Kenalan dengan Diet Atkins untuk Turunkan Berat Badan
Halodoc, Jakarta – Bingung mau menurunkan berat badan tapi tetap ingin mengonsumsi makanan berlemak? Kamu bisa kok menjalani diet Atkins yang bisa memberimu kesempatan untuk menurunkan berat badan, sekaligus mengonsumsi makanan berlemak. Diet Atkins sendiri diprakarsai oleh seorang dokter bernama Robert C. Atkins.
Diet Atkins cenderung berbeda dari diet kebanyakan, karena memperbolehkan seseorang mengonsumsi lemak. Metode ini pernah dilakukan oleh selebritas Hollywood seperti Kim Kardashian. Hasilnya? Kim berhasil menurunkan berat badannya enam kilogram setelah melahirkan. Lalu, bagaimana sih cara menjalani diet Atkins?
Enggak Semua Lemak Jahat
Menjalani diet Atkins berarti kamu harus menjalani pola diet dengan asupan tinggi lemak dan protein, tapi rendah karbohidrat. Hmm, kalau dilihat sekilas bukannya makanan tinggi lemak itu enggak baik buat kesehatan? Pasalnya, lemak erat kaitannya dengan kadar kolesterol tinggi dan risiko penyakit kronis lainnya.
Nah, yang perlu diketahui tidak semua lemak itu berdampak negatif pada kesehatan. Lemak tak jenuh (HDL), alias lemak baik, diperlukan tubuh agar fungsinya tetap berjalan normal. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan para ahli selama 12 tahun terakhir mengatakan bahwa metode diet Atkins dinilai baik bagi seseorang yang ingin menurunkan berat badan.
(Baca juga: 5 Tips Mudah Usir Lemak Perut)
Lemak HDL yang dikonsumsi ini berfungsi untuk melindungi kesehatan jantung, mengontrol gula darah, hingga membantu menurunkan berat badan. Menu diet Atkins sendiri bersumber pada makanan yang mengandung protein murni (rendah lemak), lemak HDL, dan tentu sayuran tinggi serat. Pola makanan yang rendah karbohidrat ini bisa meningkatkan metabolisme, sehingga tubuh bisa membakar lebih banyak simpanan lemak dalam tubuh.
4 Fase Penting
Menjalani diet Atkins, berarti kamu harus menjalani empat fase penting. Berikut penjelasannya:
- Fase 1 (Induksi): Fase ini adalah periode ketika tubuh mengganti sumber energi dari karbohidrat menjadi lemak. Prosesnya disebut dengan ketosis. Selama fase ini, kamu enggak diperbolehkan mengonsumsi karbohidrat lebih dari 20 gram dalam dua minggu.
- Fase 2 (balancing): Seiring berjalannya fase satu, secara perlahan kamu bisa menambahkan sayuran rendah karbohidrat, kacang-kacangan, dan sedikit buah-buahan pada menu harianmu. Kamu bisa mengonsumsi ketiga makanan itu kurang lebih 15-20 gram per sajian.
- Fase 3 (fine-tuning): Ketika kamu sudah hampir mencapai berat badan yang diinginkan, barulah kamu boleh menambahkan sedikit karbohidrat dalam menu harian. Takarannya kurang lebih 10 gram sampai berat tubuhmu turun perlahan.
- Fase 4 (maintenance): Nah, ketika menjalani diet Atkins sudah sampai fase terakhir, kamu diperbolehkan mengonsumsi pelbagai karbohidrat sehat, sebab tubuh sudah bisa mentolerirnya tanpa kenaikan berat badan.
(Baca juga: Turunkan Berat Badan Dengan Diet Mediterania)
Ada Juga Risikonya
Normalnya, tubuh menggunakan karbohidrat dan glukosa sebagai bahan bakarnya. Namun, karena diet Atkins enggak memperbolehkan seseorang mengonsumsi karbohidrat dalam takaran normal, tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber energi. Nah, proses tubuh ketika menggunakan lemak sebagai bahan bakar (proses ketosis), bisa menghasilkan berbagai zat keton dalam tubuh. Nah, zat inilah yang akan menimbulkan berbagai masalah pada tubuh.
Misalnya, mual, sakit kepala, bau mulut, pusing, lemas, diare, hingga susah buang air besar. Enggak cuma itu, proses ketosis yang terjadi dalam jangka panjang juga bisa memicu kondisi yang lebih serius. Mulai dari gangguan kejang epilepsi intraktabel (epilepsi yang enggak bisa dikendalikan dengan obat) hingga diabetes.
Kesimpulannya, meski ada beragam diet yang mampu menurunkan berat badan dengan cepat, sebaiknya enggak serta merta kamu ikuti. Sebab, berbagai macam diet termasuk diet Atkins, belum tentu cocok untuk bagi tubuhmu.
Nah, agar menjalani diet Atkins berlangsung aman dan efektif, baiknya berdiskusilah terlebih dahulu dengan ahlinya. Kamu bisa kok menghubungi dokter melalui aplikasi Halodoc untuk berdiskusi mengenai diet tersebut. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.