Kenali 8 Jenis Obat Hipertensi yang Paling Efektif
“Selain mengubah gaya hidup, pengidap hipertensi juga perlu mengonsumsi obat-obatan. Tersedia obat-obatan hipertensi dari berbagai kelas yang bekerja dengan cara yang berbeda-beda.”
Halodoc, Jakarta – Hipertensi terjadi ketika kadar tekanan darah dalam pembuluh arteri melampaui batas normal. Kondisi ini sering dijuluki silent killer karena datang tanpa gejala.
Meski demikian, hipertensi bisa berakibat fatal dan menimbulkan penyakit serius seperti jantung dan stroke. Bagi pengidap hipertensi, mengubah gaya hidup adalah langkah yang paling utama.
Selain itu, konsumsi obat-obatan juga penting dilakukan untuk mengelola tekanan darah. Untuk menurunkan tekanan darah, tersedia obat-obatan dari berbagai kelas yang bekerja dengan cara berbeda.
Jenis Obat Hipertensi yang Paling Efektif
Melansir dari American Heart Association, berikut jenis obat-obatan untuk menangani hipertensi:
- Diuretik
Obat ini bekerja dengan membuang kelebihan natrium (garam) dan air untuk mengontrol tekanan darah. Penggunaan diuretik sering dikombinasikan dengan terapi lainnya.
Baca juga: Cara Menggunakan Alat Tensi Digital Mandiri di Rumah
Diuretik tergolong aman dan minim efek samping. Umumnya, obat ini hanya menyebabkan kram kaki. Hal ini disebabkan karena diuretik mampu menurunkan kadar potasium dalam tubuh. Namun, kondisi tersebut bisa dicegah dengan mengonsumsi makanan yang tinggi kandungan potasiumnya.
- ACE inhibitor
Angiotensin adalah bahan kimia yang dapat menyempitkan arteri, terutama di bagian ginjal. Nah, angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor membantu tubuh memproduksi lebih sedikit angiotensin agar pembuluh darah rileks dan terbuka. Dengan demikian, tekanan darah bisa lebih stabil.
Namun, ACE inhibitor pantang digunakan untuk ibu hamil. Obat-obatan bisa membahayakan ibu dan bayi selama kehamilan. Risikonya berupa tekanan darah rendah, gagal ginjal parah, kelebihan kalium (hiperkalemia) dan bahkan kematian bayi baru lahir.
- Angiotensin II receptor blockers (ARB)
Mirip seperti ACE inhibitor, obat ini memblokir efek angiotensin. Bahan kimia tersebut membutuhkan reseptor untuk mempersempit pembuluh darah. Nah, ARB bekerja dengan cara memblokir reseptor tersebut sehingga angiotensin gagal menyempitkan pembuluh darah.
ARB tidak boleh digunakan selama kehamilan karena dapat menyebabkan cedera atau bahkan kematian pada janin yang sedang berkembang.
- Calcium channel blockers
Obat ini mencegah kalsium memasuki sel otot polos jantung dan arteri. Ketika kalsium memasuki sel-sel tersebut, otot jantung dan arteri dapat berkontraksi lebih keras.
Nah, calcium channel blockers bekerja dengan mengurangi kalsium supaya kontraksi tidak terlampau kuat. Alhasil, otot arteri dan jantung menjadi lebih rileks dan aliran darah semakin lancar.
Baca juga: 7 Jenis Makanan yang Harus Dihindari Pengidap Hipertensi
- Alpha blockers
Obat-obatan ini mengurangi kontraksi arteri yang terlalu kuat dan mengendurkan tonus otot dinding pembuluh darah. Dengan demikian, tekanan pembuluh darah bisa lebih stabil.
- Alpha-2 Receptor Agonists
Alpha-2 receptor agonists menstabilkan tekanan darah dengan cara menurunkan aktivitas bagian simpatis (penghasil adrenalin) dari sistem saraf. Obat ini sering diresepkan pada ibu hamil karena minim efek samping.
- Central agonist
Central agonist juga membantu mengurangi kemampuan pembuluh darah untuk menegang atau berkontraksi. Efek samping dari pemakaian obat tergolong ringan, yaitu berupa kantuk, lesu, mulut kering, atau demam.
- Beta blocker
Obat ini bekerja dengan cara mengurangi detak jantung, beban kerja jantung dan output darah jantung untuk menurunkan tekanan darah. Beta blocker sering diresepkan ketika obat diuretik tidak bekerja dengan baik. Jenis beta blocker yang sering digunakan meliputi atenolol, bisoprolol, carvedilol, labetalol, metoprolol, dan nebivolol.
Nebivolol adalah beta blocker yang selektif untuk jantung dan memiliki efek dalam memperbaiki endotel sehingga elastisitas pembuluh darah meningkat. Jenis obat ini bisa mendorong endotel dapat memproduksi nitrit okside sehingga penurunan tekanan darah lebih optimal.
Baca juga: 5 Komplikasi Akibat Hipertensi yang Perlu Diwaspadai
Sebagian besar orang yang menggunakan nebivolol hanya mengalami efek samping yang cukup ringan, seperti sakit kepala ringan, mual, atau kelelahan. Meski begitu, penggunaan nebivolol hanya bisa dikonsumsi atas resep dokter.
Jika kamu punya pertanyaan lain seputar obat ini, hubungi dokter melalui aplikasi Halodoc. Dokter yang ahli di bidangnya akan menjawab pertanyaan kamu sekaligus memberikan solusi terbaik. Download Halodoc sekarang juga!