Kenali 5 Jenis Zat Aditif yang Terdapat pada Makanan dan Minuman
“Terdapat lima jenis zat aditif yang biasa digunakan pada produk makanan dan minuman. Meski memiliki banyak fungsi, tetapi penggunaan zat aditif ini juga berpotensi menimbulkan berbagai masalah kesehatan.”
Halodoc, Jakarta – Zat aditif adalah bahan kimia yang sering menjadi tambahan dalam makanan, untuk membuatnya lebih tahan lama dan memberikan rasa enak. Zat aditif ini ada banyak jenisnya.
Namun, beberapa zat tersebut bisa memberikan dampak yang buruk pada kesehatan, sehingga kamu perlu menghindarinya. Sedangkan yang lainnya aman dan bisa mengonsumsinya dalam aturan yang tepat.
Apa Saja Contoh Zat Aditif pada Makanan?
Banyak orang mungkin kerap tertukar dengan istilah zat adiktif dan zat aditif. Padahal, keduanya merupakan jenis zat yang berbeda fungsi. Simak informasi lengkapnya dalam artikel: Catat, Ini Perbedaan Zat Aditif dan Zat Adiktif.
Banyak produk makanan yang modern, seperti makanan rendah kalori, makanan ringan, dan makanan siap saji, tidak akan mungkin bisa terjadi tanpa zat aditif makanan. Berdasarkan fungsinya, zat aditif makanan terbagi menjadi empat kategori, yaitu:
1. Zat aditif nutrisi
Zat aditif nutrisi bertujuan untuk mengembalikan nutrisi makanan yang hilang atau terdegradasi selama produksi. Selain itu, fungsinya yang lain adalah memperkuat rasa atau memperkaya makanan tertentu, atau menambahkan nutrisi makanan.
Penambahan zat nutrisi makanan ini atau fortifikasi sudah ada sejak 1924 silam, ketika yodium ditambahkan ke dalam garam meja untuk mencegah gondok. Sekarang ini, banyak makanan difortifikasi dengan vitamin untuk memperkaya nilai gizinya.
Misalnya, produk susu dan sereal diperkaya oleh vitamin A dan D. Lalu penambahan vitamin C ke minuman buah, sereal, produk susu, dan kembang gula.
2. Agen pemrosesan
Sejumlah zat aditif dalam makanan bertujuan untuk membantu dalam pemrosesannya, atau untuk mempertahankan konsistensi produk.
Berikut beberapa jenis zat aditif sebagai agen pemrosesan:
- Agen Anti-caking
Manfaatnya untuk mencegah bahan makanan supaya tidak menggumpal. Contohnya adalah sodium aluminosilicate yang terdapat pada garam.
- Chelating
Merupakan agen yang melindungi produk makanan dari banyak reaksi enzimatik yang mempromosikan kerusakan selama pemrosesan dan penyimpanan. Agen ini mengikat banyak mineral yang ada dalam makanan (misalnya, kalsium dan magnesium).
Ini diperlukan sebagai kofaktor untuk aktivitas enzim tertentu. Contoh chelating adalah ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) yang sering terdapat pada mayones, saus dan dressing.
- Emulsifiers
Untuk mencegah lemak agar tidak menggumpal. Contoh emulsifiers adalah lecithin yang terdapat pada produk makanan, seperti es krim, mayones, dan kue.
- Stabilisator dan pengental
Penggunaannya bertujuan untuk meningkatkan tekstur dan kekentalan makanan. Kebanyakan zat penstabil dan pengental adalah polisakarida, seperti pati atau gom, atau protein seperti gelatin.
3. Pengawet
Pengawet makanan termasuk menjadi dua kelompok utama, yaitu antioksidan dan antimikroba.
- Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mencegah makanan teroksidasi atau menjadi tengik. Agen antimikroba menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan patogen dalam makanan.
Contoh antioksidan yang menghambat oksidasi, antara lain agen yang mengikat oksigen bebas, seperti asam askorbat (vitamin C), dan ‘agen’ yang menonaktifkan enzim, seperti asam sitrat dan sulfit.
Selain itu, ada juga antioksidan yang bisa memperlambat laju autoksidasi. Antioksidan ini termasuk tokoferol alami (turunan vitamin E) dan senyawa sintetis butylated hydroxyanisole (BHA).
- Antimikroba
Sedangkan antimikroba paling sering digunakan dengan teknik pengawetan lain. Contohnya seperti pendinginan, untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan patogen. Natrium klorida (NaCl), atau garam biasa, mungkin merupakan agen antimikroba tertua yang pernah ada.
