Ketahui Ciri-Ciri HIV ketika Pertama Kali Terinfeksi
Gejala awal infeksi human immunodeficiency virus (HIV) ditandai dengan demam, mudah terserang penyakit, hingga penurunan berat badan secara drastis.

DAFTAR ISI
- Apa Gejala Awal Virus HIV?
- Penyebab dan Faktor Risiko HIV
- Tahapan Infeksi HIV
- Gejala Awal HIV Muncul Kapan?
- Rekomendasi Alat Tes HIV Mandiri
- Dokter yang Bisa Bantu Perawatan HIV
- Pemeriksaan untuk Diagnosis Ciri-Ciri HIV
- Diagnosis HIV/AIDS
- Studi Mengenai Gejala dan Ciri-Ciri HIV
- Hubungi Admin Whatsapp Halodoc Home Lab untuk Pesan Layanan Skrining PMS
Ketika menginfeksi tubuh, virus HIV yang menjadi penyebab AIDS akan merusak sistem kekebalan tubuh. Virus ini akan masuk, menginfeksi, dan merusak sel CD4 yang merupakan jenis sel darah putih. Inilah sebabnya, kamu perlu tahu apa saja ciri-ciri HIV sehingga bisa segera mendapat penanganan.
Sel CD4 atau nama lainnya adalah sel-T merupakan salah satu bagian penting dari kekebalan tubuh.
Ketika virus HIV menginfeksi dan menghancurkan sel tersebut, maka dampaknya adalah daya tahan tubuh menjadi semakin melemah.
Masa inkubasi virus HIV di dalam tubuh bisa bervariasi pada tiap pengidapnya. Meski begitu, masa inkubasi ini terjadi rata-rata sekitar 2 sampai 4 minggu setelah terinfeksi.
Apa Gejala Awal Virus HIV?
Sangat penting untuk mengetahui apa saja yang menjadi ciri-ciri HIV/AIDS pada fase awal, sehingga kamu bisa segera melakukan penanganan.
Apa saja ciri-ciri HIV pada tahap awal? Berikut beberapa di antaranya:
1. Demam
Pada fase awal, penyakit ini memiliki sebutan acute retroviral syndrome (ARS) atau sindrom HIV akut.
Gejala HIV dapat berupa demam tinggi dengan suhu mencapai lebih dari 38 derajat Celsius.
Ketika berada pada fase ini, munculnya gejala juga bersama dengan sakit tenggorokan dan rasa lelah berlebihan.
Ada beberapa rekomendasi obat yang dapat digunakan untuk terapi HIV. Baca selengkapnya di artikel ini: “Ini Jenis dan Rekomendasi Obat HIV yang Perlu Diketahui“
2. Kelelahan juga menjadi salah satu ciri-ciri HIV
Kelelahan kronis terjadi karena respons tubuh terhadap peradangan yang muncul akibat infeksi virus HIV.
Gejala HIV ini rasanya sama seperti tidak enak badan atau radang tenggorokan yang terjadi karena penyakit influenza.
Namun, jika radang tenggorokan terjadi bukan karena infeksi virus, berikut Cara Menangani Radang Tenggorokan yang bisa kamu lakukan.
3. Pembengkakan kelenjar getah bening
Ciri-ciri atau gejala HIV selanjutnya adalah pembengkakan pada kelenjar getah bening. Sebab, kelenjar tersebut merupakan bagian dari sistem kekebalan yang membantu tubuh dalam meredakan peradangan akibat virus.
Pembengkakan kelenjar yang terjadi bisa muncul pada lebih dari dua tempat dengan ukuran lebih dari satu sentimeter.
Pembengkakan ini umumnya terjadi pada leher atau ketiak dalam waktu lebih dari tiga bulan.
HIV bisa menular dan menyebar dengan mudah setelah masuk ke dalam tubuh.
Ketika berada pada fase ini, aliran darah pengidap mengandung virus HIV dalam tingkat tinggi, sehingga meningkatkan peluang penularan penyakit.
Karena tidak semua pengidap mengalami gejala awal HIV, pemeriksaan menjadi satu-satunya cara mengetahui adanya virus dalam tubuh.
Diagnosis juga meningkatkan peluang kesembuhan dan mencegah risiko penularan penyakit ke pasangan seksual mereka.Untuk Cegah Komplikasi, Ini Dokter yang Bisa Bantu Perawatan HIV/AIDS.
Penyebab dan Faktor Risiko HIV
HIV menyerang sistem kekebalan tubuh dan ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti darah, cairan vagina, air mani, dan ASI.
Infeksi HIV tidak dapat menular melalui kontak sehari-hari seperti berjabat tangan, berbagi makanan, atau menggunakan toilet bersama.
Berikut penyebab utama penularan HIV yang perlu diwaspadai:
1. Hubungan seksual tanpa pengaman
Hubungan seks vaginal, anal, atau oral tanpa kondom dengan pasangan yang terinfeksi meningkatkan risiko penularan HIV.
Seks anal memiliki risiko penularan lebih tinggi dibandingkan dengan seks vaginal karena lapisan rektum lebih tipis dan mudah terluka.
2. Penggunaan jarum suntik bersama
Penggunaan jarum suntik secara bergantian, terutama di kalangan pengguna narkoba suntik, meningkatkan risiko penularan HIV. Peralatan medis yang tidak steril juga dapat menjadi sumber infeksi.
3. Penularan dari ibu ke bayi
HIV dapat ditularkan dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Pemberian ARV selama kehamilan dapat mengurangi risiko penularan dari ibu ke bayi hingga hampir nol.
4. Transfusi darah yang terinfeksi
Meskipun saat ini transfusi darah diperiksa secara ketat, masih ada risiko kecil penularan jika darah yang digunakan belum melalui pemeriksaan yang baik.
Adapun faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terinfeksi HIV sehingga perlu kamu waspadai:
- Berhubungan seksual dengan banyak pasangan tanpa kondom.
- Memiliki infeksi menular seksual lain (seperti sifilis atau herpes) yang dapat meningkatkan risiko masuknya virus HIV ke dalam tubuh.
- Menerima transfusi darah atau transplantasi organ dari donor yang terinfeksi tanpa pemeriksaan yang ketat.
- Bekerja dalam lingkungan medis yang memiliki risiko terpapar darah atau cairan tubuh yang terinfeksi.
Mengetahui penyebab dan faktor risiko HIV sangat penting dalam mencegah penyebaran virus serta meningkatkan kesadaran untuk melakukan tes HIV secara berkala bagi individu yang berisiko.
Tahapan Infeksi HIV
Infeksi HIV berkembang melalui tiga tahap utama, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda.
Tanpa pengobatan yang tepat, virus ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan berujung pada AIDS.
Gejala HIV dapat bervariasi tergantung pada tahapan infeksi, dan beberapa orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi hingga bertahun-tahun kemudian.
Tahap 1: Infeksi Akut HIV (2–4 minggu setelah paparan)
Tahap ini merupakan fase pertama HIV, di mana virus mulai berkembang dengan sangat cepat dalam tubuh.
Gejala yang dialami apabila seseorang telah masuk fase pertama HIV adalah mirip dengan flu dan biasanya muncul dalam 3 bulan pertama setelah infeksi.
Gejala awal HIV yang umum terjadi pada pria dan wanita dalam tahap ini meliputi:
- Demam tinggi
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Ruam kulit (bisa berbentuk merah atau bintik kecil di berbagai bagian tubuh)
- Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher, ketiak, dan selangkangan
- Nyeri otot dan sendi
- Kelelahan ekstrem
- Mual, muntah, atau diare
Gejala HIV pada pria stadium awal umumnya tidak jauh berbeda dengan wanita, namun beberapa pria mungkin mengalami nyeri testis atau gangguan ereksi.
Sementara itu, gejala HIV pada wanita tahap awal terkadang disertai dengan infeksi jamur vagina berulang, menstruasi tidak teratur, atau keputihan abnormal.
Pada tahap ini, viral load (jumlah virus dalam darah) sangat tinggi, sehingga risiko penularan HIV ke orang lain juga meningkat.
Meskipun gejala-gejala ini dapat mereda dalam beberapa minggu, virus tetap aktif dalam tubuh dan terus menyerang sistem kekebalan.
Tahap 2: Infeksi Kronis (Tahap Laten Klinis – Bisa Bertahan Bertahun-tahun)
Setelah fase akut, infeksi HIV memasuki tahap laten atau kronis.
Pada tahap ini, virus tetap aktif tetapi bereplikasi dalam jumlah yang lebih rendah dibandingkan dengan tahap awal.
Ciri-ciri tahap ini:
- Banyak orang tidak menunjukkan gejala penyakit HIV sama sekali, sehingga sering kali infeksi tidak terdeteksi.
- Pada beberapa individu, gejala HIV pada pria dan wanita dapat berkembang secara perlahan, seperti:
- Sariawan berulang
- Infeksi kulit atau kuku
- Pembengkakan kelenjar getah bening yang berlangsung lama
- Penurunan berat badan ringan tanpa sebab yang jelas
- Kelelahan kronis
Tanpa terapi antiretroviral (ARV), virus akan terus merusak sistem kekebalan tubuh hingga akhirnya masuk ke tahap AIDS.
Rata-rata, tahap ini bisa berlangsung 5–10 tahun atau lebih, tergantung pada kondisi tubuh dan ada tidaknya pengobatan.
Tahap 3: AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
AIDS adalah tahap akhir infeksi HIV, di mana sistem kekebalan tubuh mengalami kerusakan parah akibat rendahnya jumlah sel CD4 (di bawah 200 sel/µL).
Pada tahap ini, tubuh tidak mampu melawan infeksi dan penyakit dengan baik.
Gejala HIV AIDS yang umum terjadi:
- Penurunan berat badan ekstrem
- Diare kronis yang berlangsung lebih dari satu bulan
- Demam berkepanjangan dan keringat malam
- Infeksi jamur serius pada mulut, tenggorokan, atau alat kelamin
- Sesak napas dan batuk yang tidak kunjung membaik
- Sakit kepala parah dan gangguan neurologis seperti kebingungan atau kehilangan koordinasi otot
- Infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, pneumonia berat, atau toksoplasmosis otak
Tanpa pengobatan, individu yang memasuki tahap AIDS biasanya memiliki harapan hidup hanya beberapa bulan hingga beberapa tahun.
Namun, dengan terapi ARV yang tepat, HIV dapat dikontrol sehingga perkembangan menuju AIDS bisa dicegah.
Fakta dan Data HIV Menurut Data World Health Organization (WHO)
1. Pada akhir 2023, diperkirakan ada 39,9 juta orang yang hidup dengan HIV, 65 persen di antaranya berada di wilayah Afrika.
2. Sekitar 1.3 juta orang baru terinfeksi HIV pada tahun 2023.
3. Diperkirakan 630.000 orang meninggal karena HIV di 2023.
4. Di tahun yang sama, hanya terdapat 86% orang yang mengetahui bahwa mereka mengidap HIV.
5. Terdapat sekitar 77 persen pengidap HIV yang telah mendapatkan terapi antiretroviral (ARV).
Gejala Awal HIV Muncul Kapan?
Sayangnya, tidak banyak yang menyadari bahwa dirinya telah tertular virus HIV sampai infeksi berkembang menjadi sangat serius dan gejala telah bertambah buruk.
Perlu kamu ketahui bahwa ciri-ciri atau gejala HIV pada tahap awal dapat muncul antara dua hingga empat minggu setelah seseorang tertular.
Penyakit ini juga bisa berkembang dalam waktu yang lama dalam tiga tahapan utama, yaitu tahap awal, lalu tahap kedua, dan tahap terakhir atau tahapan paling parah dari infeksi HIV, yaitu penyakit AIDS.
Rekomendasi Alat Tes HIV Mandiri
Kamu bisa melakukan tes HIV sendiri di rumah dengan menggunakan alat tes berikut ini:
1. Onestep HIV Test
OneStep HIV Test adalah alat yang dirancang untuk deteksi awal HIV melalui sampel darah. Alat ini efektif dalam mendeteksi HIV tipe 1 dan tipe 2.
Untuk menggunakan OneStep HIV Test di rumah, ikuti langkah-langkah berikut:
- Ambil cassette berbentuk persegi dan pipet plastik dari kemasan foil.
- Buka kemasan alkohol pad dan usapkan pada jari untuk pengambilan darah.
- Buka tutup lancet, arahkan ke jari yang telah kamu bersihkan dengan alkohol, dan tekan lancet hingga muncul tetesan darah.
- Gunakan pipet plastik untuk mengambil darah, pastikan pipet terisi dengan baik.
- Setelah itu, bersihkan jari dengan alkohol pad.
- Teteskan darah dari pipet ke area berbentuk huruf S pada cassette.
- Tambahkan 1-2 tetes cairan buffer ke area yang telah diberi darah.
- Tunggu 10-15 menit untuk mendapatkan hasil tes.
Perlu kamu ingat, hasil tes dengan alat ini hanya sebagai upaya mendeteksi lebih awal infeksi HIV. Tes ini tidak bisa kamu gunakan untuk menggantikan hasil uji laboratorium resmi.
No. Registrasi Kemenkes RI : AKL 30305718715.
Rentang harga: Rp89.800 – Rp113.500 per piece.
Dapatkan OneStep Test HIV di Toko Kesehatan Halodoc.
Dokter yang Bisa Bantu Perawatan HIV
Jika kamu butuh berdiskusi tentang masalah HIV dan AIDS, kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc untuk berbicara langsung dengan dokter.
Nah, berikut ini terdapat beberapa dokter spesialis yang sudah memiliki pengalaman lebih dari 8 tahun.
Mereka pun memiliki rating yang baik dari para pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Ini daftarnya:
- dr. Siska Damayanti Sp.PD
- dr. Andrea Livina Sp.PD
- dr. Amaranto Santoso Ongko Sp.PD
- dr. Edwin Hadinata Sp.PD
- dr. I Gusti Gede Agung Ngurah Sp.PD
Tak perlu khawatir jika dokter sedang tidak tersedia atau offline. Sebab, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi di lain waktu melalui aplikasi Halodoc.
Pemeriksaan untuk Diagnosis Ciri-Ciri HIV
Tidak semua pengidap mengalami ciri-ciri HIV awal yang sama. Karena itu, perlu pemeriksaan guna memastikan adanya infeksi virus HIV.
Bahkan, sebagian besar pengidap yang telah terinfeksi bertahun-tahun lamanya tidak menyadari keluhan.
Meski tidak mengalami gejala gejala HIV, pengidap berpotensi tinggi menularkan virus HIV pada orang lain.
Jalan terbaik yang dapat kamu lakukan saat timbul rasa curiga terhadap penyakit ini adalah melakukan tes HIV atau VCT. Nah, berikut Jenis Pemeriksaan untuk Mendeteksi HIV.
Selain pemeriksaan, langkah mencegah penyebaran HIV juga dapat kamu lakukan dengan:
- Hindari penggunaan narkoba dalam bentuk apa pun, terutama pemakaian jarum suntik secara bergantian.
- Tidak mendonorkan darah, plasma, organ tubuh, atau sperma jika positif mengidap HIV.
- Menerapkan seks aman dengan menggunakan kondom.
- Sunat pada pria.
- Melakukan profilaksis pasca pajanan (PEP) dalam 72 jam pertama setelah curiga telah terinfeksi. Prosedur ini dapat mengurangi potensi terinfeksi HIV.
Untuk pengobatan pun biasanya kamu akan diberikan obat ARV.
Informasi lebih lengkap mengenai obat tersebut bisa kamu baca di sini: Mengenal Antiretroviral atau Obat ARV yang untuk Pengobatan HIV/AIDS.
Sementara itu, jika kamu mengalami gejala yang mengarah pada HIV/AIDS, jangan panik dulu.
Kamu bisa melakukan Skrining Penyakit Menular Seksual dari rumah dengan layanan Homecare by Halodoc (tersedia di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar).
Layanan homecare ini adalah tes laboratorium atau paket tes dari Halodoc yang pengambilan sampelnya bisa dilakukan di rumah atau di lokasi manapun yang kamu pilih.
Karena dilakukan di rumah, kamu bisa memantau kondisi kesehatan kamu atau orang terdekatmu dengan lebih baik.
Nah, ada beberapa keunggulan dari layanan tes lab ini, antara lain:
- Tak perlu repot keluar rumah.
- Hemat waktu dan biaya
- Tenaga kesehatan responnya cepat. Ini Daftar Phlebotomist yang Tangani Layanan Tes Lab Halodoc
- Protokol kesehatan ketat.
- Sampel diambil secara aman dan steril.
- Sampel darah/urine akan dibawa langsung ke laboratorium setelah diambil (tidak ada transit).
- Peralatan yang digunakan berkualitas, aman, tersegel, dan sesuai standarisasi.
- Harga tes lab ini mulai dari Rp 659.000,-, kamu bahkan bisa melakukan family booking untuk mendapatkan ekstra diskon.
- Semua layanan tes lab terdiri dari pemeriksaan laboratorium dan konsultasi dokter.
- Hasil tes akan keluar dalam waktu 1 hari.
- Untuk konsultasi hasil tes, kamu akan mendapat gratis voucher untuk chat dokter senilai 25rb di Halodoc.
Booking Skrining Penyakit Menular Seksual Lebih Mudah di Rumah Lewat Halodoc.
Kamu bisa order melalui aplikasi atau hubungi langsung nomor WhatsApp 0888-0999-9226.
Kamu bisa mendapatkan alat tes HIV dari Toko Kesehatan Halodoc. Tidak perlu khawatir, privasi kamu terjamin aman selama menggunakan layanan Halodoc.
Praktis bukan? Tunggu apa lagi? Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang!
Diagnosis HIV/AIDS
Diagnosis dilakukan melalui berbagai jenis tes untuk mendeteksi keberadaan virus dalam tubuh.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV serta memantau efektivitas pengobatan jika seseorang telah didiagnosis positif.
Berikut beberapa jenis tes yang digunakan dalam diagnosis HIV/AIDS:
1. Tes Antibodi HIV
Tes ini mendeteksi antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap infeksi HIV. Biasanya dilakukan dengan tes darah atau tes oral swab (usap mulut).
Tes ini dapat mendeteksi infeksi dalam waktu 3–12 minggu setelah paparan, karena tubuh memerlukan waktu untuk memproduksi antibodi.
Contoh tes yang termasuk dalam kategori ini adalah Tes ELISA dan Tes Rapid HIV.
2. Tes Kombinasi Antigen-Antibodi (HIV Ag/Ab Test)
Tes ini tidak hanya mendeteksi antibodi, tetapi juga antigen p24, yang merupakan protein virus HIV yang muncul lebih awal setelah infeksi.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi HIV lebih cepat dibandingkan tes antibodi, sekitar 2–6 minggu setelah paparan.
Tes ini sering dilakukan menggunakan sampel darah dari vena dan lebih akurat untuk deteksi dini.
3. Tes Asam Nukleat (NAT – Nucleic Acid Test)
Mendeteksi materi genetik virus HIV (HIV RNA) langsung dalam darah. Digunakan dalam kasus yang memerlukan deteksi lebih dini, yaitu 10–33 hari setelah paparan.
Biasanya dilakukan pada individu dengan risiko tinggi terpapar HIV atau untuk konfirmasi jika hasil tes lain tidak jelas.
4. Tes Sel CD4
Tes ini merupakan pemeriksaan lanjutan untuk memantau infeksi HIV. Fungsinya untuk mengukur jumlah sel CD4 (sel T limfosit) dalam darah, yang merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh.
Pada individu sehat, jumlah sel CD4 biasanya 500–1.500 sel per mikroliter darah. Jika jumlahnya turun di bawah 200 sel/µL, maka seseorang dianggap mengalami AIDS.
5. Pemeriksaan Viral Load (HIV RNA Test)
Pemeriksaan HIV lanjutan lainnya adalah viral load. Tes ini mengukur jumlah virus HIV dalam darah, yang menunjukkan seberapa aktif virus dalam tubuh.
Tes ini sering digunakan untuk menilai efektivitas terapi antiretroviral (ARV).
Target utama pengobatan adalah menurunkan viral load hingga tidak terdeteksi, yang berarti virus berada dalam tingkat yang sangat rendah dan risiko penularan menurun secara signifikan.
Diagnosis yang akurat dan pemantauan rutin terhadap sel CD4 dan viral load sangat penting untuk menentukan strategi pengobatan terbaik serta mengurangi risiko komplikasi dari infeksi HIV/AIDS.
Studi Mengenai Gejala dan Ciri-Ciri HIV
Menurut studi Acute Human Immunodeficiency Virus Type 1 Infection (1998), sekitar 90 persen pasien dengan HIV akut mengalami setidaknya satu gejala dalam empat minggu pertama setelah infeksi HIV. Gejala ini umumnya ringan, tidak spesifik, dan bisa hilang dengan sendirinya.
Beberapa pasien mungkin menunjukkan gejala yang lebih parah yang dikenal sebagai sindrom retroviral akut atau penyakit serokonversi. Gejala umum yang bisa dialami dapat berupa demam, kelelahan, nyeri otot, ruam kulit, sakit kepala, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri sendi, keringat di malam hari, hingga diare.
Studi di atas menyebutkan bahwa diagnosis dini menjadi sangat penting agar pasien HIV segera mendapatkan pengobatan antiretroviral secepatnya.
Nah, bila kamu atau anggota keluarga mengalami gejala-gejala di atas, atau memiliki keluhan kesehatan lainnya, segera tanyakan pada dokter di Halodoc!