Kenali 4 Fakta Sindrom Rasmussen yang Tergolong Penyakit Autoimun

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   25 November 2022

“Ada beberapa fakta terkait penyakit ini yang perlu diketahui. Mulai dari penyebab pasti yang belum diketahui, gejala yang khas yaitu kejang, jenis perawatan yang dapat dilakukan, hingga risiko komplikasi yang dapat terjadi.”

Kenali 4 Fakta Sindrom Rasmussen yang Tergolong Penyakit AutoimunKenali 4 Fakta Sindrom Rasmussen yang Tergolong Penyakit Autoimun

Halodoc, Jakarta – Sindrom Rasmussen merupakan penyakit neurologis inflamasi kronis langka yang tergolong sebagai penyakit autoimun. Sindrom Rasmussen umumnya hanya memengaruhi satu belahan otak. Selain itu, penyakit ini biasanya terjadi pada anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun.

 Nah, sebagai penyakit neurologis yang bersifat langka, tentu pemahaman mengenai penyakit ini perlu lebih ditingkatkan. Karena itu, tidak ada salahnya untuk mengetahui beberapa fakta mengenai sindrom Rasmussen

Fakta Terkait Sindrom Rasmussen 

Berikut adalah beberapa fakta terkait penyakit ini yang perlu diketahui: 

1. Penyebab pasti yang belum diketahui

Hingga saat ini, penyebab pasti gangguan ini tidak diketahui. Para ahli berpendapat bahwa ada dua gagasan utama terkait pemicunya. Pertama adalah peradangan otak mungkin merupakan reaksi antigen asing (infeksi). Semenatar itu, dugaan kedua adalah sindrom ini merupakan gangguan autoimun setelah tinjauan histopatologi jaringan yang terlibat di bawah mikroskop.

Pada gangguan autoimun, pertahanan alami tubuh (antibodi dan sel T) akan melawan jaringannya sendiri Hal ini lantaran pertahanan alami tubuh mengira jaringannya sebagai organisme asing tanpa alasan yang jelas.

2. Memiliki gejala yang khas

Sindrom Rasmussen biasanya dimulai antara usia 1 hingga 14 tahun. Kejang sering kali merupakan gejala pertama yang muncul. Kejang ini merupakan akibat dari peradangan yang menyebabkan kerusakan sel saraf. Sementara itu,  kejang mungkin sangat jarang pada awal kondisi tetapi setelah beberapa minggu atau bulan, menjadi sangat sering. Artinya, gejala kejang akibat sindrom Rasmussen dapat terjadi berkali-kali dalam sehari.

Kejang biasanya terjadi secara fokal (sebagian) dan dapat menyebabkan satu sisi wajah atau anggota badan tersentak secara berirama. Kondisi ini juga dapat terjadi secara terus-menerus dan berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari. 

3. Perawatan yang dapat dilakukan

Kejang pada sindrom Rasmussen dianggap sulit untuk diobati. Penggunaan obat anti epilepsi biasanya sering digunakan untuk membantu meredakan kejang akibat sindrom Rasmussen. Namun, penggunaan obat tersebut tidak sepenuhnya dapat mengendalikan kejang. Meski begitu, menurut laman resmi U.S. National Institute of Neurological Disorders and Stroke,  ada keberhasilan kondisi sindrom rasmussen dengan perawatan yang bekerja dengan cara memodulasi sistem kekebalan tubuh. 

Misalnya seperti penggunaan obat kortikosteroid, imunoglobulin intravena, atau tacrolimus. Selain itu, pembedahan untuk mengendalikan kejang mungkin disarankan, terutama pada anak-anak, karena potensi pemulihannya tinggi. Prosedur bedah, seperti hemisferektomi fungsional dan hemisferektomi, dapat mengurangi frekuensi kejang dan juga memperbaiki perilaku dan kemampuan kognitif.

4. Berpotensi sebabkan komplikasi

Peradangan sindrom Rasmussen dapat terlihat berhenti dengan sendirinya setelah suatu periode, seperti beberapa tahun. Meski gejalanya tidak terlihat bertambah parah, sel-sel saraf yang terluka akan terus mengalami malfungsi. Akibatnya, kejang sebagai gejala utama sindrom Rasmussen dapat berlanjut pada pengidapnya di waktu mendatang. Selain itu, peradangan yang terjadi juga mungkin akan berdampak cukup luas di dalam otak. Hal ini pada akhirnya dapat memicu kesulitan belajar pada anak, hemianopia, hingga hemiplegia, yaitu kelemahan tubuh. 

Itulah beberapa fakta mengenai sindrom Rasmussen yang sebaiknya diketahui. Mulai dari penyebab pasti yang belum diketahui, gejala yang khas yaitu kejang, jenis perawatan yang dapat dilakukan, hingga risiko komplikasi yang dapat terjadi.

Perlu diingat bahwa pencegahan sindrom Rasmussen sulit untuk dilakukan, karena penyebab dari kondisi ini juga belum diketahui secara pasti. Jika kamu masih memiliki pertanyaan seputar penyakit langka ini, atau memiliki keluhan medis, sebaiknya segeralah hubungi dokter. 

Nah, melalui aplikasi Halodoc, kamu bisa tanya dokter spesialis saraf tepercaya untuk mendapatkan informasi kesehatan yang dibutuhkan. Tentunya melalui fitur chat/video call secara langsung pada aplikasinya. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, download Halodoc sekarang juga!

Banner download aplikasi Halodoc

Referensi: 

Epilepsy.org. Diakses pada 2022. Rasmussen syndrome. 
Johns Hopkins Medicine. Diakses pada 2022. Understanding Rasmussen Syndrome. 
NINDS. Diakses pada 2022. Rasmussen’s Encephalitis. 
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Rasmussen’s Encephalitis.