan, ada juga risiko efek samping serius yang butuh penanganan medis segera.”
Halodoc, Jakarta – Untuk mengatasi infeksi bakteri di dalam tubuh, diperlukan antibiotik. Salah satu jenis antibiotik yang biasa diresepkan dokter adalah ceftriaxone. Sama seperti jenis antibiotik lainnya, ceftriaxone juga bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab penyakit dalam tubuh.
Penggunaan ceftriaxone sesuai dosis dan instruksi dokter sangat penting. Seperti kebanyakan obat lainnya, ceftriaxone juga memiliki risiko efek samping dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan. Yuk, simak pembahasan lengkapnya!
Baca juga: Bahaya Konsumsi Antibiotik Tanpa Resep Dokter
Efek Samping Ceftriaxone
Karena dirancang untuk melawan bakteri, antibiotik tidak bisa bekerja pada penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, seperti pilek dan flu. Penggunaan antibiotik ketika tidak dibutuhkan bisa meningkatkan risiko infeksi yang kebal terhadap antibiotik.
Adapun risiko efek samping yang bisa terjadi setelah mengonsumsi ceftriaxone, seperti:
- Sakit perut.
- Mual dan muntah.
- Diare.
- Pusing atau sakit kepala.
- Mengantuk.
- Bengkak dan iritasi pada area kulit yang disuntik.
- Berkeringat berlebihan.
Meski jarang terjadi, ada juga risiko efek samping lain yang lebih serius, seperti sesak napas, demam, detak jantung tidak teratur, kejang, sakit saat buang air kecil, dan memar di tubuh.
Bila kamu mengalami berbagai efek samping berat tersebut setelah menggunakan ceftriaxone, segera pergi ke dokter atau instalasi gawat darurat rumah sakit terdekat. Kamu juga bisa tanyakan lebih lanjut seputar efek samping obat ini pada dokter di aplikasi Halodoc lewat chat.
Baca juga: Awas, Antibiotik Bukan Obat Segala Penyakit
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
Ceftriaxone adalah jenis antibiotik yang diberikan melalui suntikan ke otot atau pembuluh darah. Jadi, obat ini hanya bisa diberikan oleh dokter atau petugas medis sesuai arahan dokter. Dosis yang diberikan akan ditentukan dari kondisi dan respons tubuh terhadap pengobatan.
Jangan hentikan pengobatan meski gejala telah menghilang setelah beberapa hari. Menghentikan pengobatan sebelum waktunya dapat membuat bakteri tetap tumbuh, sehingga infeksi kembali terulang. Penting juga untuk memberitahu dokter jika kondisi tidak kunjung hilang atau memburuk.
Selain itu, jangan lupa juga untuk memberi tahu dokter jika kamu memiliki masalah kesehatan lain. Sebab, beberapa penyakit yang sudah dimiliki sebelumnya mungkin bisa terpengaruh akibat penggunaan obat ini.
Kamu perlu beri tahu dokter soal riwayat penyakit yang dimiliki, terutama:
- Anemia.
- Diare.
- Penyakit empedu.
- Pankreatitis atau peradangan pada pankreas.
- Kolitis.
- Hyperbilirubinemia atau tingginya kadar bilirubin dalam darah.
- Penyakit ginjal.
- Penyakit hati.
- Gizi buruk.
Selain memberi tahu dokter soal riwayat penyakit, penting juga untuk menginformasikan obat-obatan yang sedang atau akan dikonsumsi. Sebab, ada beberapa obat yang kemungkinan berinteraksi jika digunakan bersamaan dengan ceftriaxone.
Penggunaan ceftriaxone secara bersamaan dengan obat lain biasanya tidak direkomendasikan. Namun, pada beberapa kondisi bisa saja diperlukan. Bila perlu digunakan bersamaan, dokter biasanya akan mengubah dosis atau frekuensi pemberian obat.
Baca juga: Efek Samping Konsumsi Obat Antibiotik dalam Waktu Lama
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah makanan, konsumsi alkohol, dan merokok. Beberapa jenis obat tidak bisa digunakan pada saat makan atau bersamaan dengan makanan, karena interaksi obat bisa terjadi.
Bila kamu memiliki kebiasaan minum alkohol atau merokok, sebaiknya tanyakan pada dokter, apakah kebiasaan ini masih bisa diteruskan selama menjalani pengobatan atau tidak.
Itulah sedikit pembahasan mengenai efek samping ceftriaxone, dan hal-hal lain yang perlu diketahui. Lebih lanjutnya seputar obat ini, kamu bisa tanyakan pada dokter yang menangani, selama sesi konsultasi.