Kenali 5 Risiko Kesehatan Menikah dengan Sepupu
“Ada banyak perdebatan mengenai bahaya menikah dengan sepupu. Namun, terlepas dari perdebatan tersebut, hal ini bisa meningkatkan risiko kesehatan pada anak kelak, salah satunya gangguan mental.”

Halodoc, Jakarta – Di beberapa negara menikah dengan sepupu sudah menjadi suatu tradisi tersendiri. Ada berbagai alasan mengapa pernikahan ini dilakukan, bisa jadi karena mempertahankan keturunan atau memang didasarkan atas rasa saling suka.
Namun, masih ada perdebatan di luar sana mengenai bahaya fenomena ini. Nah, jika kamu adalah salah satu orang yang berencana untuk melakukan pernikahan ini, sebaiknya pertimbangkan dulu risiko kesehatan yang dapat mengintai.
Risiko Kesehatan Akibat Menikah dengan Sepupu
Berikut adalah risiko kesehatan dari pernikahan antar sepupu:
1. Cacat bawaan lahir
Cacat bawaan lahir memang bisa menyerang siapa saja, apa pun latar belakang atau etnisnya. Akan tetapi, risiko ini bisa meningkat pada bayi yang lahir dari pernikahan sepupu.
Menurut data dari situs pemerintahan Inggris (bradford.gov.uk – City of Bradford Metropolitan District Council), pernikahan sepupu meningkatkan risiko cacat lahir secara spesifik dari 3 persen menjadi 6 persen.
Walaupun risiko ini hanya menyumbang sepertiga dari cacat lahir, masalah ini kerap kali terjadi di Pakistan, di mana pernikahan sepupu masih sering terjadi.
Contoh cacat bawaan lahir yang dialami oleh bayi dengan orang tua dari hubungan pernikahan ini, seperti bibir sumbing, hidrosefalus, penyakit jantung atau ginjal, epilepsi, dan tuli.
2. Berisiko membawa penyakit keturunan
Menikah dengan sepupu bukanlah faktor utama anak memiliki penyakit keturunan. Bahkan, kebanyakan bayi yang lahir dari pasangan ini memiliki kondisi yang relatif sehat.
Meski begitu, risiko penyakit keturunan bisa muncul ketika ada gen yang tidak biasa dalam keluarga atau orang tua bayi. Jika ayah atau ibu memiliki gen yang tidak biasa, kemungkinan anak juga akan mewarisi kondisi yang serupa seperti orang tuanya.
Namun, dalam kasus anak yang lahir sehat dari pernikahan sepupu, ini mungkin terjadi karena orang tua tidak memiliki gen yang abnormal, atau karena anak tidak mewarisi gen abnormal tersebut dari kedua orang tuanya.
3. Gangguan mental pada anak
Masih menjadi perdebatan apakah menikah dengan sepupu termasuk incest (hubungan darah) atau bukan. Akan tetapi, salah satu dampak terbesar dari incest adalah anak yang lahir dengan gangguan mental. Nah, ternyata pernikahan sepupu juga berpotensi melahirkan anak dengan gangguan serupa.
Menurut studi yang berjudul Health Awareness and Consequences of Consanguineous Marriages: A Community-Based Study dalam SAGE journals, dalam pernikahan normal yang tidak melibatkan hubungan kerabat, kemungkinan melahirkan anak dengan cacat bawaan lahir serius atau keterbelakangan mental adalah 3 sampai 4 persen.
Namun, angka tersebut bertambah menjadi dua kali lipat dalam pernikahan sepupu pertama, dan tiga kali lipat dalam pernikahan antara paman dengan keponakan atau bibi dengan keponakan.
Dalam pernikahan sepupu, gangguan mental bipolar menjadi salah satu konsekuensi yang berpotensi terjadi pada anak. Bipolar adalah gangguan otak serius yang menyebabkan perubahan suasana hati ekstrem dan perilaku impulsif.
Selain bipolar gangguan mental lainnya yang terkait dengan pernikahan sepupu yaitu depresi, gangguan kecemasan, kondisi kontrol impuls, gangguan suasana hati, dan lain-lain.
4. Bayi lahir mati
Menikah dengan sepupu juga dapat meningkatkan risiko bayi lahir mati, atau istilahnya disebut stillbirth. Pada kasus ini janin bisa meninggal pada usia kehamilan 20 atau 28 minggu.
Menurut sebuah studi lama yang dilakukan pada tahun 1999 silam, pernikahan dengan sepupu pertama meningkatkan risiko terulangnya fenomena bayi lahir mati dan kematian bayi.
5. Penyakit resesif autosom
Pernikahan yang melibatkan hubungan kerabat dapat meningkatkan risiko berkembangnya kelainan resesif autosom. Kelainan ini karena anak menerima sifat resesif autosom dari kedua orang tuanya. Beberapa jeni penyakit resesif autosom meliputi anemia sel sabit, sistinuria, fibrosis kistik, talasemia, dan fibrosis hati bawaan.
Itulah risiko menikah dengan sepupu yang perlu kamu ketahui. Secara keseluruhan, pernikahan dengan kerabat dekat memang tidak memengaruhi pasangan yang menikah. Namun, dampak bagi kesehatannya bisa dirasakan oleh anak kelak.
Terlepas dari hal di atas, ada baiknya juga sebelum menikah untuk melakukan beberapa pemeriksaan kesehatan dengan pasangan.
Untuk tahu pemeriksaaan apa yang harus kamu lakukan sebelum menikah, silahkan kunjungi laman berikut, “Ketahui 6 Pemeriksaan Penting Sebelum Menikah”.
Nah, kalau kamu memiliki pertanyaan seputar kesehatan baik mengenai kesehatan mental atau kesehatan fisik, kamu bisa gunakan aplikasi Halodoc untuk sesi konsultasi dengan dokter terpercaya, praktis hanya melalui smartphone. Yuk, tunggu apa lagi download Halodoc sekarang.