Asam organik, termasuk asam asetat, benzoat, propionat, dan sorbat, berguna untuk melawan mikroorganisme dalam produk dengan pH rendah. Nitrat dan nitrit dapat menghambat bakteri Clostridium botulinum dalam produk daging yang diawetkan, misalnya, ham dan bacon.
Sementara itu, sulfur dioksida dan sulfit berguna untuk mengontrol pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dalam buah-buahan kering, jus buah, dan anggur.
Sedangkan nisin dan natamycin adalah pengawet yang diproduksi oleh mikroorganisme. Nisin berfungsi menghambat pertumbuhan beberapa bakteri, sedangkan natamycin aktif melawan kapang dan khamir.
4. Agen sensorik
Ada beberapa jenis agen sensorik, yaitu:
- Pewarna
Pengolahan makanan bisa menyebabkan degradasi atau hilangnya pigmen alami pada bahan baku. Karena itu, beberapa produk yang diformulasikan, seperti minuman ringan, permen, es krim, dan makanan ringan, juga memerlukan penambahan zat pewarna.
Pewarna yang digunakan sebagai bahan tambahan makanan diklasifikasikan sebagai alami atau sintetis. Pewarna alami berasal dari tumbuhan, hewan, dan sumber mineral, sedangkan pewarna sintetis terutama adalah senyawa kimia berbasis minyak bumi.
Contoh pewarna alami, anthocyanins dari stroberi atau anggur, betacyanin dari bir merah, karotenoid dari wortel, paprika dan jamur, dan phenolics dari kunyit. Sedangkan contoh pewarna sintetis adalah erythrosine, tartrazine, AC merah allura, FCF biru cemerlang, FCF hijau cepat.
- Penyedap rasa
Penyedap rasa adalah senyawa yang biasa produsen makanan tambahkan untuk meningkatkan rasa alami. Komponen penguat rasa rumput laut diidentifikasi sebagai asam amino L-glutamat, dan monosodium glutamat (MSG) menjadi penambah rasa pertama secara komersial.
Rasa kaya yang terkait dengan L-glutamat adalah umami. Sementara itu, senyawa lain yang kerap menjadi pilihan penguat rasa antara lain ribonukleotida, inosin monofosfat (IMP), guanosin monofosfat (GMP) hingga protein nabati terhidrolisis.
- Pemanis
Sukrosa atau gula meja, adalah standar yang menjadi dasar rasa manis dari semua jenis pemanis lainnya. Sukrosa menyediakan energi dalam bentuk karbohidrat, sehingga sukrosa dianggap sebagai pemanis yang bernutrisi.
Pemanis bernutrisi lainnya termasuk glukosa, fruktosa, sirup jagung, sirup jagung fruktosa tinggi, dan alkohol gula (misalnya, sorbitol, manitol, dan xylitol).
Lantas, apakah mengonsumsi makanan berwarna bisa berbahaya? Baca informasi lengkapnya di artikel:
- Apakah Sering Makan Makanan Berwarna Berbahaya Bagi Anak?
- 5 Jenis Bahan Pengawet Makanan yang Perlu Diwaspadai
- 7 Jenis Bahan Pengawet Makanan yang Aman Dikonsumsi
5. Pengemulsi
Pengemulsi adalah penggunaan zat dalam industri makanan dan minuman untuk menggabungkan bahan-bahan yang tidak mudah bercampur secara alami. Zat ini akan membantu menciptakan stabilitas, tekstur, dan konsistensi produk.
Zat-zat ini terdapat dalam berbagai bahan makanan dan minuman, termasuk produk bakery, margarin, es krim, saus salad, dan keju olahan. Berikut ini beberapa contoh zat pengemulsi yang umum dalam makanan:
- Lesitin
Lesitin adalah bahan dalam pembuatan cokelat, margarin, dan produk roti. Lesitin membantu mencegah pemisahan antara fase air dan lemak dalam produk makanan serta meningkatkan kelembutan dan daya tahan produk.
- Mono- dan digliserida asam lemak
Zat ini membantu menghambat terbentuknya kristal lemak, meningkatkan stabilitas produk, dan memberikan tekstur yang lembut.
- Polisorbat 80
Polisorbat 80 adalah zat pengemulsi untuk membantu menjaga stabilitas campuran minyak dan air, mencegah penggumpalan, dan memberikan tekstur yang halus.
- Gom arab
Gom arab bermanfaat dalam membantu mengikat air dan lemak, memberikan tekstur yang kental, dan meningkatkan stabilitas produk.
Itulah beberapa jenis zat aditif yang umum terkandung dalam makanan dan minuman. Jika kamu atau anggota keluargamu mungkin masih memiliki pertanyaan seputar hal ini, segeralah tanyakan dokter di aplikasi Halodoc. Dapatkan saran terbaik dari ahlinya dengan klik gambar berikut: