Kata Psikolog: Serial Layangan Putus dan Trauma Diselingkuhi
“Banyak yang mengaku mengalami trauma saat menonton serial Layangan Putus, karena punya pengalaman serupa. Dari segi psikologis, terpapar dengan hal-hal tertentu memang bisa memicu gejala trauma. Namun, ini bisa diantisipasi dengan lebih aware terhadap diri sendiri.”
Halodoc, Jakarta – Sejak pertama kali ditayangkan di WeTV pada 26 November 2021, serial Layangan Putus langsung menyedot banyak sekali perhatian. Serial ini diangkat dari kisah nyata yang sempat viral pada 2019 lalu di media sosial. Sebelum tayang sebagai web seri, kisah ini juga sempat dibuat menjadi novel oleh Mommy ASF.
Serial yang diperankan oleh Reza Rahadian, Putri Marino, dan Anya Geraldine ini mengangkat isu perselingkuhan. Dari banyaknya reaksi yang bermunculan di media sosial, cukup banyak yang merasa terganggu saat menontonnya, karena punya trauma karena pengalaman diselingkuhi juga.
Namun, apakah benar hanya dengan nonton sebuah serial bertema perselingkuhan seperti Layangan Putus bisa memicu trauma? Yuk simak apa kata psikolog!
Serial Layangan Putus Bisa Memicu Trauma
Serial Layangan Putus mengisahkan rumah tangga Kinan (Putri Marino) dan Aris (Reza Rahadian) yang awalnya harmonis. Namun, saat mengandung anak kedua, Kinan mulai curiga Aris berselingkuh darinya.
Kisah Kinan yang sedang hamil dan berusaha mengungkap perselingkuhan suaminya. Ditambah keluwesan Aris dalam menyembunyikan hubungan gelapnya, dan berkelit hingga gaslighting saat merasa dicurigai, membuat penonton geram.
Bagi beberapa orang yang pernah mengalami kejadian serupa, menonton serial Layangan Putus tentunya bisa memicu trauma. Hal ini diungkapkan oleh Defryansyah Amin, M.Psi., psikolog yang juga founder dari Aditi Psychological Center.
“Trauma psikologis adalah kondisi yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa buruk yang menimpa diri seseorang. Kejadian yang tidak menyenangkan ini membuat orang yang mengalaminya merasa tidak aman dan tidak berdaya menghadapi dunia yang penuh bahaya,” ungkapnya.
Adegan-adegan di serial Layangan Putus, menurut Defryansyah, bisa membuat penonton mengingat kembali memori-memori pengalaman buruknya di masa lalu. Inilah yang kemudian membuat trauma itu muncul kembali.
Tidak hanya itu, adegan-adegan tersebut juga dapat memunculkan ketakutan baru yang membuat seseorang menjadi lebih cemas terhadap sesuatu yang belum tentu terjadi padanya.
Belum lagi gaslighting yang dilakukan tokoh Aris, saat merasa terancam malah menyalahkan sang istri. Hal ini tak hanya memengaruhi psikis Kinan sebagai istri, tetapi juga menimbulkan konflik baru.
Bagi penonton, adegan tersebut berpotensi memicu emosi negatif, seperti marah, kesal, dan sedih. Menurut Defryansyah, jika penonton merupakan salah satu orang yang pernah mengalaminya (trauma), adegan ini mungkin juga bisa memicu seseorang mengingat kembali pengalaman traumatisnya.
Tanda-Tanda Trauma dan Hal Lain yang Bisa Memicu
Menurut laman Psychology Today, gejala trauma karena diselingkuhi yang bisa terpicu karena menonton serial Layangan Putus mirip dengan tanda-tanda gangguan stres pasca trauma (PTSD). Beberapa gejala yang dapat muncul adalah:
- Pikiran yang mengganggu dan berulang, tentang detail perselingkuhan.
- Regulasi emosi yang tidak stabil.
- Mati rasa.
- Merasa sangat tidak berdaya dan hancur.
- Kebutuhan untuk mendapatkan kembali harga diri dengan menyalahkan.
- Kebingungan dan disorientasi.
- Kehilangan kepercayaan pada orang lain.
- Kecurigaan dan kewaspadaan berlebihan.
- Gejala fisik, termasuk insomnia, nyeri, dan gangguan perut.
Selain karena menonton serial bertema perselingkuhan, Defryansyah menyebutkan bahwa ada banyak hal lain yang juga dapat memicu trauma pengalaman di masa lalu muncul.
“Hal tersebut sangat tergantung pada penghayatan dan asosiasi seseorang terhadap suatu kejadian. Bisa saja hal yang membuatnya trauma itu berasal dari suatu kejadian, tempat, atau bahkan objek spesifik yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk di masa lalu,” jelasnya.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Jika menonton serial Layangan Putus bisa membuat kamu merasa gejala trauma muncul, berikut ini tips dari Defryansyah yang bisa dicoba:
- Lebih Aware Terhadap Diri Sendiri
Sangat penting untuk belajar lebih aware terhadap diri sendiri, agar lebih memahami apa yang sedang dipikirkan, dirasakan, dan diyakini. Hal ini bisa membantu kamu memahami apa saja hal-hal yang dapat memicu munculnya pengalaman traumatis.
- Membatasi Pemicu
Jika kamu merasa bahwa serial Layangan Putus bisa membuat kamu mengingat kembali pengalaman traumatis, itu tandanya kamu masih belum healing dari kejadian di masa lalu.
Oleh karena itu, sebaiknya batasi hal-hal yang jadi pemicu sampai benar-benar siap menghadapinya. Jika menonton serial bertema perselingkuhan dapat memicu, maka batasi atau hindari dulu untuk sementara. Terpapar dengan pemicu trauma ketika belum siap secara optimal justru akan memengaruhi kondisi kamu saat ini.
- Konsultasikan pada Ahlinya
Kalau kamu merasa trauma yang dimiliki sangat mengganggu, coba konsultasikan dengan ahlinya, seperti psikolog atau psikiater. Nantinya, psikolog atau psikiater akan membantu mencari solusi terbaik sesuai kondisi.
Nah, itulah pembahasan mengenai serial Layangan Putus yang ternyata dapat memicu trauma bagi beberapa orang dengan pengalaman serupa. Serial ini sebenarnya menyajikan kisah yang bagus dengan banyak pesan moral di baliknya, sehingga tetap bisa dinikmati sebagai tontonan yang menarik.
Selain itu, kamu juga bisa baca artikel ini: Ini Tips Move On setelah Putus Cinta dari Para Psikolog.
Seperti dijelaskan tadi, cobalah untuk lebih aware terhadap diri sendiri saat menonton serial ini, atau apapun yang bisa memengaruhi pikiran. Tontonlah setiap serial atau film dengan pikiran yang positif dan terbuka, agar kamu bisa menikmati kisah yang dibawakan dan mengambil pesan moral pentingnya.
Namun, jika kamu merasa mengalami gejala trauma setelah menonton serial atau film tertentu, jangan ragu untuk minta bantuan ahli, ya. Agar mudah, kamu bisa download Halodoc untuk bicara pada psikolog kapan saja. Jika ingin bertanya lebih lanjut dengan Defryansyah, kamu bisa menyapanya pada Senin hingga Jumat di jam 13.00-15.00 WIB.
Referensi:
Wawancara dengan psikolog, Defryansyah Amin, M.Psi.
Psychology Today. Diakses pada 2021. How Infidelity Causes Post Traumatic Stress Disorder.
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan